40 MACAM MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF
Model Pembelajaran EXAMPLE NON EXAMPLE
EXAMPLE NON EXAMPLE
A. Pengertian
Model Pembelajaran Example Non Example atau juga
biasa di sebut example and non-example merupakan model pembelajaran yang
menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Metode Example
non Example adalah metode yang menggunakan media gambar dalam penyampaian
materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir
kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam
contoh-contoh gambar yang disajikan.
Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang
agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi
singkat mengenai apa yang ada didalam gambar. Penggunaan Model Pembelajaran
Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa
yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di
kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa
kelas rendah seperti :
a. kemampuan berbahasa tulis dan lisan,
b. kemampuan analisis ringan, dan
c. kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya
.
Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan
gambar dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah
poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh,
sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas.
B. Ciri-ciri
Metode Example non Example juga merupakan metode
yang mengajarkan pada siswa untuk belajar mengerti dan menganalisis sebuah
konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep
yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari
melalui definisi konsep itu sendiri. Example and Nonexample adalah taktik yang
dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.
Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan
untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri
dari example dan non-example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta
siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.
- Example memberikan gambaran akan sesuatu yang
menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan
- non-example memberikan gambaran akan sesuatu
yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.
Metode Example non Example penting dilakukan
karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer
hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan
perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat
mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang
ada.
C Kelebihan dan Kekurangan.
Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode
Example non Example antara lain:
1. Siswa berangkat dari satu definisi yang
selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih
mendalam dan lebih komplek.
2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan),
yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui
pengalaman dari Example non Example
3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk
mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian
non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan
suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa
contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk
gambar.
2. Memakan waktu yang lama.
D. Langkah-langkah :
1.
Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
2. Guru menempelkan gambar
di papan atau ditayangkan melalui OHP
3. Guru memberi petunjuk
dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar
4. Melalui diskusi
kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat
pada kertas
5. Tiap kelompok diberi
kesempatan membacakan hasil diskusinya
6. Mulai dari
komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang
ingin dicapai
7. Kesimpulan
MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
MODEL
PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
Salah satu model yang saat ini
populer dalam pembelajaran adalah Model Pembelajaran Picture and Picture ini
merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran
kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara
sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan
silih asuh. Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar
yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif,
Kreatif, dan Menyenangkan. Model apapun yang digunakan selalu menekankan
aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap
pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik
minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat
kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu
masalah dengan menggunakan metoda, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa
itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran.
Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai
media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam
proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan
gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta
dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT dalam
menggunakan Power Point atau software yang lain.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar
dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung
jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus
mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi
tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai
evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi
kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media
gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan
siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture
and Picture adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan
apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan
demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya.
Disamping itu guru juga harus menyampaikan indicator-indikator ketercapaian KD,
sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta
didik.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang
sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran.
Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat
memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap.
Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat
siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar
kegiatan berkaitan dengan materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa
ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar
yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan Picture atau gambar kita
akan menghemat energy kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang
diajarkan. Dalam perkembangakan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan
gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan
tertentu.
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi,
karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa
terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang
harus menjalankan tugas yang harus diberikan.
Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa
untuk diurutan, dibuat, atau dimodifikasi.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan
gambar tersebut.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi,
jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indicator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya
peran siswa dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam
PBM semakin menarik.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai
menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru
harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa
lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa
mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indicator yang
telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indicator yang telah
ditetapkan.
7. Kesimpulan/rangkuman
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa
mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi pelajaran
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran
Picture and Picture:
Kelebihan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing
siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
3. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan
sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik
berpikir,
4. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih
baik.
5. Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan
pengelolaan kelas
Kekurangan:
1. Memakan banyak waktu
2. Banyak siswa yang pasif.
3. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan
dikelas.
4. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh
bekerja sama dengan yang lain
5. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya
yang cukup memadai
KESIMPULAN
Model pembelajaran Picture and Picture adalah
suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan
menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif,
dan Menyenangkan. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media
dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses
pembelajaran.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar
dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung
jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus
mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi
tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai
evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi
kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture
and Picture adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar
kegiatan berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk siswa secara bergantian untuk
mengurutkan gambar-gambar secara logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan
gambar tersebut.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai
menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan/rangkuman
Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Model Pembelajaran Numbered Head Together
(NHT)
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT, Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama
antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan
diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan
dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa
agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam
kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran
berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk
memecahkan masalah
Pembelajaran
kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan
para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran
kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja
siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima
teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan social
Bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara
lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau
menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together adalah
sebagai berikut :
Kelebihan:
- Setiap siswa menjadi siap semua
- Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
- Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
- Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu
yang lama..
- Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada
konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
a) Pembentukan kelompok;
b) Diskusi masalah;
c) Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi
enam langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario
Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan
3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama
kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang
ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar.
Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test)
sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku
panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku
panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang
diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan
yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari
pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh
guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang
bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok
dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di
kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang disajikan.
Ada beberapa
manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil
belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara
lain adalah :
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
1. Memperbaiki kehadiran
2. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
3. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
4. Konflik antara pribadi berkurang
5. Pemahaman yang lebih mendalam
6. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
7. Hasil belajar lebih tinggi
KESIMPULAN
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan kepada siswa
untuk lebih siap dalam menguasai materi serta belajar menerima keanekaragaman
dengan kelompok lain, karna dalam model ini siswa dituntut untuk berdiskusi
untuk memecahkan suatu masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok
bahasan, karena setia model atau metode mengajar masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan oleh karenanya guru dituntut untuk pandai memilih
model pembelajaran yang sesuai.
Metode Belajar Cooperative script
metode belajar
Cooperative script
Skrip kooperatif adalah metode belajar
dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian
dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
1.
Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2.
Guru membagikan wacana / materi tiap siswa
untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3.
Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama
berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4.
Pembicara membacakan ringkasannya selengkap
mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara
pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi
sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5.
Bertukar peran, semula sebagai pembicara
ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
6.
Kesimpulan guru.
7.
Penutup.
Kelebihan:
·
Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
·
Setiap siswa mendapat peran.
·
Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain
dengan lisan.
Kekurangan:
·
Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
·
Hanya dilakukan dua orang (tidak
melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang
tersebut).
model pembelajaran Kepala bernomor struktur
Model pembelajaran Kepala bernomor struktur
1.
Pengertian
Untuk mengembangkan potensi to live together salah
satunya melalui model pembelajaran kooperatif. Aktivitas pembelajaran
kooperatif menekankan pada kesadaran siswa perlu belajar untuk mengaplikasikan
pengetahuan, konsep, keterampilan kepada siswa yang membutuhkan atau anggota
lain dalam kelompoknya, sehingga belajar kooperatif dapat saling menguntungkan
antara siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang berprestasi tinggi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Slavin
(Ibrahim, 2000:16) tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil
belajar pada semua tingkat kelas dan semua bidang
studi menunjukkan bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik
yang signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu
tipe NHT (Numbered Heads Together). Model ini dapat dijadikan alternatif
variasi model pembelajaran sebelumnya. Dibentuk kelompok heterogen, setiap
kelompok beranggotakan 3-5 siswa, setiap anggota memiliki satu nomor, guru
mengajukan pertanyaan untuk didiskusikan bersama dalam kelompok. Guru menunjuk
salah satu nomor untuk mewakili kelompoknya. Menurut Muhammad Nur (2005) model
pembelajaran kooperatif tipe NHT pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi
kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang
mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili
kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua
siswa. Cara ini upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab
individual dalam dalam diskusi kelompok.
Number Head Together adalah suatu Model
pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari,
mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya
dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh
Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran
kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki
agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara
kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari
sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk
kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan.
Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling
berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti
(Tryana, 2008). Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak
langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan
cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif
dalam pembelajaran.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam
model Pembelajaran Kepala bernomor struktur)
Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran
kepada siswa tentu ia akan memilih manakah model pembelajaran yang tepat
diberikan untuk materi pelajaran tertentu.
Ciri-ciri pembelajaran
kepala bernomer struktur sebagai berikut:
1) Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT,
dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang
beranggotakan tiga sampai lima
orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor
berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.
2) Pengajuan Pertanyaan
Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan,
guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat
diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam
membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat
umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.
3) Berpikir Bersama
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari
guru, siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban
kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari
masing-masing pertanyaan.
4) Pemberian Jawaban
Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu
nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan
dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih
kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang
nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk
menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban
tersebut.
3. Langkah – langkah Kepala bernomor struktur
1. Siswa
dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan
nomorkan terhadap tugas yang berangkai Misalnya : siswa nomor satu bertugas
mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan
hasil pekerjaan dan seterusnya
3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar
kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa
siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas
yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
4. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang
lain
5. Kesimpulan
4. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran
kepala bernomor struktur
5. Kelebihan dan kekurangan
1) Kelebihan
a. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Mampu memperdalam pamahaman siswa.
c. Melatih tanggung jawab siswa.
d. Menyenangkan siswa dalam belajar.
e. Mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
f. Meningkatkan rasa percaya diri siwa.
g. Mengembangkan rasa saling memiliki dan
kerjasama.
h. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai
materi.
i. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar
dengan tidak pintar.
j. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan
demikian meskipun saat pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap
antusias belajar.
2) Kelemahan
a. Ada siswa yang
takut diintimidasi bila Memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila
kenyataannya siswa lain kurang mampu menguasai materi)
b. Ada
siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong pada temannya untuk
mencarikan jawabnya.Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan
dibantu .
c. Apabila pada satu nomer kurang maximal
mengerjakan tugasnya, tentu saja mempengaruhi pekerjaan pemilik tugas lain pada
nomer selanjutnya.
Model Pembelajaran STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
Model
Pembelajaran STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
Model pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran
kooperatif. Semua model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur
tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Dalam proses pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatifsiswa didorong untuk bekerjasama pada suatu
tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperaif adalah prestasi
belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman
dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
1.
PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE STAD
1. Menurut wina (2008:242)
menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil,yaitu antara 4-5 orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik,jenis kelamin,ras atau suku yang
berbeda (heterogen)
2. Johnson (dalam Etin Solihatin,2005
:4 ) menyatakan bahwa :pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok
kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama.
3. Slavin ( dalam
Wina,2008:242) mengemukakan dua alasan bahwa : pembelajaran
kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki pembelajaran
selama ini. Pertama,beberapa penelitian membuktikan bahwa penggunaan
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus
dapat menngkatkan kemampuan hubungan sosial,menumbuhkan sikap menerima
kekurangan diri dan orang lain,serta dapat meningkatkan harga
diri.kedua,pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam
belajar,berfikir,memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan
keterampilan.
2.
Prinsip Pembelajaran Kooperatif sebagai berikut.
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua
anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan
tanggung jawab yang sama
diantara anggota kelompoknya.
d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
f.
Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta
mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
3.
Ciri Pembelajaran Kooperatif
Masih menurut Nur dalam Chotimah (2007), ciri-ciri pembelajaran
kooperatif sebagai
berikut.
a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi
belajar sesuai kompetensi
dasar yang akan dicapai.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang
berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin
anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan gender.
c. Penghargaan menekankan pada kelompok
dari pada masing-masing individu.
4.
Sintaks Model Pembelajaran STAD
Langkah-langkah model pembelajaran STAD dapat dilihat
pada tabel 2.1 seperti
berikut.
Tabel
2.1 Enam Langkah Model Pembelajaran STAD
|
Langkah
|
Indikator
|
Tingkah
laku guru
|
|
Langkah
1
Langkah
2
Langkah
3
Langkah
4
Langkah
5
Langkah
6
|
Menyampaikan
tujuan dan
memotivasi
siswa
Menyajikan
informasi
Mengorganisasikan
siswa ke
dalam
kelompok- kelompok belajar
Membimbimg
kelompok belajar
Evaluasi
Memberikan
penghargaan
|
Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar
yang
akan dicapai serta memotivasi siswa
Guru
menyajikan informasi kepada siswa
Guru
menginformasikan pengelom-pokkan
Siswa
Guru
memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok-kelompok belajar
Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang
materi
pembelajaran yang telah dilaksanakan
Guru
memberi penghargaan hasil belajar
individual
dan kelompok
|
Model pembelajaran STAD dikembangkan oleh Robert Slavin
dan temantemannya di Universitas John Hopkins. Siswa dalam suatu kelas tertentu
dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah
heterogen, terdiri atas laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku,
memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar
kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi
pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan
pelajaran melalui diskusi dan kuis.
Sintaks model Pembelajaran STAD dalam Chotimah (2007)
antara lain :
a. Guru
membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.
b. Guru
menyajikan pelajaran.
c. Guru
memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok
d.
Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota
kelompok
lainnya
sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
e. Guru
memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab
kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu.
f. Guru
memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki nilai/poin
tertinggi.
g. Guru
memberikan evaluasi.
h.
Penutup.
Dalam STAD, penghargaan kelompok didasarkan atas skor yang
didapatkan oleh
kelompok
dan skor kelompok ini diperoleh dari peningkatan individu dalam setiap kuis.
Sumbangan
poin peningkatan siswa terhadap kelompoknya didasarkan atas ketentuan
pada
tabel 2.2 berikut.
Tabel
2.2 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan STAD
|
Skor
Kuis
|
Poin
peningkatan
|
|
Lebih
dari 10 point di bawah skor dasar
1-10
point di bawah skor dasar
Skor
dasar sampai 10 poin di atas skor dasar
Lebih
dari 10 poin di atas skor dasar
Hasil
sempurna (tidak mempertimbangkan skor dasar
|
5
10
20
30
30
|
Catatan:
Nilai kuis sebelumnya dapat digunakan sebagai skor dasar
(Sumber:Slavin,
1995 dalam Parlan, 2006:17)
Skor
kelompok untuk setiap kelompok didasarkan pada sumbangan poin peningkatan
yang
diperoleh oleh setiap anggota kelompok yaitu dengan menjumlah seluruh poin
peningkatan
anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Penghargaan
kelompok
diberikan dengan empat kriteria seperti pada tabel 2.3 berikut.
Tabel
2.3 Predikat Keberhasilan Kelompok
|
Kriteria
|
Nilai
Perkembangan
|
|
Excellent
The
best teams
Good
teams
General
teams
|
22,6
– 30
15,1
– 22,5
7,6 –
15,0
≥7,5
|
(Sumber:
Slavin, 1995 dalam Supriyo, 2008:50)
5. Kelebihan
dan Kekurangan pembelajaran Tipe STAD
A) Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD
Menurut
Davidson (dalam Nurasma,2006:26)
:
a) Meningkatkan kecakapan individu
b) Meningkatkan kecakapan kelompok
c) Meningkatkan komitmen
d) Menghilangkan prasangka buruk terhadap
teman sebaya
e) Tidak bersifat kompetitif
f) Tidak memiliki rasa dendam
B) Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD
a) Menurut Slavin (dalam Nurasma
2006:2007 )yaitu:
b) Konstribusi dari siswa berprestasi
rendah menjadi kurang
c) Siswa berprestasi tinggi akan
mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih
dominan.
E.
Hubungan Penerapan Model STAD dengan Motivasi dan Prestasi
Belajar Siswa
Dalam proses belajar mengajar guru sebagai pelaksana pengajaran harus
dapat menciptakan kondisi yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Dengan
demikian diharapkan terjadi interaksi antara guru dan siswa yang pada umumnya
akan merasa mendapat motivasi yang tinggi apabila guru melibatkan siswa secara
aktif dalam proses belajar mengajar. Selain itu siswa akan lebih memahami dan
mengerti konsep-konsep fisika secara benar.
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara
konsisten baik bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah,
dan resistensi (daya lekat) terhadap materi pelajaran menjadi lebih panjang
(Ellyana, 2007). Pembelajaan kooperatif yang dikemas dalam kegiatan
pembelajaran yang bervariasi dengan model STAD dapat menumbuhkan motivasi dan
prestasi belajar siswa. Pengajaran fisika yang disajikan dengan model
pembelajaran STAD memungkinkan untuk memberikan
pengalaman-pengalaman sosial sebab mereka akan bertanggung jawab pada diri
sendiri dan anggota kelompoknya. Keberhasilan anggota kelompok merupakan tugas
bersama.
Dalam pembelajaran STAD ini anggota kelompok berasal
dari tingkat prestasi yang berbeda-beda, sehingga melatih siswa untuk
bertoleransi atas perbedaan dan kesadaran akan perbedaan. Disamping itu
pembelajaran yang disajikan dengan model STAD akan melatih
siswa untuk menceriterakan, menulis secara benar apa yang diteliti dan diamati.
Apabila ditinjau dari proses pelaksanaannya, kegiatan model pembelajaran STAD lebih
membawa siswa untuk memahami materi yang disajikan oleh guru, karena siswa
aktif dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan uraian di atas, pengajaran
fisika yang disajikan dengan dengan penerapan model pembelajaran STADakan
dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa
Model Pembelajaran Jigsaw
Model Pembelajaran Jigsaw
A. Pengertian
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan
oleh Elliot Aronson’s. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa
tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran
orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka
juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada
kelompoknya.Pada model pembelajaran jigsaw ini
keaktifan siswa (student centered) sangan dibutuhkan, dengan
dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri
dari kelompok asal dan kelompok ahli.
Dalam Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, siswa dibagi dalam beberapa
kelompok belajar yang heterogen yang beranggotakan 3-5 orang dengan menggunakan
pola kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa
terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan
keragaman dan latar belakang. Guru harus trampil dan mengetahui latar belakang
siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap angota kelompok. Sedangkan
kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain
(kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian
dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu
dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi
yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama
lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Disini, peran guru adalah
mefasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk
memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota
kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman
sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok
ahli.Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang di dapatkan
saat melakuakn diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima
oleh setiap anggota pada kelompok asal. Kunci tipe Jigsaw ini adalah
interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang
diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja sama
yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan
memecahkan masalah yang biberikan.
B. Langkah-
Langkah dalam metode jigsaw
Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran
ini maju mundur seperti gergaji. Menurut Arends (1997), langkah-langkah
penerapan model pembelajaran Jigsaw, yaitu:
1. Awal kegiatan
pembelajaran
a. Persiapan
1. Melakukan Pembelajaran Pendahuluan
Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan menjelaskan
tujuan dipelajarinya topik tersebut.
2. Materi
Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian
pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta
banyaknya konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan
dipelajari oleh siswa.
3. Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli
Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang yang
heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar belakang
sosialnya
4. Menentukan Skor Awal
Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya
atau nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.
2. Rencana
Kegiatan
1. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan
menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
2. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan
semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
3. Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topik yang
didiskusikannya.
4. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
5. Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor kelompok atau
menghargai prestasi kelompok.
3. Sistem Evaluasi
Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:
1. Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.
2. Membuat laporan mandiri atau kelompok.
3. Presentasi
Materi Evaluasi
- Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.
- Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.
C. Kelebihan
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional,
model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah
ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu
yang lebih singkat
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih
aktif dalam berbicara dan berpendapat.
D. Kelemahan
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan
yaitu :
1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan
cenderung mengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru
harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar
para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli.
Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah
akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai
tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara
tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi
dapat tersampaikan secara akurat.
3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan
suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk
mengikuti jalannya diskusi.
4. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan
untuk mengikuti proses pembelajaran.
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED INTRODUCTION)
PROBLEM BASED INTRODUCTION
(PBI)
MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Sejarah Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah dirintis dalam ilmu kesehatan di McMaster
University di Kanada pada tahun 1960-an yang diresmikan pada tahun 1968.
(Neufeld & Barrows, 1974), karena siswa tidak mampu menerapkan sejumlah
besar mereka pengetahuan ilmiah dasar untuk situasi klinis. Tak lama kemudian,
tiga sekolah medis lain - University of Limburg di Maastricht (Belanda),
University of Newcastle (Australia), dan University of New Mexico (Amerika)
mengambil McMaster model pembelajaran berbasis masalah. (diadopsi oleh lain
program-program sekolah kedokteran (Barrows, 1996) dan juga telah diadaptasi
untuk instruksi sarjana (Boud dan Feletti, 1997; Duch et al, 2001. ; Amador et
al, 2006))
Landasan Teoretik Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Temuan-temuan dari psikologi kognitif menyediakan landasan teoretis untuk
meningkatkan pengajaran secara umum dan khsususnya problem based learning
(PBL). Premis dasar dalam psikologi kognitif adalah belajar merupakan proses
konstruksi pengetahuan baru yang berdasarkan pada pengetahuan terkini.
Mengikuti Glaser (1991) secara umum diasumsikan bahwa belajar adalah proses
yang konstruktif dan bukan penerimaan. Proses-proses kognitif yang disebut
metakognisi mempengaruhi penggunaan pengetahuan, dan faktor-faktor sosial dan
kontektual mempengaruhi pembelajaran.
A. Pengertian Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Suherman (2003: 7)
Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru di
dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di
kelas.
Konsep yang dikemukakan Suherman menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah
suatu bentuk bagaimana interaksi yang tercipta antara guru dan siswa
berhubungan dengan strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang
digunkan dalam proses pembelajaran.
Gijselaers ( 1996)
Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori bahwa belajar adalah proses
dimana pembelajar secara aktif mengkontruksi pengetahuan.
Konsep ini menjelaskan bahwa belajar terjadi dari aksi siswa, dan pendidik
hanya berperan dalam memfasilitasi terjadinya aktivitas kontruksi pengetahuan
oleh pembelajar. Pendidik harus memusatkan perhatiannya untuk membantu siswa
dalam mencapai keterampilan self directed learning.
Tujuan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Departemen Pendidikan Nasional (2003)
Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa menjadi pembelajar yang mandiri,
artinya ketika siswa belajar, maka siswa dapat memilih strategi belajar yang
sesuai, terampil menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu
mengontrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya
itu.
Dari pengertian ini, dikatakan bahwa tujuan utama pembelajaran berbasis masalah
adalah untuk menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir dan memotivasi
siswa untuk terus belajar.
Muslimin Ibrahim (2000:7)
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan
informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis
masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir,
pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual, belajar berbagai peran orang
dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan
menjadi pembelajar yang mandiri.
Dari pengertian ini kita dapat mngetahui bahwa pembelajaran berbasis masalah
ini difokuskan untuk perkembangan belajar siswa, bukan untuk membantu guru
mengumpulkan informasi yang nantinya akan diberikan kepada siswa saat proses
pembelajaran.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning) bertujuan untuk:
1. membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan
masalah,
2. belajar peranan orang dewasa yang otentik,
3. menjadi siswa yang mandiri,
4. untuk bergerak pada level pemahaman yang lebih umum, membuat kemungkinan
transfers pengetahuan baru,
5. mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
6. meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
7. meningkatkan motivasi belajar siswa
8. membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
B. Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Berdasar pada pandangan psikologi kognitif terdapat tiga prinsip pembelajaran
yang berkaitan dengan PBL
1. Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan. Pembelajaran
tradisional didominasi oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan
pengetahuan ke kepala pebelajar. Kepala pebelajar dipandang sebagai kotak
kosong yang siap diisi melalui repetisi dan penerimaan. Pengajaran lebih
diarahkan untuk penyimpanan informasi oleh pebelajar pada memorinya seperti
menyimpan buku-buku di perpustakaan. Pemanggilan kembali informasi bergantung
pada kualitas nomer panggil(call number) yang digunakan dalam
mengklasifikasikan informasi. Namun, psikologi kognitif modern menyatakan bahwa
memori merupakan struktur asosiatif. Pengetahuan disusun dalam jaringan antar
konsep, mengacu pada jalinan semantik. Ketika belajar terjadi informasi baru
digandengkan pada jaringan informasi yang telah ada. Jalinan semantik tidak
hanya menyangkut bagaimana menyimpan informasi, tetapi juga bagaimana informasi
itu diinterpretasikan dan dipanggil.
2. Knowing About Knowing (metakognisi) Mempengaruhi Pembelajaran.
Prinsip kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila
pebelajar mengajukan keterampilan-keterampilan self monitoring, secara umum
mengacu pada metakognisi (Bruer, 1993 dalam Gijselaers, 1996). Metakognisi
dipandang sebagai elemen esensial keterampilan belajar seperti setting tujuan
(what am I going to do), strategi seleksi (how am I doing it?), dan evaluasi
tujuan (did it work?). Keberhasilan pemecahan masalah tidak hanya bergantung
pada pemilikan pengetahuan konten (body of knowledge), tetapi juga penggunaan
metode pemecahan masalah untuk mencapai tujuan. Secara khusus keterampilan
metokognitif meliputi kemampuan memonitor prilaku belajar diri sendiri, yakni
menyadari bagaimana suatu masalah dianalisis dan apakah hasil pemecahan masalah
masuk akal?
3. Faktor-faktor Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran. Prinsip
ketiga ini adalah tentang penggunaan pengetahuan. Mengarahkan pebelajar untuk
memiliki pengetahuan dan untuk mampu menerapkan proses pemecahan masalah
merupakan tujuan yang sangat ambisius. Pembelajaran biasanya dimulai dengan
penyampaian pengetahuan oleh pembelajar kepada pebelajar, kemudian disertai
dengan pemberian tugas-tugas berupa masalah untuk meningkatkan penggunaan
pengetahuan. Namun studi-studi menunjukkan bahwa pebelajar mengalami kesulitan
serius dalam menggunakan pengetahuan ilmiah (Bruning et al, 1995). Studi juga
menunjukkan bahwa pendidikantradisional tidak memfasilitasi peningkatan peman
masalah-maslah fisika walaupun secara formal diajarkan teori fisika ( misalnya,
Clement, 1990).
Bridges (1992) dan Charlin (1998)
Dalam melaksanakan proses pembelajaran PBM ini, Bridges dan Charlin telah
menggariskan beberapa ciri-ciri utama seperti berikut.
1. Pembelajaran berpusat dengan masalah.
2. Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia sebenarnya yang mungkin akan
dihadapi oleh siswa dalam kerja profesional mereka di masa depan.
3. Pengetahuan yang diharapkan dicapai oleh siswa saat proses pembelajaran
disusun berdasarkan masalah.
4. Para siswa bertanggung jawab terhadap
proses pembelajaran mereka sendiri.
5. Siswa aktif dengan proses bersama.
6. Pengetahuan menyokong pengetahuan yang baru.
7. Pengetahuan diperoleh dalam konteks yang bermakna.
8. Siswa berpeluang untuk meningkatkan serta mengorganisasikan pengetahuan.
9. Kebanyakan pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok kecil.
Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang bisa
bersumber dari berita,rekaman,video dan lain sebagainya.
2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa,sehingga
setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.
3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang
banyak,sehingga terasa manfaatnya.
4. Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang
harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa
perlu untuk mempelajarinya.
Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Pannen (2001)
Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL paling sedikit ada
delapan tahapan, yaitu:
1. mengidentifikasi masalah,
2. mengumpulkan data,
3. menganalisis data,
4. memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya,
5. memilih cara untuk memecahkan masalah,
6. merencanakan penerapan pemecahan masalah,
7. melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan
8. melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.
Arends (2004)
Ada 5 fase
(tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL.
Fase Aktivitas guru
Fase 1: Mengorientasikan mahasiswa pada masalah. Menjelaskan tujuan
pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi mahasiswa terlibat aktif
pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih
Fase 2: Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar. Membantu mahasiswa membatasi
dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi
Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Mendorong mahasiswa
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk
penjelasan dan pemecahan
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu mahasiswa
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan
model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Membantu
mahasiswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan
selama berlangusungnya pemecahan masalah.
Berikut langkah-langkah PBM.
1. Guru memulai sesi awal PBM dengan presentasi permasalahan yang akan dihadapi
oleh siswa.
2. Siswa terstimulus untuk berusaha menyelesaikan permasalahan di lapangan.
3. Siswa mengorganisasikan apa yang telah mereka pahami tentang permasalahan
dan mencoba mengidentifikasi hal-hal terkait.
4. Siswa berdiskusi dengan mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak
mereka pahami.
5. Guru mendampingi siswa untuk fokus terhadap pertanyaan yang dianggap
penting.
6. Setelah periode self-study, sesi kedua dilakukan.
7. Pada awal sesi ini siswa diharapkan dapat membagi pengetahuan baru yang
mereka peroleh.
8. Siswa menguji validitas dari pendekatan awal dan menyaringnya.
9. Siswa berlatih mentransfer pengetahuan dalam konteks nyata melalui pelaporan
di kelas.
Dalam penyelidikan suatu masalah, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut.
1. Membaca dan menganalisis skenario dan situasi masalah.
Periksa pemahaman Anda tentang skenario dengan mendiskusikan hal itu dalam
kelompok Anda. Sebuah upaya kelompok mungkin akan lebih efektif dalam
menentukan apa faktor-faktor kunci dalam situasi ini. Karena ini adalah situasi
pemecahan masalah nyata, grup Anda akan harus secara aktif mencari informasi
yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
2. Daftar hipotesis, ide, atau firasat
Tulis dalam daftar teori atau hipotesis tentang penyebab masalah atau ide-ide
tentang bagaimana untuk memecahkan masalah. Anda juga akan mendukung atau menolak
ide-ide sebagai hasil penyelidikan Anda. Daftar ide yang berbeda lain yang
perlu ditangani.
3. Daftar apa yang dikenal.
Buat pos berjudul "Apa yang kita ketahui?" pada selembar kertas.
Kemudian temukan informasi yang terkandung dalam skenario.
4. Mengembangkan sebuah pernyataan masalah.
Suatu pernyataan masalah harus berasal dari analisis Anda apa yang Anda
ketahui. Dalam satu atau dua kalimat Anda harus dapat menjelaskan apa yang grup
Anda sedang mencoba untuk menyelesaikan, memproduksi, menanggapi, tes, atau
mencari tahu. Pernyataan masalah mungkin harus direvisi sebagai informasi baru
ditemukan dan dibawa ke menanggung pada situasi.
5. Daftar apa yang dibutuhkan.
Siapkan daftar pertanyaan Anda pikir perlu dijawab untuk memecahkan masalah.
Rekam mereka di bawah daftar kedua berjudul: "Apa yang kita perlu
tahu?" Beberapa jenis pertanyaan yang mungkin sesuai. Beberapa orang
mungkin alamat konsep atau prinsip-prinsip yang perlu dipelajari untuk
mengatasi situasi. Pertanyaan lain mungkin dalam bentuk permintaan untuk
informasi lebih lanjut. Pertanyaan-pertanyaan ini akan membimbing pencarian
yang mungkin akan terjadi on-line, di perpustakaan, atau dalam pencarian
out-of-kelas yang lain.
6. Daftar tindakan yang mungkin.
Daftar rekomendasi, solusi, atau hipotesis di bawah judul: "Apa yang harus
kita lakukan?". Daftar rencana Anda untuk penyelidikan. Rencana ini
mungkin termasuk mempertanyakan ahli, mendapatkan data online, atau mengunjungi
perpustakaan.
7. Mengumpulkan dan Menganalisis informasi.
Bagilah tanggung jawab untuk mengumpulkan, mengorganisir, menganalisis, dan
menafsirkan informasi dari banyak sumber. Menganalisis informasi yang anda
kumpulkan. Anda mungkin perlu merevisi pernyataan masalah. Anda dapat
mengidentifikasi laporan masalah yang lebih. Pada titik ini, grup Anda mungkin
akan merumuskan dan menguji hipotesis untuk menjelaskan masalah. Beberapa
masalah mungkin tidak memerlukan hipotesis, bukan solusi yang dianjurkan atau
pendapat (berdasarkan data riset Anda) mungkin tepat.
8. Menyajikan temuan-temuannya.
Siapkan laporan di mana Anda membuat rekomendasi, prediksi, kesimpulan, atau
solusi lainyang tepat untuk masalah berdasarkan data Anda dan latar belakang.
Bersiaplah untuk mendukung rekomendasi Anda. Jika sesuai, pertimbangkan
presentasi multimedia dengan menggunakan gambar, grafik, atau suara.
Pelaksanaan Pembelajaran Bedasarkan Masalah
Pierce dan Jones (Ratnaningsih, 2003)
Mereka mengemukakan bahwa kejadian-kejadian yang harus muncul pada waktu
pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:
a. Keterlibatan (engagement) meliputi mempersiapkan siswa untuk berperan
sebagai pemecah masalah yang bisa bekerja sama dengan pihak lain, menghadapkan
siswa pada situasi yang mendorong untuk mampu menemukan masalah dan meneliti permasalahan
sambil mengajukkan dugaan dan rencana penyelesaian.
b. Inkuiri dan investigasi (inquiry dan investigation) yang mencakup kegiatan
mengeksplorasi dan mendistribuskan informasi.
c. Performansi (performnace) yaitu menyajikan temuan.
d. Tanya jawab (debriefing) yaitu menguji keakuratan dari solusi dan melakukan
refleksi terhadap proses pemecahan masalah.
A. Tugas Perencanaan.
Pembelajaran Bedasarkan Masalah memerlukan banyak perencanaan seperti halnya
model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.
1. Penetapan Tujuan.
Pertama mendiskripsikan bagaimana pembelajaran berdasarkan masalah direncanakan
untuk membantu tercapainya tujuan-tujuan tertentu misalnya ketrampilan
menyelidiki, memahami peran orang dewasa dn membantu siswa menjadi pebelajar
yang mandiri Hendaknya difikirkan dahulu dengan matang tujuan yang hendak
dicapai sehingga dapat dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa
2. Merancang situasi masalah yang sesuai
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru memberikan kebebasan siswa untuk
memilih masalah yang akan diselidiki, karena cara ini meningkatkan motivasi
siswa. Masalah sebaiknya otentik ( berdasarkan pada pengalaman dunia nyata
siswa ), mengandung teka-teki dan tidak terdefinisikan secara ketat,
memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa dan konsisten dengan tujuan
kurikulum.
3. Organisasi sumber daya dan rencana logistik.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru mengorganisasikan sumber daya dan
merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa karena dalam model pembelajaran
ini dimungkinkan siswa bekerja dengan beragam material dan peralatan,
pelaksanaan dapat dilakukan didalam maupun diluar kelas.
B. Tugas interaktif
1. Orientasi siswa pada masalah.
Siswa perlu memahami bahwa pembelajaran berdasarkan masalah tidak untuk
memperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tetapi pembelajaran ini adalah
kegiatan penyelidikan terhadap masalah-masalah yang penting dan untuk menjadi
pelajar yang mandiri. Oleh karena itu cara yang baik dalam menyajikan masalah
adalah dengan menggunakan kejadian-kejadian yang mencengangkan dan menimbulkan
misteri sehingga merangsang untuk memecahkan masalah tersebut.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah siswa memerlukan bantuan guru untuk
merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan. Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok belajar kooperatif juga diperlukan pengembangan ketrampilan
kerja sama di anatara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah
secara bersama.
3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok.
a. guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa
diberi pertanyaan yang membuat siswa memimikirkan masalah dan jenis informasi
yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah sehingga siswa diajarkan menjadi penyelidik
yang aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk memecahkan masalah
tersebut. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
b. Guru mendorong pertukaran ide secara bebas dan penerimaan sepenuhnya ide-ide
tersebut. Guru mendorong siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai
sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan
jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Selama tahap
penyelidikan guru memberi bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu siswa.
c. Puncak kegiatan pembelajaran berdasarkan masalah adalah penciptaan dan
peragaan artifak seperti laporan, poster, model-model fisik, videotape dsb.
Tugas guru pada tiap akhir pembelajaran berbasis masalah adalah membantu siswa
menganalisis dan mengevaluasi proses berfikir mereka sendiri, dan ketrampilan
penyelidikan yang mereka gunakan.
4. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Tugas guru pada tahap akhir
pembelajaran berdasarkan masalah adalah membantu siswa menganalisis dan
mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan ketrampilan penyelidikan yang
mereka gunakan.
C. Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Managemen
Guru perlu memberikan seperangkat aturan, sopan santun kepada siswa untuk
mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka melakukan penyelidikan sehingga
terciptanya kenyamanan, kemudahan siswa dalam melakukan aktivitasnya.
D. Asesmen dan evaluasi
Penilaian yang dilakukan guru tidak hanya terbatas dengan tes kertas dan pensil
( paper and paper tes ) tetapi termasuk menemukan prosedur penilaian
alternative yang dapat digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa. Penetapan
kriteria penilaian tugas-tugas kinerja/ hasil karya harus dilakukan pada
awal-awal pembelajaran dan harus dapat dikerjakan oleh pebelajar (Fottrell,
1996). Kriteria penilaian itu harus didiskusikan terlebih dahulu bersama
pebelajar di kelas. Diskusi ini meliputi berapa grade yang harus mereka capai
dan siapa yang akan menilai mereka (pembelajar, pebelajar, atau ahli luar).
Penilaian pada pembelajaran berbasis masalah berorientasi pada proses dengan
tujuan untuk menilai ketrampilan berkomunikasi, bekerjasama, penerimaan siswa
terhadap tanggung jawab belajar, kemampuan belajar bagaimanan belajar (
learning to learn ), penyelesaian dan penggunaan sumber serta pengembangan
ketrampilan memecahkan masalah. Dalam pembelajaran berbasis masalah guru
berperan dalam mengembangkan aspek kognitif dan metakognitif siswa, bukan
sekedar sumber pengetahuan dan penyebar informasi. Disamping itu siswa bukan
sebagai pendengar yang pasif tetapi berperan aktif sebagai problem.
Peran guru, siswa dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat
digambarkan sebagai berikut:
Guru sebagai pelatihv
Siswa sebagai problem solverv
Masalah sebagai awal tantangan dan motivasiv
Asking about thinking ( bertanya tentang pemikiran)Ø
memonitor pembelajaranØ
probbing ( menantang siswa untuk berfikir )Ø
menjaga agar siswa terlibatØ
mengatur dinamika kelompokØ
menjaga berlangsungnya prosesØ
peserta yang aktifØ
terlibat langsung dalam pembelajaranØ
membangun pembelajaranØ
menarik untuk dipecahkanØ
menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang
dipelajariØ
Muslimin Ibrahim menjelaskan bahwa dalam menerapkan model pembelajaran berbasis
masalah membutuhkan banyak latihan dan perlu membuat ke putusan-keputusan
khusus pada fase-fase perencanaan, interaksi dan setelah pembelajaran.
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang diperoleh
pebelajar yang diajar dengan PBL yaitu:
1. Inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah.
Siswa yang melakukan inkuiri dalam pempelajaran akan menggunakan ketrampilan
berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking skill) dimana mereka akan
melakukan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan reasoning.
2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan
3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).
E. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah dalam
Pemanfaatannya
Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai
berikut.
1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
2. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
3. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
4. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
5. Dapat mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara
mandiri
6. Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang
telah ia lakukan
7. Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.
8. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
9. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai
berikut.
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta
didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, pemberian
materi terjadi secara satu arah.
2. Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang membutuhkan waktu yang
lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi
persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBM harus disesuaikan
dengan beban kurikulum.
3. Menurut Fincham et al. (1997), "PBL tidak menghadirkan kurikulum baru
tetapi lebih pada kurikulum yang sama melalui metode pengajaran yang
berbeda," (hal. 419).
4. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka
untuk belajar, terutama di daerah yang mereka tidak memiliki pengalaman sebelumnya.
5. Seorang guru mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak dapat untuk menutup
sebagai bahan sebanyak kursus kuliah berbasis konvensional. PBL bisa sangat
menantang untuk melaksanakan, karena membutuhkan banyak perencanaan dan kerja
keras bagi guru. Ini bisa sulit pada awalnya bagi guru untuk "melepaskan
kontrol" dan menjadi fasilitator, mendorong siswa untuk mengajukan
pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka solusi
F. Kesimpulan
Pembelajaran Berbasis Masalah pertama kali dicetuskan pada akhir tahun 1960-an
di sekolah kedokteran di McMaster University di Kanada.
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu proses pembelajaran yang
keterlibatan siswanya lebih besar dalam pemecahan suatu masalah melalui
tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah yang disajikan oleh pendidik dengan berbekal
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sehingga dari prior knowledge ini akan
terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
Ciri-ciri Pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah (dapat
dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya
tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk
memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik
untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.
Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa
melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang
beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping
pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat
hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data,
menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan
membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBL dapat memberikan
pengalaman yang kaya kepada siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBL dapat
meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga
diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan
sehari-hari.
Pembelajaran Berbasis Masalah bertujuan untuk memotivasi belajar siswa agar
menjadi mandiri, membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan
ketrampilan pemecahan masalah, membuat kemungkinan transfers pengetahuan baru,
belajar peranan orang dewasa yang otentik,
Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Masalah adalah proses konstruktif
dan bukan penerimaan, Knowing About Knowing (metakognisi) mempengaruhi
pembelajaran, danFaktor-faktor kontekstual dan sosial mempengaruhi
pembelajaran.
Kriteria pemilihan bahan Pembelajaran Berbasis Masalah adalah :
1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik
2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa
3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang
banyak
4. Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang
harus dimiliki oleh siswa
5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa
Langkah- langkah model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, yaitu :
1. Orientasi siswa kepada masalah
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Pelaksanaan Pembelajaran Bedasarkan Masalah adalah sebagai berikut.
A. Tugas Perencanaan.
1. Penetapan Tujuan.
2. Merancang situasi masalah yang sesuai.
3. Organisasi sumber daya dan rencana logistik.
B. Tugas interaktif
1. Orientasi siswa pada masalah.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok.
4. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
C. Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Managemen.
D. Asesmen dan evaluasi
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang diperoleh
pebelajar yang diajar dengan Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu:
1. Inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah.
2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan
3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).
Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai
berikut.
1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif dan mandiri
2. Meningkatkan motivasi dan kemampuan memecahkan masalah
3. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
4. Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.
5. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
6. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai
berikut.
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini.
2. Kurangnya waktu pembelajaran.
3. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka
untuk belajar.
4. Seorang guru sulit menjadi fasilitator yang baik.
MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI
MODEL PEMBELAJARAN
ARTIKULASI
Ibarat pakaian yang penuh
variasi lengkap dengan berbagai corak warna dan modelnya, semua itu adalah
dengan tujuan agar si pemakai merasa nyaman, aman, terlindung, juga agar merasa
percaya diri dan dihargai/dihormati orang lain. Orang lain yang memandang cara
berpakaian pun akan merasa senang, simpati, bahkan mungkin tertarik akan
performa dan potongan/model pakaian tersebut. Maka secara lugas dapat dikatakan
bahwa tujuan daripada berpakaian sudah tercapai.
Demikian juga dengan pembelajaran. Banyak ragam
strategi pembelajaran, pendekatan, metode pembelajaran dan juga model
pembelajaran. Tujuan dilaksanakannya berbagai macam strategi pembelajaran,
metode pembelajaran dan model pembelajaran adalah agar guru/pendidik lebih
mudah, lebih efektif dan efisien dalam menerapkan suatu pembelajaran sehingga
apa yang menjadi tujuan pembelajaran akan mudah tercapai secara maksimal.
Bagi peserta didik akan menimbulkan perasaan
senang, termotivasi, tertantang sehingga pembelajaran pun menjadi lebih
bermakna dan PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan
Menyenangkan ). Tidak ada lagi pembelajaran yang monoton dan menjemukan.
Khusus model pembelajaran, ternyata jumlahnya
cukup banyak. Hal ini karena selalu ada inovasi-inovasi baru yang dilakukan
oleh kalangan guru/pendidik, ahli pendidikan dan kaum cerdik cendikiawan baik
dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Efektif atau tidaknya suatu model pembelajaran
diterapkan, tidak ditentukan oleh kecanggihan suatu model pembelajaran saja,
karena pada prinsipnya tidak ada satu model pembelajaran pun yang terbaik.
Model pembelajaran yang terbaik adalah model pembelajaran yang relevan dengan
tujuan yang hendak dicapai. Dari sekian model pembelajaran, berikut penulis
sampaikan salah satu contoh model pembelajaran yakni model pembelajaran
Artikulasi.
1. Pengertian Model Pembelajaran Artikulasi
Model pembelajaran Artikulasi merupakan model yang
prosesnya seperti pesan berantai, artinya apa yang telah diberikan Guru,
seorang siswa wajib meneruskan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan
kelompoknya). Di sinilah keunikan model pembelajaran ini. Siswa dituntut untuk
bisa berperan sebagai ‘penerima pesan’ sekaligus berperan sebagai ‘penyampai
pesan.’
Model pembelajaran artikulasi merupakan model
pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk
menjadi kelompok kecil yang masing-masing siswa dalam kelompok tersebut
mempunyai tugas mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang baru
dibahas. Konsep pemahaman sangat diperlukan dalam mode pembelajaran ini.
2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Artikulasi
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin
dicapai.
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah
kelompok berpasangan dua orang.
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu
menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar
sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga
kelompok lainnya.
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak
menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa
sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang
sekiranya belum dipahami siswa.
7. Kesimpulan/penutup.
3. Kelemahan dan kelebihan Pembelajaran Artikulasi
Kelemahan dan kelebihan dari pembelajaran
artikulasi ini antara lain:
A. Kelemahannya:
a. Untuk mata pelajaran tertentu
b. Waktu yang dibutuhkan banyak
c. Materi yang didapat sedikit
d. Banyak kelompok yang melapor dan perlu
dimonitor
e. Lebih sedikit ide yang muncul
f. Jika ada perselisihan tidak ada penengah
B. Kelebihannya:
a. Semua siswa terlibat (mendapat peran)
b. Melatih kesiapan siswa
c. Melatih daya serap pemahaman dari orang lain
d. Cocok untuk tugas sederhana
e. Interaksi lebih mudah
f. Lebih mudah dan cepat membentuknya
g. Meningkatkan partisipasi anak
MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING
MODEL PEMBELAJARAN MIND
MAPPING
1. Pengertian
Mind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi
ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping
seperti peta sebuah jalan di kota
yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat
pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat
luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan
tepat dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita berada.
Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang
digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa
sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga
mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan
teknik mencatat biasa..
Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau
peta pikiran, adalah salah satu cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan
siswa belajar. Mind mapping bisa juga dikategorikan sebagai teknik mencatat
kreatif.
Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan
mind mapping ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa
yang kreatif akan lebih mudah membuat mind mapping ini. Begitu pula, dengan
semakin seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan semakin kreatif.
Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony
Buzan tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking.
Sebuah mind map memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide
lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila
digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi
di antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk mengorganisasikan
informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon dan
percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi
yang lain.
Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi
membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya,
menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Dengan metode mind mapping
siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%.
Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Maping
Ø Catatan biasa :
a. Catatan
Biasa
b. Hanya
berupa tulisan-tulisan saja
c. Hanya
dalam satu warna
d. Untuk
mereview ulang diperlukan waktu yang lama
e. Waktu
yang diperlukan untuk belajar lebih lama
f. Statis
Ø Mind mapping :
a. Peta
pikiran
b. Berupa
tulisan, simbol, dan gambar
c. Berwarna
warni
d. Untuk
mereview ulang diperlukan waktu yang pendek
e. Waktu
yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif
f. Membuat
individu menjadi kreatif
Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah
satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya
belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak
yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan
otak maka kan
memudahkan seserorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi,
baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol,
bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang
diterima.Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal
ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri
siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada
di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta
pikiran. Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat
mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan mind
mapping.(Sugiarto,Iwan. 2004. Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berfikir.)
Cara membuat mind mapping, terlebih dahulu siapkan
selembar kertas kosong yang diatur dalam posisi landscape kemudian tempatan
topik yang akan dibahas di tengah-tengah halaman kertas dengan posisi
horizontal. Usahakan menggunakan gambar, simbol atau kode pada mind mapping
yang dibuat. Dengan visualisasi kerja otak kiri yang bersifat rasional, numerik
dan verbal bersinergi dengan kerja otak kanan yang bersifat imajinatif, emosi,
kreativitas dan seni. Dengan ensinergikan potensi otak kiri dan kanan, siswa
dapat dengan lebih mudah menangkap dan menguasai materi pelajaran.
Selain itu, siswa dapat menggunakan kata-kata kunci
sebagai asosiasi terhadap suatu ide pada setiap cabang pemikiran berupa sebuah
kata tunggal serta bukan kalimat. Setiap garis-garis cabang saling berhubungan
hingga ke pusat gambar dan diusahakan garis-garis yang dibentuk tidak lurus
agar tidak membosankan. Garis-garis cabang sebaiknya dibuat semakin tipis
begitu bergerak menjauh dari gambar utama untuk menandakan hirarki atau tingkat
kepentingan dari masing-masing garis.
Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan
untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban. Dipergunakan
dalam kerja kelompok secara berpasangan ( 2 orang ).
Langkah-langkah pembelajarannya :
1. Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru
menyajikan materi sebagaimana biasa.
3. Untuk
mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4. Menugaskan
salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari
guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian
berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5. Menugaskan
siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman
pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
6. Guru
mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kiranya belum dipahami siswa.
7. Kesimpulan/penutup.
2. Prinsip
Dasar Mind Mapping
Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan
dengan menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan secara
kesatuan dengan menggunakan teknik pohon.
3. Kelebihan
dan Kekurangan mind mapping
Beberapa manfaat memiliki mind maping antara lain :
a. Merencana
b. Berkomunikasi
c. Menjadi
Kreatif
d. Menghemat
Waktu
e. Menyelesaikan
Masalah
f. Memusatkan
Perhatian
g. Menyusun
dan Menjelaskan Fikiran-fikiran
h. Mengingat
dengan lebih baik
i. Belajar
Lebih Cepat dan Efisien
j. Melihat
gambar keseluruhan
Ada beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind
mapping ini, yaitu :
a. Cara
ini cepat
b. Teknik
dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda
c. Proses
mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.
d. Diagram
yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.
Kekurangan
model pembelajaran mind mapping:
a. Hanya siswa
yang aktif yang terlibat
b. Tidak sepenuhnya
murid yang belajar
c. Jumlah
detail informasi tidak dapat dimasukkan
KESIMPULAN
Jadi model pembelajaran mind mapping adalah suatu model
pembelajaran untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya
kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai
banyak cabang. Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk
pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban. Dipergunakan
dalam kerja kelompok secara berpasangan ( 2 orang ).
Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan
dengan menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan secara
kesatuan dengan menggunakan teknik pohon.
Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau
peta pikiran, adalah salah satu cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan
siswa belajar. Mind mapping bisa juga dikategorikan sebagai teknik mencatat
kreatif.
Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan
mind mapping ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa
yang kreatif akan lebih mudah membuat mind mapping ini. Begitu pula, dengan
semakin seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan semakin kreatif.
Kelebihan :
a. Cara
ini cepat
b. Teknik
dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda
c. Proses
mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.
d. Diagram
yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.
Kekurangan :
a. Hanya siswa
yang aktif yang terlibat
b. Tidak sepenuhnya
murid yang belajar
c. Jumlah
detail informasi tidak dapat dimasukkan
METODE MAKE A MATCH
METODE MAKE A MATCH
1. PENGERTIAN
Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini
masih menemukan beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa
dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil
menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang
bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan.
Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri. Pengetahuan yang didapat bukan
dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri.
Karena siswa jarang menemukan jawaban atas permasalahan atau konsep yang
dipelajari.
Ternyata suatu penelitian telah membuktikan
setelah dilakukan evaluasi terhadap hasil belajar siwa tenyata dengan
pendekatan seperti itu hasil belajar siswa dirasa belum maksimal. Hal ini
tampak pada pencapaian nilai akhir siswa .
Rendahnya pencapaian nilai akhir siswa ini,
menjadi indikasi bahwa pembelajaran yang dilakukan belum efektif. Nilai akhir
dari evaluasi belajar belum mencakup penampilan dan partisipasi siswa dalam
pembelajaran, hingga sulit untuk mengukur keterampilan siswa .
Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu
pendekatan dalam pembelajaran yang lebih komprehensip dan dapat mengaitkan
materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya .Atas dasar
itulah mencoba dikembangkan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran dengan
metode make a match.
Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas
falsafah homo homini socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah
mahluk sosial (Lie, 2003:27). Sedangkan menurut Ibrahim (2000:2) model
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang membantu siswa
mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran
kooperatif mencakup lima
unsur yang harus diterapkan, yang meliputi; saling ketergantungan positif,
tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi
proses kelompok (Lie, 2003:30)
Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang
sama sekali baru bagi guru. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model
pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada
dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang
dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran
kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk
menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran.
Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa
dalam kelas, guru menerapkan metode pembelajaran make a match. Metode make a
match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat
diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa
disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas
waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
2. PRINSIP ATAU CIRI-CIRI
Teknik metode pembelajaran make a match atau
mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan
tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep
atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan metode
make a match sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi
beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal
dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang
bertuliskan soal/jawaban.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu
yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok
dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan bela negara akan
berpasangan dengan kartu yang bertuliskan soal “sikap dan perilaku warga negara
yang dijiwai oleh kecintaannya kepada negara dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa dan negara” .
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya
sebelum batas waktu diberi poin.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya
dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban)
akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar
tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa
lainnya yang memegang kartu yang cocok.
9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat
kesimpulan terhadap materi pelajaran.
Pada penerapan metode make a match, diperoleh
beberapa temuan bahwa metode make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam
menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka,
proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih
antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada
saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Hal ini merupakan suatu
ciri dari pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukan oleh Lie (2002:30)
bahwa, “Pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong royong
dan kerja sama kelompok.”
3. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Pembelajaran kooperatif metode make a match
memberikan manfaat bagi siswa, di antaranya sebagai berikut:
1. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan
menyenangkan
2. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih
menarik perhatian siswa
3. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai
taraf ketuntasan belajar secara klasikal 87,50% .
4. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses
pembelajaran (Let them move)
5. Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan
dinamis.
6. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di
seluruh siswa.
Tak ada gading yang tak retak , begitu pula pada
metode ini. Di samping manfaat yang dirasakan oleh siswa, pembelajaran
kooperatif metode make a match berdasarkan temuan di lapangan mempunyai sedikit
kelemahan yaitu:
1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan
kegiatan
2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan
sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.
3. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang
memadai.
4. Pada kelas yang gemuk (<30 siswa/kelas) jika
kurang bijaksana maka yang muncul adalah suasana seperti pasar dengan keramaian
yang tidak terkendali. Tentu saja kondisi ini akan mengganggu ketenangan
belajar kelas di kiri kanannya. Apalagi jika gedung kelas tidak kedap suara.
Tetapi hal ini bisa diantisipasi dengan menyepakati beberapa komitmen
ketertiban dengan siswa sebelum ‘pertunjukan’ dimulai. Pada dasarnya
menendalikan kelas itu tergantung bagaimana kita memotivasinya pada langkah
pembukaan.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan pada kegiatan belajar mengajar
penggunaan metode make a match, siswa nampak lebih aktif mencari pasangan kartu
antara jawaban dan soal. Dengan metode pencarian kartu pasangan ini siswa dapat
mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang ditemukannya
dan menceritakannya dengan sederhana dan jelas secara bersama-sama.
Pada penerapan metode make a match, diperoleh
beberapa temuan bahwa metode make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam
menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka,
proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih
antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada
saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing.
Kegiatan yang dilakukan guru ini merupakan upaya
guru untuk menarik perhatian sehingga pada akhirnya dapat menciptakan keaktifan
dan motivasi siswa dalam diskusi. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik
(1994:116), “Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan peningkatan keaktifan
siswa yang dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran tertentu, dan motivasi
belajar dapat ditujukan ke arah kegiatan-kegiatan kreatif. Apabila motivasi
yang dimiliki oleh siswa diberi berbagai tantangan, akan tumbuh kegiatan
kreatif.” Selanjutnya, penerapan metode make a match dapat membangkitkan
keingintahuan dan kerja sama di antara siswa serta mampu menciptakan kondisi
yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan tuntutan dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) bahwa pelaksanaan proses pembelajaran mengikuti standar
kompetensi, yaitu: berpusat pada siswa; mengembangkan keingintahunan dan
imajinasi; memiliki semangat mandiri, bekerja sama, dan kompetensi; menciptakan
kondisi yang menyenangkan; mengembangkan beragam kemampuan dan pengalaman
belajar; karakteristik mata pelajaran.
Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS)
Model Pembelajaran Tipe
Think Pair Share (TPS)
Strategi think
–pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagai adalah
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa.
A. Pengertian
Strategi think pair share ini
berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali
dikembangkan oleh Frang Lyman dan Koleganya di universitas Maryland sesuai yang
dikutip Arends (1997),menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara
yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi
bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan
kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share
dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling
membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca
tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya . Sekarang guru menginginkan siswa
mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami .Guru
memilih menggunakan think-pair-share untuk membandingkan tanya jawab kelompok
keseluruhan.
B. Langkah-langkah
Langkah
1 : Berpikir ( thinking )
Guru
mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan
meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban
atau masalah.
Langkah
2 : Berpasangan ( pairing )
Selanjutnya
guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka
peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu
pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang
diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5
menit untuk berpasangan.
Langkah
3 : Berbagi ( sharing )
Pada
langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan
kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan
dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan
mendapat kesempatan untuk melaporkan. Arends, (1997) disadur Tjokrodihardjo,
(2003).
Model
Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang
dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih
bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat
orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran
Langkah-langkah
model pembelajaran Think Pair and Share adalah sebagai berikut :
1.
Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
2.
Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.
3.
Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
4.
Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
5.
Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok
permasalahan
dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.
C. Kelebihan TPS
(Think-Pair-Share)
1. Memberi siswa waktu lebih banyak
untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
2. Meningkatkan partisipasi akan
cocok untuk tugas sederhana.
3. Lebih banyak kesempatan untuk
konstribusi masing-masing anggota kelompok.
4. Interaksi lebih mudah.
5. Lebih mudah dan cepat
membentuk kelompoknya.
6. Seorang siswa juga dapat belajar
dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum
disampaikan di depan kelas.
7. Dapat memperbaiki rasa percaya
diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.
8. Siswa dapat mengembangkan
keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang
lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil.
9. Siswa secara langsung dapat
memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling
membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta
mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
10. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak
langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh
kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.
11. Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar
pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam
memecahkan masalah.
12. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan
tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
13. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil
diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.
14. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam
proses pembelajaran.
15. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan
metode pembelajaran TPS menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan
tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan
sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya
pada pertemuan selanjutnya.
16. Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru
pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada
setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut
tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.
17. Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran TPS
diharapkan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar
siswa dapat lebih baik daripada pembelajaran dengan model konvensional.
18. Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai,
kencenderungan siswa merasa malas karena proses belajar di kelas hanya
mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh
guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar,
metode pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan
metode konvensional.
19. Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model
pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa
tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang
disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar” materi yang
disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini dapat diminimalisir
sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.
20. Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah
hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan
hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir
pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.
21. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Sistem kerjasama yang diterapkan dalam model pembelajaran TPS menuntut siswa
untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar
berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika
pendapatnya tidak diterima.
D. Kelemahan TPS
(Think-Pair-Share)
1. Membutuhkan koordinasi secara
bersamaan dari berbagai aktivitas.
2. Membutuhkan perhatian khusus dalam
penggunaan ruangan kelas.
3. Peralihan dari seluruh kelas ke
kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga. Untuk itu guru
harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah
waktu yang terbuang.
4. Banyak kelompok yang melapor dan
perlu dimonitor.
5. Lebih sedikit ide yang muncul.
6. Jika ada perselisihan,tidak ada
penengah.
7. Menggantungkan pada pasangan.
8. Jumlah siswa yang ganjil berdampak
pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan.
9. Ketidaksesuaian antara waktu yang
direncanakan dengan pelaksanaannya.
10. Metode pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak
diterapkan di sekolah.
11. Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu
pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal.
12. Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat
kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak
13. Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara
mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara
kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.
14. Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata
kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas.
15. Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.
16. Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya
diri, saling mengganggu antar siswa karena siswa baru tahu metode TPS.
MODEL PEMBELAJARAN DEBAT
Model pembelajaran DEBAT
A. PENGERTIAN DEBAT
Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua
pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan
dan memutuskan masalah dan perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan
dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negara-negara yang
menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti
aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting
atau keputusan juri.
Contoh lain debat yang diselenggarakan secara
formal adalah debat antar kandidat legislatif dan debat antar calon
presiden/wakil presiden yang umum dilakukan menjelang pemilihan umum.
Debat kompetitif adalah debat dalam bentuk
permainan yang biasa dilakukan di tingkat sekolah dan universitas. Dalam hal
ini, debat dilakukan sebagai pertandingan dengan aturan ("format")
yang jelas dan ketat antara dua pihak yang masing-masing mendukung dan
menentang sebuah pernyataan. Debat disaksikan oleh satu atau beberapa orang
juri yang ditunjuk untuk menentukan pemenang dari sebuah debat. Pemenang dari
debat kompetitif adalah tim yang berhasil menunjukkan pengetahuan dan kemampuan
debat yang lebih baik.
B. DEBAT KOMPETITIF DALAM PENDIDIKAN
Tidak seperti debat sebenarnya di parlemen, debat
kompetitif tidak bertujuan untuk menghasilkan keputusan namun lebih diarahkan
untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tertentu di kalangan pesertanya,
seperti kemampuan untuk mengutarakan pendapat secara logis, jelas dan
terstruktur, mendengarkan pendapat yang berbeda, dan kemampuan berbahasa asing
(bila debat dilakukan dalam bahasa asing).
Namun demikian, beberapa format yang digunakan
dalam debat kompetitif didasarkan atas debat formal yang dilakukan di parlemen.
Dari sinilah muncul istilah "debat parlementer" sebagai salah satu gaya debat kompetitif
yang populer. Ada
berbagai format debat parlementer yang masing-masing memiliki aturan dan
organisasinya sendiri.
Kejuaraan debat kompetitif parlementer tingkat
dunia yang paling diakui adalah World Universities Debating Championship (WUDC)
dengan gaya
British Parliamentary di tingkat universitas dan World Schools Debating
Championship (WSDC) untuk tingkat sekolah menengah atas.
Kompetisi debat bertaraf internasional umumnya
menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar. Tidak ada bantuan penerjemah bagi
peserta manapun. Namun demikian, beberapa kompetisi memberikan penghargaan
khusus kepada tim yang berasal dari negara-negara yang hanya menggunakan bahasa
Inggris sebagai bahasa kedua (English as Second Language - ESL).
Negara-negara yang terkenal dengan tim debatnya
antara lain Inggris, Australia, Irlandia, dan Amerika
Serikat. Di Asia, negara yang dianggap relatif kuat antara lain Filipina dan
Singapura.
1. Debat kompetitif di Indonesia
Di Indonesia, debat kompetitif sudah mulai
berkembang, walaupun masih didominasi oleh kompetisi debat berbahasa Inggris.
Kejuaraan debat parlementar pertama di tingkat universitas adalah Java Overland
Varsities English Debate (JOVED) yang diselenggarakan tahun 1997 di Universitas
Katolik Parahyangan, Bandung,
dan diikuti oleh tim-tim dari berbagai wilayah di P. Jawa. Kejuaraan debat
se-Indonesia yang pertama adalah Indonesian Varsity English Debate (IVED) 1998
di Universitas Indonesia.
Hingga kini (2006), kedua kompetisi tersebut diselenggarakan setiap tahun
secara bergilir di universitas yang berbeda.
Sejak 2001, Indonesia telah mengirimkan
delegasi ke WSDC. Delegasi tersebut dipilih setiap tahunnya melalui Indonesian
Schools Debating Championship (ISDC) yang diselenggarakan oleh Departemen
Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Association for Critical Thinking (ACT).
2. Berbagai gaya
debat parlementer
Dalam debat kompetitif, sebuah format mengatur
hal-hal antara lain:
1. jumlah tim dalam satu debat
2. jumlah pembicara dalam satu tim
3. giliran berbicara
4. lama waktu yang disediakan untuk masing-masing
pembicara
5. tatacara interupsi
6. mosi dan batasan-batasan pendefinisian mosi
7. tugas yang diharapkan dari masing-masing
pembicara
8. hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh
pembicara
9. jumlah juri dalam satu debat
10. kisaran penilaian
Selain itu, berbagai kompetisi juga memiliki
aturan yang berbeda mengenai:
Penentuan topik debat (mosi) - apakah diberikan
jauh hari sebelumnya atau hanya beberapa saat sebelum debat dimulai (impromptu)
Lama waktu persiapan - untuk debat impromptu,
waktu persiapan berkisar antara 15 menit (WUDC) hingga 1 jam (WSDC)
Perhitungan hasil pertandingan - beberapa debat
hanya menggunakan victory point (VP) untuk menentukan peringkat, namun ada juga
yang menghitung selisih (margin) nilai yang diraih kedua tim atau jumlah vote
juri (mis. untuk panel beranggotakan 3 juri, sebuah tim bisa menang 3-0 atau
2-1)
Sistem kompetisi - sistem gugur biasanya hanya
digunakan dalam babak elimiasi (perdelapan final, perempat final, semifinal dan
final); dalam babak penyisihan, sistem yang biasa digunakan adalah power
matching
Format debat parlementer sering menggunakan
peristilahan yang biasa dipakai di debat parlemen sebenarnya:
Topik debat disebut mosi (motion)
Tim Afirmatif (yang setuju terhadap mosi) sering
disebut juga Pemerintah (Government), tim Negatif (yang menentang mosi) disebut
Oposisi (Opposition)
Pembicara pertama dipanggil sebagai Perdana
Menteri (Prime Minister), dan sebagainya
Pemimpin/wasit debat (chairperson) dipanggil
Speaker of The House
Penonton/juri dipanggil Members of the House
(Sidang Dewan yang Terhormat)
Interupsi disebut Points of Information (POI)
a. Australian Parliamentary/Australasian
Parliamentary ("Australs")
Gaya debat ini digunakan di Australia, namun
pengaruhnya menyebar hingga ke kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan di
Asia, sehingga akhirnya disebut sebagai format Australasian Parliamentary.
Dalam format ini, dua tim beranggotakan masing-masing tiga orang berhadapan
dalam satu debat, satu tim mewakili Pemerintah (Government) dan satu tim
mewakili Oposisi (Opposition), dengan urutan sebagai berikut:
Pembicara pertama pihak Pemerintah - 7 menit
Pembicara pertama pihak Oposisi - 7 menit
Pembicara kedua pihak Pemerintah - 7 menit
Pembicara kedua pihak Oposisi - 7 menit
Pembicara ketiga pihak Pemerintah - 7 menit
Pembicara ketiga pihak Oposisi - 7 menit
Pidato penutup pihak Oposisi - 5 menit
Pidato penutup pihak Pemerintah - 5 menit
Pidato penutup (Reply speech) menjadi ciri dari
format ini. Pidato penutup dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua dari
masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga). Pidato penutup dimulai oleh
Oposisi terlebih dahulu, baru Pemerintah.
Mosi dalam format ini diberikan dalam bentuk
pernyataan yang harus didukung oleh pihak Pemerintah dan ditentang oleh Pihak
Oposisi, contoh:
(This House believes that) Globalization
marginalizes the poor.
(Sidang Dewan percaya bahwa) Globalisasi
meminggirkan masyarakat miskin.
Mosi tersebut dapat didefinisikan oleh pihak
Pemerintah dalam batasan-batasan tertentu dengan tujuan untuk memperjelas debat
yang akan dilakukan. Ada
aturan-aturan yang cukup jelas dalam hal apa yang boleh dilakukan sebagai
bagian dari definisi dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Tidak ada interupsi dalam format ini.
Juri (adjudicator) dalam format Australs terdiri
atas satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Dalam panel, setiap juri memberikan
voting-nya tanpa melalui musyawarah. Dengan demikian, keputusan panel dapat
bersifat unanimous ataupun split decision.
Di Indonesia, format ini termasuk yang pertama
kali dikenal sehingga cukup populer terutama di kalangan universitas. Kompetisi
debat di Indonesia yang menggunakan format ini adalah Java Overland Varsities
English Debate (JOVED) dan Indonesian Varsity English Debate (IVED).
b. Asian Parliamentary ("Asians")
Format ini merupakan pengembangan dari format
Australs dan digunakan dalam kejuaraan tingkat Asia.
Perbedaannya dengan format Australs adalah adanya interupsi (Points of
Information) yang boleh diajukan antara menit ke-1 dan ke-6 (hanya untuk pidato
utama, tidak pada pidato penutup). Format ini juga mirip dengan World Schools
Style yang digunakan di WSDC.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam ALSA
English Competition (e-Comp) yang diselenggarakan (hampir) setiap tahun oleh
ALSA LC [[Universitas Indonesia].
c. British Parliamentary ("BP")
Gaya debat parlementer ini banyak dipakai di Inggris namun
juga populer di banyak negara, sebab format inilah yang digunakan di kejuaraan
dunia WUDC. Dalam format ini, empat tim beranggotakan masing-masing dua orang
bertarung dalam satu debat, dua tim mewakili Pemerintah (Government) dan dua lainnya
Oposisi (Opposition), dengan susunan sebagai berikut:
Opening Government: Opening Opposition:
Prime Minister Leader of the Opposition
Deputy Prime Minister Deputy Leader of the
Opposition
Closing Government: Closing Opposition
Member of the Government Member of the Opposition
Government Whip Opposition Whip
Urutan berbicara adalah sebagai berikut:
Prime Minister - 7 menit
Leader of the Opposition - 7 menit
Deputy Prome Minister - 7 menit
Deputy Leader of the Opposition - 7 menit
Member of the Government - 7 menit
Member of the Opposition - 7 menit
Government Whip - 7 menit
Opposition Whip - 7 menit
Setiap pembicara diberi waktu 7 menit untuk
menyampaikan pidatonya. Di antara menit ke-1 dan ke-6, pembicara dari pihak
lawan dapat mengajukan interupsi (Points of Information). Bila diterima,
pembicara yang mengajukan permintaan interupsi tadi diberikan waktu maksimal 15
detik untuk menyampaikan sebuah pertanyaan yang kemudian harus dijawab oleh
pembicara tadi sebelum melanjutkan pidatonya.
Juri dalam debat BP bisa satu orang atau satu
panel berjumlah ganjil. Di akhir debat, juri menentukan urutan kemenangan dari
peringkat 1 sampai 4 untuk debat tersebut. Dalam panel, keputusan sebisanya
diambil berdasarkan mufakat. Bila mufakat tidak tercapai, Ketua Panel akan
membuat keputusan terakhir.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kompetisi
Founder's Trophy yang diselenggarakan oleh Komunitas
Debat Bahasa Inggris Universitas Indonesia setiap tahun.
d. Format World Schools
Format yang digunakan dalam turnamen World Schools
Debating Championship (WSDC) dapat dianggap sebagai kombinasi BP dan Australs.
Setiap debat terdiri atas dua tim, Proposisi dan Oposisi, beranggotakan
masing-masing tiga orang. Urutan pidato adalah sebagai berikut:
Pembicara pertama Proposisi - 8 menit
Pembicara pertama Oposisi - 8 menit
Pembicara kedua Proposisi - 8 menit
Pembicara kedua Oposisi - 8 menit
Pembicara ketiga Proposisi - 8 menit
Pembicara ketiga Oposisi - 8 menit
Pidato penutup Oposisi - 4 menit
Pidato penutup Proposisi - 4 menit
Pidato penutup (reply speech) dibawakan oleh
pembicara pertama atau kedua masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga)
dan didahului oleh pihak Oposisi dan ditutup oleh pihak Proposisi.
Aturan untuk interupsi (Points of Information -
POI) mirip dengan format BP. POI hanya dapat diberikan antara menit ke-1 dan
ke-7 pidato utama dan tidak ada POI dalam pidato penutup.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kejuaraan
Indonesian Schools Debating Championship (ISDC). Beberapa SMU di Indonesia yang
pernah mengadakan kompetisi debat juga menggunakan format ini.
e. American Parliamentary
Debat parlementer di Amerika Serikat diikuti oleh
dua tim untuk setiap debatnya dengan susunan sebagai berikut:
Government
Prime Minister (PM)
Member of the Government (MG)
Opposition
Leader of the Opposition (LO)
Member of the Opposition (MO)
Debat parlementer diadakan oleh beberapa
organisasi berbeda di Amerika Serikat di tingkat pendidikan menengah dan
tinggi. National Parliamentary Debate Association (NPDA), American
Parliamentary Debate Association (APDA), dan National Parliamentary Tournament
of Excellence (NPTE) menyelenggarakan debat parlementer tingkat universitas
dengan susunan pidato sebagai berikut:
Prime Minister - 7 menit
Leader of the Opposition - 8 menit
Member of the Government - 8 min
Member of the Opposition - 8 min
Leader of the Opposition Rebuttal - 4 min
Prime Minister Rebuttal - 5 min
California High School Speech Association (CHSSA)
dan National Parliamentary Debate League (NPDL) menyelenggarakan debat
parlementer tingkat sekolah menengah dengan susunan pidato sebagai berikut:
Prime Minister - 7 menit
Leader of the Opposition - 7 menit
Member of the Government - 7 menit
Member of the Opposition - 7 menit
Leader of the Opposition Rebuttal - 5 menit
Prime Minister Rebuttal - 5 menit
Dalam semua format tersebut kecuali CHSSA,
interupsi berupa pertanyaan dapat ditanyakan kepada pembicara keempat pidato pertama,
kecuali pada menit pertama dan terakhir pidato. Dalam format CHSSA, keenam
pidato semuanya dapat diinterupsi.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan
belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.
3. Debat kompetitif selain debat parlementer
Debat Proposal
Dalam gaya
Debat Proposal (Policy Debate), dua tim menjadi penganjur dan penentang sebuah
rencana yang berhubungan dengan topik debat yang diberikan. Topik yang
diberikan umumnya mengenai perubahan kebijakan yang diinginkan dari pemerintah.
Kedua tim biasanya memainkan peran Afirmatif (mendukung proposal) dan Negatif
(menentang proposal). Pada prakteknya, kebanyakan acara debat tipe ini hanya
memiliki satu topik yang sama yang berlaku selama setahun penuh atau selama
jangka waktu lainnya yang sudah ditetapkan.
Bila dibandingkan dengan debat parlementer, debat
proposal lebih mengandalkan pada hasil riset atas fakta-fakta pendukung
(evidence). Debat ini juga memiliki persepsi yang lebih luas mengenai argumen.
Misalnya, sebuah proposal alternatif (counterplan) yang membuat proposal utama
menjadi tidak diperlukan dapat menjadi sebuah argumen dalam debat ini. Walaupun
retorika juga penting dan ikut memengaruhi nilai setiap pembicara, pemenang
tiap babak umumnya didasari atas siapa yang telah "memenangkan"
argumen sesuai dengan fakta pendukung dan logika yang diberikan. Sebagai
konsekuensinya, juri kadang-kadang membutuhkan waktu yang lama untuk mengambil
keputusan karena semua fakta pendukung harus diperiksa terlebih dahulu.
Di Amerika Serikat, Debat Proposal adalah tipe
debat yang lebih populer dibandingkan debat parlementer. Kegiatan ini juga
telah dicoba dikembangkan di Eropa dan Jepang dan gaya debat ini ikut memengaruhi bentuk-bentuk
debat lain. Di AS, Debat Proposal tingkat SMU diselenggarakan oleh NFL dan
NCFL. Di tingkat universitas, debat ini diselenggarakan oleh National Debate
Tournament (NDT), Cross Examination Debate Association (CEDA), National
Educational Debate Association, dan Great Plains Forensic Conference.
Debat Proposal terdiri atas dua tim beranggotakan
masing-masing dua orang dalam tiap debatnya. Setiap pembicara membawakan dua
pidato, satu pidato konstruktif (8 atau 9 menit) yang berisi argumen-argumen
baru dan satu pidato sanggahan (4, 5, atau 6 menit) yang tidak boleh berisi
argumen baru namun dapat berisi fakta pendukung baru untuk membantu sanggahan.
Biasanya, sehabis setiap pidato konstruktif, pihak lawan diberikan kesempatan
untuk melakukan pemeriksaan silang (cross-examination) atas pidato tersebut.
Setiap isu yang tidak ditanggapi oleh pihak lawan dianggap sudah diterima dalam
debat. Dewan juri secara seksama mencatat semua pernyataan yang dibuat dalam
suatu babak (sering disebut flow).
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan
belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.
Lincoln-Douglas Debate
Nama gaya debat ini
diambil dari debat-debat terkenal yang pernah dilakukan di Senat Amerika
Serikat antara kedua kandidat Lincoln dan Douglas. Setiap debat gaya ini diikuti oleh dua pedebat yang
bertarung satu sama lain.
Argumen dalam debat ini terpusat pada filosofi dan
nilai-nilai abstrak, sehingga sering disebut sebagai debat nilai (value
debate). Debat LD kurang menekankan pada fakta pendukung (evidence) dan lebih
mengutamakan logika dan penjelasan.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan
belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.
C. KEGIATAN LAIN YANG SERUPA
Model United Nations
Model United Nations adalah kegiatan yang banyak
dilakukan di tingkat sekolah dan universitas di dunia. Dalam kegiatan ini,
peserta memainkan peran sebagai delegasi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang
mewakili negara tertentu (dalam kompetisi internasional, negara yang diwakili
umumnya bukan negara asal sebenarnya dari tim tersebut).
Di Indonesia, kegiatan ini relatif belum
berkembang. Namun, Jakarta International School (JIS), sebuah sekolah
internasional di ibukota, memiliki kegiatan ekstrakurikuler ini.
Moot court
Kompetisi Moot court biasa dilakukan oleh
mahasiswa hukum di tingkat universitas.
D. MODEL PEMBELAJARAB DEBATE
Debat adalah model pembalajaran dengan sisntaks:
siswa menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan
ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil
bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok
lainnya begitu seterusnya secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan
dan menambahkannya bila perlu.
E. MODEL PEMBELAJARAN DEBAT AKTIF
Membuat pembelajaran yang menarik dan sekaligus
mengaktifkan siswa banyak sekali caranya. Salah satu cara yang bisa digunakan
adalah dengan model debat aktif.
Model debat aktif
Model pembelajaran debat aktif merupakan
modifikasi dari model-model diskusi terbuka yang terjadi di kalangan kampus.
Bagaimana membawa suasana debat tersebut di pada jenjang pendidikan yang lebih
rendah. Dimana pelaku debat adalah siswa SD yang belum banyak menguasai konsep
atau argumentasi yang kuat untuk mempertahankan pendapatnya?
Model pembelajaran debat aktif tersebut dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Buatlah sebuah pernyataan yang kontroversi
terhadap materi yang telah kita berikan sebelumnya. Misalnya “ayam sebenarnya
juga termasuk binatang carnivora (pemakan daging)”.
Bentuk siswa dalam 2 kelompok besar di dalam
kelas.
Satu kelompok adalah sebagai kelompok “PRO” atau
pendukung pernyataan tersebut, sementara satu kelompok yang lain adalah sebagai
kelompok KONTRA atau kelompok yang menolak pernyataan tersebut.
Silahkan tanyakan kepada kelompok PRO, mengapa
mereka mendukung pernyataan tersebut. Alasan-alasan apa yang menguatkan
pernyataan tersebut?
Sementara untuk kelompok KONTRA harus
mempertahankan pendapatnya tersebut juga disertai dengan
argumentasi-argumentasi yang masuk akal.
Atur lalu-lintas debat agar tidak terjadi “Debat
kusir”.
F. LANGKAH LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN DEBAT
1. Guru membagi dua kelompok peserta debat yang
satu pro dan yang lainnya kontra
2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang
akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
3. Setelah selesai membaca materi guru mrnunjuk
salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara, saat itu ditanggapi atau
dibantah oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa
bisa mengemukakan pendapatnya
4. Sementara siswa menympaikan gagasannya, guru
menulis inti/ide-ide darisetiap pembicaraan dipapan tulis. Sampai sejumlah ide
yang diharapkan guru terpenuhi
5. Guru menambahkan konsep atau ide yang belum
terungkap
6. Dari data-data yang ada di papan tersebut, guru
mengajak siswa membuat kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada topik yang
ingin dicapai.
G. KELEBIHAN MODEL PEMBELAJARAN DEBAT
1. Memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap
materi pelajaran yang telah diberikan.
2. Melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap
semua teori yang telah diberikan.
3. Melatih siswa untuk berani mengemukakan
pendapat.
H. KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN DEBAT
1. Ketika menyampaikan pendapat saling berebut
2. Saling adu argument yang tak kunjung selesai
bila guru tidak menengahi
3. Siswa yang pandai berargumen akan slalu aktif tapi
yang kurang pandai berargumen hanya diam dan pasif.
Model Pembelajaran Role Playing
Model Pembelajaran Role
Playing
A. Metode Role Playing
adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran
melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi
dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau
benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu
bergantung kepada apa yang diperankan.
B. Tujuan pembelajaran Role Playing
Menurut Zuhaerini (1983: 56), model ini digunakan
apabila pelajaran dimaksudkan untuk: (a) menerangkan suatu peristiwa yang di
dalamnya menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih
baik didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat
dihayati oleh anak; (b) melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan
masalah-masalah sosial-psikologis; dan (c) melatih anak-anak agar mereka dapat
bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta
masalahnya.
C. langkah-langkah model pembelajaran role playing
Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah:
guru menyiapkan scenario pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari
skenario tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk
siswa untuk melakonkan skenario yang telah dipelajarinya, kelompok siswa
membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok,
bimbingan penyimpulan dan refleksi.
D. Pengertian dan ciri-ciri pembelajaran Role
Playing
Bermain peran pada prinsipnya merupakan
pembelajaran untuk ‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke
dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian
dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap .
Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan
kemudian memberikan saran/ alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran
tersebut. Pembelajaran ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat
dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan
peran
.
Role playing adalah sejenis permainan gerak yang
didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill
Hadfield, 1986). Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di
luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas, dengan
menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, role Playing sering kali dimaksudkan
sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya
seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain (Basri Syamsu,
2000).
Dalam role playing murid diperlakukan sebagai
subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya
dan menjawab dalam bahasa Inggris) bersama teman-temannya pada situasi
tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid
(Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, 2002). Lebih lanjut prinsip pembelajaran PKn standar kompetensi
memahami kebebasan berorganisasi, dan menghargai keputusan bersama, murid akan
lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan memainkan peran dalam
bermusyawarah, melakukan pemungutan suara terbanyak dan bersikap mau menerima
kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut dan secara aktif
berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari
(Boediono, 2001). Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif, karena tanpa adanya
aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi
.
Sementara itu, sesuai dengan pengalaman penelitian
sejenis yang telah dilakukan, manfaat yang dapat diambil dari role playing
adalah: Pertama, role playing dapat memberikan semacam hidden practise, dimana
murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan
sedang mereka pelajari. Kedua, role playing melibatkan jumlah murid yang cukup
banyak, cocok untuk kelas besar. Ketiga, role playing dapat memberikan kepada
murid kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah permainan. Dengan
bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia siswa. Masuklah ke
dunia siswa, sambil kita antarkan dunia kita (Bobby DePorter, 2000: 12)
E. kelebihan dan kekurangan role playing
Kelebihan Metode Role Playing
Kelebihan metode Role Playing melibatkan seluruh
siswa berpartisipasi, mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam
bekerja sama. Siswa juga dapat belajar menggunakan bahasa dengan baik dan
benar. Selain itu, kelebihan metode ini adalah, sebagai berikut:
1) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi
secara utuh.
2) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan
dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3) Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa
melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam
ingatan siswa. Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk
dilupakan
5) Sangat menarik bagi siswa, sehingga
memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias
6) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme
dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial
yang tinggi
7) Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung
dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya
dengan penghayatan siswa sendiri
8) Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan
profesional siswa, dan dapat menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan
kerja
Kelemahan Metode Role Playing
Hakekatnya sebuah ilmu yang tercipca oleh manusia
tidak ada yang sempurna,semua ilmu ada kelebihan dan kekurangan.Jika kita
melihat metode Role Playing dalam dalam cakupan cara dalam prooses mengajar dan
belajar dalam lingkup pendidikan tentunya selain kelebihan terdapat kelemahan.
Kelemahan metode role palying antara lain:
1. Metode bermain peranan memelrukan waktu yang
relatif panjang/banyak
2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang
tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya
3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran
merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu
4. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain
pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi
sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai
5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan
melalui metode ini
MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION
MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION
Group
Investigationn merupakan salah satu bentuk model
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas
siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari
melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa
dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam
menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini
menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi
maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat
melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa
secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir
pembelajaran.
Dalam metode Group
Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri,
pengetahuan atauknowledge, dan dinamika kelompok atau the
dynamic of the learning group, (Udin S. Winaputra, 2001:75). Penelitian di
sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan
memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang
diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika
kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi
yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman
melaui proses saling beragumentasi.
Slavin (1995) dalam
Siti Maesaroh (2005:28), mengemukakan hal penting untuk melakukan metode Group
Investigationadalah:
1.
Membutuhkan Kemampuan Kelompok.
Di dalam mengerjakan
setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan
kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai
informasi dari dalam maupun di luar kelas.kemudian siswa mengumpulkan informasi
yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja.
2.
Rencana Kooperatif.
Siswa bersama-sama
menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang
melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di
dalam kelas.
3.
Peran Guru.
Guru menyediakan sumber
dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa
mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika
siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.
Para guru yang menggunakan metode GI
umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6
siswa dengan karakteristik yang heterogen, (Trianto, 2007:59). Pembagian
kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat
terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki,
melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang telah dipilih,
kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas.
B. Langkah-Langkah dalam
Menggunakan Model Group Investigation
Langkah-langkah
penerapan metode Group Investigation, (Kiranawati (2007), dapat dikemukakan
sebagai berikut:
1.
Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik
dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh
guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan
menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups)
yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam
jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
2.
Merencanakan kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai
prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai
topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1 diatas.
3.
Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang
telah dirumuskan pada langkah b). pembelajaran harus melibatkan berbagai
aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa
untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar
sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan
memberikan bantuan jika diperlukan.
4.
Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis
berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat
diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
5.
Penyajian hasil akhir
Semua kelompok
menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah
dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu
perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir
oleh guru.
6.
Evaluasi
Guru beserta siswa
melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas
sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu
atau kelompok, atau keduanya.
C. Tahapan-tahapan Dalam Group
Investigation
Enam
Tahapan di dalam Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Group Investigationdapat
dilihat pada table berikut, (Slavin, 1995) dalam Siti Maesaroh (2005:29-30):
|
Tahap
I
Mengidentifikasi
topik dan membagi siswa ke dalam kelompok.
|
Guru memberikan kesempatan bagi
siswa untuk memberi kontribusi apa yang akan mereka selidiki. Kelompok
dibentuk berdasarkan heterogenitas.
|
|
Tahap
II
Merencanakan
tugas.
|
Kelompok akan membagi sub topik
kepada seluruh anggota. Kemudian membuat perencanaan dari masalah yang akan
diteliti, bagaimana proses dan sumber apa yang akan dipakai.
|
|
Tahap
III
Membuat
penyelidikan.
|
Siswa mengumpulkan, menganalisis
dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian
mereka ke dalam pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah kelompok.
|
|
Tahap
IV
Mempersiapkan
tugas akhir.
|
Setiap kelompok mempersiapkan
tugas akhir yang akan dipresentasikan di depan kelas.
|
|
Tahap
V
Mempresentasikan
tugas akhir.
|
Siswa mempresentasikan hasil
kerjanya. Kelompok lain tetap mengikuti.
|
|
Tahap
VI
Evaluasi.
|
Soal ulangan mencakup seluruh
topik yang telah diselidiki dan dipresentasikan.
|
D. Ciri-Ciri Model
Group Investigation
Model pembelajaran Group Investigation
merupakan model yang sulit diterapkan dalam pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran ini mempunyai cirri-ciri, yakni sebagai berikut:
1. Pembelajaran kooperatif
dengan metode Group Investigation berpusat pada siswa, guru
hanya bertindak sebagai fasilitator atau konsultan sehingga siswa berperan aktif
dalam pembelajaran.
2. pembelajaran
yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa
dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, setiap siswa dalam kelompok
memadukan berbagai ide dan pendapat, saling berdiskusi dan beragumentasi dalam
memahami suatu pokok bahasan serta memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi
kelompok.
3. pembelajaran
kooperatif dengan metode Group Investigation siswa dilatih
untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, semua kelompok
menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah
dipelajari, semua siswa dalam kelas saling terlihat dan mencapai suatu
perspektif yang luas mengenai topik tersebut.
4. adanya
motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap
pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
5. pembelajaran
kooperatif dengan metode Group Investigation suasana belajar
terasa lebih efektif, kerjasama kelompok dalam pembelajaran ini dapat
membangkitkan semangat siswa untuk memiliki keberanian dalam mengemukakan
pendapat dan berbagi informasi dengan teman lainnya dalam membahas materi
pembelajaran.
E. Kelebihan dan
Kelemahan Model Group Investigation
Di dalam pemanfaatannya atau penggunaannya
model pembelajaran group investigation juga mempunyai kelemahan dan kelebihan,
yakni sebagai berikut:
Kelebihan pembelajaran model group
investigation:
1. Pembelajaran dengan kooperatif model
Group Investigation memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa.
2. Penerapan metode pembelajaran
kooperatif model Group Investigation mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
3. Pembelajaran yang dilakukan
membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok
tanpa memandang latar belakang.
4. Model pembelajaran group
investigation melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik
dalam berkomunikasi dan
mengemukakan pendapatnya.
5. Memotivasi dan mendorong siswa agar
aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir
pembelajaran.
Kelemahan
pembelajaran dengan model group investigation:
Model pembelajaran
group investigation merupakan model pembelajaran yang kompleks dan sulit untuk
dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Kemudian pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran group investigation juga membutuhkan waktu yang
lama.
Model Pembelajaran Talking Stick
Model
Pembelajaran Talking Stick
A. Sejarah Talking Stick
Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode
yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua
orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan
antarsuku), sebagaimana dikemukakan Carol Locust berikut ini :The talking
stick has been used for centuries by many Indian tribes as a means of just and
impartial hearing. The talking stick was commonly used in council circles to
decide who had the right to speak. When matters of great concern would come
before the council, the leading elder would hold the talking stick, and begin
the discussion. When he would finish what he had to say, he would hold out the
talking stick, and whoever would speak after him would take it. In this manner,
the stick would be passed from one individual to another until all who wanted
to speak had done so. The stick was then passed back to the elder for safe
keeping.
Artinya:
Tongkat berbicara telah digunakan selama
berabad-abad oleh suku–suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak
memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan
siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi
dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah
ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini
tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang
tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran
berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara)
yang diberikan secara bergiliran/bergantian.
B. Talking Stick Sebagai Model Pembelajaran
Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran
kooperatif. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang
memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari
materi pokoknya. Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa
SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan
menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif. Langkah-langkah
penerapannya dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5
orang.
2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya
20 cm.
3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan
dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan
mempelajari materi pelajaran.
4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat
di dalam wacana.
5. Setelah kelompok selesai membaca materi
pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk
menutup isi bacaan.
6. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada
salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota
kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya
sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan
dari guru.
7. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan
jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.
8. Guru memberikan kesimpulan.
9. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara
kelompok maupun individu.
10. Guru menutup pembelajaran.
C. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
1. Menguji kesiapan siswa.
2. Melatih membaca dan memahami dengan cepat.
3. Agar lebih giat belajar (belajar dahulu).
Kekurangan:
Membuat siswa gelisah, gundah gulana dan lain2
(becanda).
D. Kesimpulan
1. talking stick dipakai sebagai tanda seseorang
mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian.
2. Model pembelajaran ini membuat anak didik
ceria, senang, dan melatih mental anak didik untuk siap pada kondisi dan
siatuasi apapun
Model Pembelajaran Bertukar Pasangan
Model Pembelajaran
Bertukar Pasangan
1. Pengertian
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk
pembelajaran dengan tingkat mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar
pasangan dengan pasangan lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan
semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini
merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang
dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif
untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al.,
2003: 206).
Jadi ,model pembelajaran cooperative learning
adalah salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek
pembelajaran (student oriented). Dengan suasana kelas yang demokratis, yang
saling membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besar dalam memberdayakan
potensi siswa secara maksimal.dan menekankan pada sikap atau perilaku bersama
dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang
teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok
harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.,
Belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum
menguasai bahan pelajaran.
Model pembelajaran cooperative learning akan dapat
memberikan nunasa baru di dalam pelaksanaan pembelajaran oleh semua bidang
studi atau mata pelajaran yang diampu guru. Karena pembelajaran cooperative
learning dan beberapa hasil penelitian baik pakar pendidikan dalam maupun luar
negeri telah memberikan dampak luas terhadap keberhasilan dalam proses
pembelajaran. Dampak tersebut tidak saja kepada guru akan tetapi juga pada
siswa, dan interaksi edukatif muncul dan terlihat peran dan fungsi dari guru
maupun siswa.
Peran guru dalam pembelajaran cooperative learning
sebagai fasilitator, moderator, organisator dan mediator terlihat jelas.
Kondisi ini peran dan fungsi siswa terlihat, keterlibatan semua siswa akan
dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran terkesan de-mokratis, dan
masing-masing siswa punya peran dan akan memberikan pengalaman belajarnya
kepada siswa lain.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model
Pembelajaran Bertukar Pasangan)
Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran
kepada siswa tentu dia akan memilih manakah model pembelajaran yang tepat
diberikan untuk materi pelajaran tertentu. Dalam hal ini Muslim Ibrahim (dalam
Depdiknas, 2005 : 46) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai
berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif
untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
3. Langkah-langkah pembelajarannya
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2
orang (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan
tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung
dengan satu pasangan dari kempok yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan,
kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban
mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran
pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
6. Kesimpulan.
7. Penutup.
4. Keunggulan dan Kelemahannya
Keunggulan :
1. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai
materi.
2. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar
dengan tidak pintar.
3. Mendorong siswa tampil prima karena membawa
nama baik kelompok lamanya
4. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan
demikian meskipun saat pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap
antusias belajar.
Kelemahan :
1. Ada
siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila
kenyataannya siswa lain kurang kurang mampu menguasai materi)
Solusinya , lembar penilaian tidak diberi nama si
penilai.
2. Ada
siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada temannya untuk
mencarikan jawabnya.
Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu
dan dibantu.
5. Contoh model pembelajarannya
Pada Kompetensi Dasar (KD) Menaati Peraturan
Perundang-undangan Nasional. misalnya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
masing masing mempunyai tugas berbeda. Misalnya mempelajari sikap kritis
terhadap peraturan perundangan yang tidak mengakomodasi aspirasi rakyat , sikap
patuh terhadap peraturan perundangan nasional.
Kemudian masing-masing anggota kelompok membentuk
kelompok baru,sehingga kelompok baru tersebut tersebut berisi siswa dari grup
sikap kritis dan sikap patuh dan seterusnya.
Dalam kelompok baru tersebut setiap siswa
menerangkan apa yang telah dipelajari.Ada penilaian antar siswa dalam kelompok
baru tersebut. Meliputi keaktivan, dalam diskusi serta kemampuan menerangkan
dan kemampuan menjawab pertanyaan.
KESIMPULAN
Dari uraian-uraian di atas dapat kita simpulkan
bahwa :
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk
pembelajaran dengan tingkat mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar
pasangan dengan pasangan lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan
semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini
merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang
dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif
untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al.,
2003: 206).
Dan ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model
Pembelajaran Bertukar Pasangan) Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005 : 46)
mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif
untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
Langkah-langkah pembelajarannya :
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2
orang (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan
tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung
dengan satu pasangan dari kempok yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian
pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran
pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
6. Kesimpulan.
7. Penutup.
Keunggulan :
1. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai
materi.
2. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar
dengan tidak pintar.
3. Mendorong siswa tampil prima karena membawa
nama baik kelompok lamanya
4. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan
demikian meskipun saat pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap
antusias belajar.
Kelemahan :
1. Ada
siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila
kenyataannya siswa lain kurang kurang mampu menguasai materi)
Solusinya , lembar penilaian tidak diberi nama si
penilai.
2. Ada
siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada temannya untuk
mencarikan jawabnya.
Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu
dan dibantu.
MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING
MODEL PEMBELAJARAN
SNOWBALL THROWING
Pengertian model pembelajaran
snowball throwing
Model Snowball Throwing merupakan salah satu model
pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pendekatan kontekstual (CTL).
Snowball Throwing yang menurut asal katanya berarti ‘bola salju bergulir’ dapat
diartikan sebagai model pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari
kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara
bergiliran di antara sesama anggota kelompok. Dilihat dari pendekatan yang
digunakan dalam pembelajaran siswa Pkn, model Snowball Throwing ini memadukan
pendekatan komunikatif, integratif, dan keterampilan proses.
Kegiatan melempar bola pertanyan ini akan membuat
kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis,
bartanya, atau berbicara. Akan tetapi mereka juga melakukan aktivitas fisik
yaitu menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain. Dengan demikian,
tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka
harus menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam bola kertas.
Dalam metode (Snowball Throwing), guru berusaha
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan
menyimpulkan isi berita atau informasi yang mereka peroleh dalam konteks nyata
dan situasi yang kompleks. Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui
pembelajaran terpadu dengan menggunakan proses yang saling berkaitan dalam
situasi dan konteks komunikasi alamiah baik sosial, sains, hitungan dan
lingkungan pergaulan.
Dibentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok
untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan
yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang
masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil
masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke
kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh
guru kepada temannya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu
lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang
sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola
dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 5 menit.
6. Setelah siswa mendapat satu bola / satu
pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang
tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7. Guru memberikan kesimpulan.
8. Evaluasi.
9. Penutup.
Kesimpulan:
Penggunaan pendekatan pembelajaran snowball
throwing dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa ini dirasakan cukup efektif
karena mampu menumbuh kembangkan potensi intelektual, sosial, dan emosional
yang ada dalam diri siswa. Di sini siswa akan terlatih untuk mengemukakan
gagasan dan perasaan secara cerdas dan kreatif, serta mampu menemukan dan
menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya untuk
menghadapi berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Di dalam model pembelajaran snowball throwing ini
kurang tepat digunakan untuk mata pelajaran atau bidang
study ilmu pengetahhuan social. Karena ilmu pengetahuan social adalah ilmu yang
cakupan materi pembelajarannya sangat luas, membutuhkan pengembangan yang
mendalam karena materinya selalu berkembang. Sedangkan di sini pembelajaran
hanya berkutat pada pengetahuan siswa saja. Jadi, yang lebih tepat menggunakan
model pembelajaran snowball throwing ini adalah jenis-jenis mata pelajaran ilmu
pengetahuan alam atau eksak yang cenderung menggunakan rumus yang relatif
tetap. Guru akan lebih mudah mengarahkan jalannya pembelajaran di kelas.
Kelebihan:
1. Melatih kesiapan siswa.
2. Saling memberikan pengetahuan.
Kekurangan:
1. Penngetahuan tidak luas hanya berkutat pada
pengetahuan sekitar siswa.
2. Tidak efektif.
Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Pengertian
Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Model Pembelajaran Student
Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran dimana siswa/peserta
didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya.
Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan
ide/gagasan atau pendapatnya sendiri.
Model pembelajaran ini akan relevan apabila siswa
secara aktif ikut serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan
dipresentasikan. Untuk itu pembelajaran pada apresiasi drama akan lebih sesuai
dikarenakan siswa secara aktif ikut serta baik itu dalam kegiatan apresiasi
maupun bisa berupa ekspresi sastra sebagai pelakunya.
Langkah-langkah pembelajarannya :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin
dicapai/KD.
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis
besar materi pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan
kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan/peta konsep. Hal ini bisa
dilakukan secara bergiliran
4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat
itu.
6. Penutup
Kelebihan Model Pembelajaran Student Facilitator
and Explaining
siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa
lain, dapat mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya sehingga lebih dapat
memahami materi tersebut.
Kekurangan Model Pembelajaran Student Facilitator
and Explaining:
1. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya
sebagian saja yang tampil.
2. Banyak siswa yang kurang aktif
Kesimpulan
Dalam Model pembelajaran ini akan dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkap apabila siswa secara aktif ikut serta dalam
merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan maka siswa akan lebih
bisa mengerti dan mampu memahaminya untuk mengungkapkan ide, selain itu juga
dapat mengajak peserta didik mandiri dalam mengembangkan potensi mengungkapkan
gagasan berpendapat.
MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY
MODEL PEMBELAJARAN COURSE
REVIEW HORAY

A. Pengertian
Model pembelajaran Course Review Horay merupakan
model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan
menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab benar maka siswa tersebut
diwajibkan berteriak’hore!’ atau yel-yel lainnya yang disukai.
Jadi, model pembelajaran course review horay ini
merupakan suatu model pembelajaran yang dapat digunakan guru agar dapat
tercipta suasana pembelajaran di dalam kelas yang lebih menyenangkan. Sehingga
para siswa merasa lebih tertarik. Karena dalam model pembelajaran course review
horay ini, apabila siswa dapat menjawab pertanyaan secara benar maka siswa
tersebut diwajibkan meneriakan kata “hore” ataupun yel-yel yang disukai dan
telah disepakati oleh kelompok maupun individu siswa itu sendiri.
Model pembelajaran course review horay juga merupakan
suatu metode pembelajaran dengan pengujian pemahaman siswa menggunakan soal
dimana jawaban soal dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi
nomor dan untuk siswa atau kelompok yang mendapatkan jawaban atau tanda dari
jawaban yang benar terlebih dahulu harus langsung berteriak “horay” atau
menyanyikan yel-yel kelompoknya.
Jadi, dalam pelaksanaan model pembelajaran course
review horay ini pengujian pemahaman siswa dengan menggunakan kotak yang berisi
nomor untuk menuliskan jawabannya. Dan siswa yang lebih dulu mendapatkan tanda
atau jawaban yang benar harus langsung segera menyoraki kata-kata “horay” atau
menyoraki yel-yelnya.
Agar pemahaman konsep materi yang akan dibahas
dapat dikaji secara terarah maka seiring dengan perkembangan dunia pendidikan
pembelajaran Corse Review Horay menjadi salah satu alternative sebagai
pembelajaran yang mengarah pada pemahaman konsep. Pembelajaran Course Review
Horay, merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu kegiatan belajar
mengajar dengan cara pengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil.
Pembelajaran Course Review Horay yang dilaksanakan
merupakan suatu pembelajaran dalam rangka pengujian terhadap pemahaman konsep
siswa menggunakan kotak yang diisi dengan soal dan diberi nomor untuk menuliskan
jawabannya. Siswa yang paling terdahulu mendapatkan tanda benar langsung
berteriak horay atau yel-yel lainnya. Melalui Pembelajaran Course Review Horay
diharapkan dapat melatih siswa dalam menyelesaikan masalah dengan pembentukkan
kelompok kecil.
B. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Course
Review Horay
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin
dicapai.
2. Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi
sesuai topik dengan tanya jawab
3. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok.
4. Untuk menguji pemahaman siswa disuruh membuat
kartu atau kotak sesuai dengan kebutuhan dan diisi dengan nomor yang ditentukan
guru.
5. Guru membaca soal secara acak dan siswa
menuliskan jawabannya didalam kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru.
6. Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa telah
ditulis didalam kartu atau kotak, guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah
diberikan tadi.
7. Bagi yang benar,siswa memberi tanda check list
( √ ) dan langsung berteriak horay atau menyanyikan yel-yelnya.
8. Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar
dan yang banyak berteriak horay .
9. Guru memberikan rewardv pada yang memperoleh
nilai tinggi atau yang banyak memperoleh horay.
10. Penutup
C. Kelebihan Model Pembelajaran Corse Review
Horay
a. Pembelajarannya menarik dan mendorong siswa
untuk dapat terjun kedalamnya.
b. Pembelajarannya tidak monoton karena diselingi
sedikit hiburan sehingga suasana tidak menegangkan.
c. Siswa lebih semangat belajar karena suasana
pembelajaran berlangsung menyenangkan
d. Melatih kerjasama
D. Kelemahan Model Pembelajaran Course Review
Horay
a. Siswa aktif dan pasif nilainya disamakan
b. Adanya peluang untuk curang
METODE DEMONSTRASI DAN EKSPERIMEN
METODE DEMONSTRASI DAN
EKSPERIMEN
Yang di maksud dengan Metode
Demonstrasi dan Eksperimen ialah suatu upaya atau praktek dengan menggunaka
peragaan yang di tujukan pada siswa yang tujuannya ialah agar supaya semua
sisiwa lebih mudah dalam memahami dan mempraktekan dari apa yang telah di
perokehnya dan dapat mengatasi sutu permasalah apabila terdapat perbedaan .
A. Metode Demonstrasi
1. Pengertian Metode Demonstrasi
Yang di maksud dengan Metode Demonstrasi ialah
metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian
atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan
tertentu pada siswa.
Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam
prakteknya dapat di lakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri. Metode Demonstran
cukup baik apabila di gunakan dalam penyampaian bahan pelajaran fiqih, misalnya
bagaiamana cara berwudu, shalat, memandikan orang mati, tawaf pada waktu
haji,dan yang lainnya.
2. prinsip-prinsip metode demonstrasi sebagai
berikut:
a. Menciptakan suasana/hubungan baik dengan siswa
sehingga ada keinginan dan kemauan dari siswa untuk menyaksikan apa yang
didemonstrasikan;
b. Mengusahakan agar demonstrasi itu dapat jelas
bagi siswa yang sebelumnya tidak memahami, mengingat siswa belum tentu dapat
memahami apa yang dimaksud dalam demonstrasi karena keterbatasan daya ingat;
c. Memikirkan dengan cermat sebelum
mendemonstrasikan suatu pokok bahasan/topik tertentu tentang adanya kesulitan
yang akan ditemui siswa sambil memikirkan dan mencari cara untuk mengatasinya.
Aspek penting dalam metode demonstrasi:
a. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak
wajar bila alat yang digunakan untuk mendemonstrasikan tidak dapat diamati
dengan seksama oleh siswa;
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak
diikuti oleh aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan
menjadikan aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga;
c. Tidak semua hal yang didemonstrasikan di dalam
kelas, misal alat terlalu besar;
d. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat
praktis;
e. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan
landasan teori dari apa yang akan didemonstrasikan;
f. Persiapan dan perencanaan yang matang
g. Metode belajar sebagai tindakan dan langkah
konkrit tidak dapatlepas dari filosofi yang mendasarinya. Dasar filosofi ini
bersifat lebih abstrak yang melihat totalitas manusia sebagai pelaksana
pendidikan baiksebagai pendidik maupun peserta didik. Sebagai pendidik, manusia
mempunyai tanggung jawab untuk mentransfer dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
sikap, nilai serta keterampilan pada peserta didik. Sebagai peserta didik,
manusia dilihat sebagai makhluk Tuhan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan
sumber dayanya, baik aspek penalarannya, aspek sikap hatinya maupun aspek
keterampilan perilakunya. Sebagai khalifah/wakil Allah di muka bumi, manusia
harus mencerminkan sifat-sifat Ilahiyah dalam kehidupan dunia di muka bumi ini.
Untuk dapat memerankannya manusia harus mengembangkan
potensinya baik dari segi intelektualnya, moralnya
maupun profesionalnya.
Pengembangan ini tidak lain melalui proses
pendidikan
3. Adapun aspek yang penting dalam menggunakan
Metode Demonstrasi adalah:
a. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak
wajar apabila alat yang di Demonstrasikan tidak bisa di amati dengan seksama
oleh siswa. Misalnya alatnya terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas.
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak
di ikuti oleh aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan
menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga.
c. Tidak semua hal dapat di Demonstrasikan di
kelas karna sebab alat-alat yang terlalu besar atau yang berada di tempat lain
yang tempatnya jauh dari kelas.
d. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat
praktis
e. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan
landasan teori dari apa yang akan di Demonstrasikan.
Dan adapun sebaiknya dalam Mendemonstrasikan
pelajaran tersebut guru harus terlebih dulu Mendemonstrasikan dengan
sebaik-baiknya, baru di ikuti oleh murid-muridnya yang sesuai dengan petunjuk.
4. Adapun dalam metode demonstran ini memiliki
kelebihan dan ada juga kekurangannya sebagaimana yang akan di paparkan di bawah
ini.
Kelebihan metode demonstran adalah:
• Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan
titik berat yang di anggap penting oleh guru dapat di amati
• Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada
apa yang di Demonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan
mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain
• Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam
mengikuti proses belajar
• Dapat menambah pengalaman anak didik
• Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang
materi yang di sampaikan
• Dapat mengurangi kesalah pahaman karna
pengajaran lebih jelas dan kongkrit
• Dapat menjawab semua masalah yang timbul di
dalam pikiran setiap siswa karna ikut serta berperan secara langsung.
Setelah melihat beberapa keuntungan dari metode
demonstransi tersebut, maka dalam bidang
setudi agama, banyak hal-hal yang dapat di demonstrasikan terutama dalam bidang
ibadat, seperti pelaksanaan shalat, zakat dan yang lainnya.
Apabila teori menjalankan ibadah yang betul dan
baik telah di miliki oleh anak didik, maka guru harus mencoba mendemonstrasikan
di depan para murit. Dan apabila anak didik sedang mendemonstrasikan ibadah,
guru harus mengamati langkah dari langkah dari setiap gera-gerik murid
tersebut,
sehingga apabila ada kesalahan atau kekurangannya
guru berkewajiban memperbaikinya. Tindakan mengamati segi-segi yang kurang baik
lalu memperbaikinya akan memberikan kesan yang dalam pada diri anak didik,
karna guru telah memberi pengalaman kepada anak didik baik bagi anak didik yang
menjalankan Demonstrasi ataupun bagi yang menyaksikannya.
Dari segi kelemahan atau metode demonstran adalah:
• Memerlukan waktu yang cukup banyak
• Apabila terjadi kekurangan media, metode
demonstrasi menjadi kurang efesien
• Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama
untuk membeli bahan-bahannya
• Memerlukan tenaga yang tidak sedikit
• Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstran
menjadi tidak efektif.
5. Adapun langkah-langkah dalam penerapan metode
demonstrasi adalah:
a. Perencanaan
Dalam perencanaan hal-hal yang dilakukan ialah ;
a. Merumuskan tujuan yang baik dari sudut
kecakapan atau kegiatan yang di harapkan dapat tercapai setelah metode
demontrasi berakhir
b. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah
demonstrasi yang akan di laksanakan
c. Memperhitungkan waktu yang di butuhkan
d. Selama demonstrasi berlangsung guru haru
intropeksi diri apakah:
• Keterangan-keterangan dapat di dengar dengan
jelas oleh siswa
• Apakah semua media yang di gunaka telah di
tempatkan pada posisi yang baik, hingga semua siswa dapat melihat semuanya
dengan jelas
• Siswa di sarankan membuat catatan yang dianggap
perlu
e. Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan
anak didik
b. Pelaksanaannya:
Hal-hal yang mesti di lakukan adalah:
1. Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk
kesekian kalinya
2. Melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian
siswa
3. Mengingat pokok-pokok materi yang akan di
demonstrasikan agar mencapai sasaran
4. Memperhatikan kedaan siswa, apakah semuanya
mengikuti demonstrasi dengan baik
5. Memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif
6. Menghindari ketegangan
6. Evaluasi:
Dalam kegiatan evaluasi ini dapat berupa pemberian
tugas, seperti membuat laporan,menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lebih
lanjut, baik di sekolah ataupun di rumah.
7. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam
penggunaan metode demonstrasi tersebut adalah:
• Rumuskan secara spesific yang dapat di capai
oleh siswa.
• Susun langkah-langkah yag akan dilakukan dengan
demontrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang telah di rencanakan.
• Menyipkan peralatan yang di butuhkan sebelum
demonstrasi dimulai.
• Usahakan dalam melakukan demonstrasi tersebut
sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
B. Metode Eksperimen
a. Pengertian Metode Eksperimen
Metode Eksperimen adalah Metode atau cara di mana
guru dan murit bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk
mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi.
Sedangkan menurut Ramayulis, dalam bukunya
“Metodologi pendidikan agama Islam” mendefinisikan bahwa Metode Eksperimen
ialah suatu metode mengajar yang di lakukan murid untuk melakuka
percobaan-percobaan pada mata pelajaran tertentu.
Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat tidak
memberikan pengertian jelas, ia hanya mengatakan bahwa Metode Eksperimen adalah
metode percobaan yang biasanya di lakuka dalam mata pelajaran tertentu.
Sedangkan menurut Departeman Agama memberi
definisi bahwa Metode Eksperimen adalah peraktek pengajaran yan melibatkan anak
didik pada pekerjaan akademis, latihan dan pemecahan masalah atau topik
seperti: shalat, puasa, haji, pembangunan masarakat dan lain-lainnya.
b. Metode Eksperimen dalam pendidikan Agama Islam
Hal yang menarik tentang metode ini dalam
pendidikan agama Islam ialah bahwa metode ini ada kolerasinya dengan pendidikan
agama Islam terutama bidang
studi fiqih.
Kongkritnya adalah Ketika ingin membuktikan apakah
segenangan air termasuk air suci atau air najis atau air yang suci tidak
mensucikan, maka hal ini harus di buktikan secara langsung dan di adakan
penelitian secara ilmiah, maka metode Eksperiman dapat membuktikannya dengan
tepat.
c. Target metode Eksperimen
Adapun target Metode Eksperimen adalah
1) Murit dapat membuktikan kebenaran riil dari
teori-teori hukum yang berlaku
2) Diharapkan dengan metode ini murit dapat
kepuasan dari hasil belajarnya
d. Langkah-langkah metode eksperimen
• Menerangkan Metode Eksperimen
• Membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang
seknifikasi untuk di angkat
• Sebelum guru menetapkan alat yang di perlukan
langkah-langkah apa saja yang harus di variebel-variebel apa yang harus di
kontrol
• Setelah eksperimen di lakukan guru harus
mengumpulkan laporan, memproses kegiatan, dan mengadakan tes untuk menguji
pemahaman murit
e. Kelebihan dan kekurangan Metode Eksperimen
ialah:
1) Kelebihannya
• Menambah keaktifan untuk berbuat dan memecahkan
sendiri sebuah permasalahan
• Dapat melaksanakan metode ilmiah dengan baik
2) Segi kekurangannya
• Tidak semua mata pelajaran dapat menggunakan
metode ini
• Murid yang kurang mempunyai daya intelektual
yang kuat kurang baik hasilnya.
Sebaiknya Metode Eksperimen ini di terapkan bagi
pelajaran-pelajaran yang belum di ajarka atau di terangkan oleh metode lain
sehingga Metode Eksperimen ini terasa benar fungsinya bagi siswa.
Hal-hal yang Perlu di perhatikan dalam melakukan
Metode Eksperimen adalah sebagai berikut;
1. Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang di
butuhkan
2. Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu
mengadakan eksperimen
3. Sebelum di laksanakan eksperimen siswa terlebih
dahulu di berikan penjelasan dan petunjuk-petunjuk seperlunya
1. Lakukan pengelompokan atau masing-masing
individu melakukan percobaan yang telah di rencanakan bila hasilnya belum
memuaskan dapat di ulangi lagi untuk membuktikn kebenaranya
2. Setiap kelompok atau individu dapat melaporkan
hasil percobaanya secara tertulis.
C. Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Metode Demonstrasi Dan Eksperimen ini cocok
digunakan apabila:
1. Untuk memberikan latihan keterampilan tertetu
pada siswa.
2. Untuk memudahkan penjelasan yang di berikan
agar siswa langsung mengetahui dan dapat terampil dan melakukannya.
3. Untuk membantu siswa dalam memahami sesuatu
proses secara cermat dan teliti.
Keuggulan Metode Demonstrasi dan Eksperiaen ini
adalah:
a. Perhatian siswa akan dapat terpusat sepenuhnya
pada anak yang di Demonstrasikan atau di Eksperienkan
b. Memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk
ingatan yang kuat dan keterampilan dalam berbuat
c. Hal-hal yang menjadi teka-teki siswa dapat
terjawab melalui eksperimen
d. Menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil
kesimpulan karena mereka mengamati secara langsung jalannya proses demonstrasi
yang di adakan atau eksperimen.
Kelemahan Metode Demonstrasi dan Eksperimen
adalah:
1. Persiapa dan pelaksanaannya memakan waktu lama
2. Metode ini tidak efektif apabila tidak di
tunjang dengan peralatan yang lengkap sesuai dengan kebutuhan
3. Sukar di laksanakan bila siswa belum matang
kemampuan untuk melaksanakannya
Saranya Untuk Metode Demonstrasi dan Eksperimen
1. Lakukan Metode Demonstrasi dan Eksperimen dalam
hal-hal yang bersifat praktis dan urgent dalam masarakat
2. Arahkan pendemonstrasian dan eksperimen agar
murid-murid mendapatkan pengertian yang jelas, pembentukan sikap serta
kecakapan praktis
3. Usahakan agar semua anak dapat mengikuti
demonstrasi dan eksperimen
4. Berilah pengertian sejelas-jelasmya landasan
teori dari apa yang hendak di demonstrasikan maupun di eksperimenkan
Kesimpulan
Metode demonstrasi adalah salah satu metode
mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau
untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu dengan jalan mendemonstrasikan
terlebih dulu kepada siswa
Metode ini dapat menghilangkan varbalisme sehingga
siswa akan semakin memahami materi pelajaran. Akan tetapi ada beberapa hal yang
perlu di perhatikan agar metode ini dapat berjalan dengan efektif dan efesien.
Metode Eksperimen adalah suatu metode di mana
murid melakukan pekerjaan akademis dalam mata pelajaran tertentu dengan
menyaksikan peragaan-peragaan tersebut.
Namun yang perlu di perhatikan oleh guru tentang
Metode Demonstrasi dan Eksperimen ialah karna kedua metode ini memiliki kekurangan
dan kelebihan.
Model pembelajaran Explicit instruction
Model pembelajaran Explicit
instruction
A. Pengertian
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk
mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan
deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah.
Model Direct Intruction merupakan suatu pendekatan
mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan
memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan
mengajar ini sering disebut Model Pengajaran Langsung (Kardi dan Nur,2000a :2).
Arends (2001:264) juga mengatakan hal yang sama yaitu :”A teaching model that
is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught
in a step-by-step fashion. For our purposes here, the model is labeled the
direct instruction model”. Apabila guru menggunakan model pengajaran langsung
ini, guru mempunyai tanggung jawab untuk mengudentifikasi tujuan pembelajaran
dan tanggung jawab yang besar terhadap penstrukturan isi/materi atau
keterampilan, menjelaskan kepada siswa, pemodelan/mendemonstrasikan yang
dikombinasikan dengan latihan, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih
menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan
umpan balik.
Model pengajaran langsung ini dirancang khusus
untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat
diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Hal
yang sama dikemukakan oleh Arends (1997:66) bahwa: “The direct instruction
model was specifically designed to promote student learning of procedural
knowledge and declarative knowledge that is well structured and can be taught
in a step-by-step fashion.”
Lebih lanjut Arends (2001:265) menyatakan bahwa:
”Direct instruction is a teacher-centered model that has five
steps:establishing set, explanation and/or demonstration, guided practice,
feedback, and extended practiceA direct instruction lesson requires careful
orchestration by the teacher and a learning environment that businesslike and
task-oriented.” Hal yang sama dikemukakan oleh Kardi dan Nur (2000a : 27),
bahwa suatu pelajaran dengan model pengajaran langsung berjalan melalui lima fase: (1) penjelasan
tentang tujuan dan mempersiapkan siswa, (2) pemahaman/presentasi materi ajar
yang akan diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu, (3)
memberikan latihan terbimbing, (4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan
balik, (5) memberikan latiham mandiri.
B. Prinsip
Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi
yang sifatnya algoritma-prosedural, langkah demi langkah bertahap.
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk
mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan
deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah.
Langkah-langkah:
1.Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan.
3. Membimbing pelatihan.
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.
5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan
Sintaknya adalah:
1. sajian informasi kompetensi,
2. mendemontrasikan pengetahuan dan ketrampilan
procedural,
3. membimbing pelatihan-penerapan,
4. mengecek pemahaman dan balikan,
5. penyimpulan dan evaluasi,
6. refleksi.
C. Kesimpulan
Model pembelajaran explicit instruction merupakan
model pembelajaran secara langsung agar sisiwa dapat memahami serta benar-benar
mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktiv dalam suatu pembelajaran.
Jadi model pembelajaran ini sangat cocok diterapakan dikelas dalam materi
tertentu yang bersifat dalil pengetahuan agar proses berpikir siswa dapat
mempunyai keterampilan procedural.
D. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
1. Siswa benar-benar dapat menguasai
pengetahuannya.
2. Semua siswa aktif / terlibat dalam
pembelajaran.
Kekurangan:
1. Memerlukan waktu lama sehingga siswa yang
tampil tidak begitu lama.
2. Untuk mata pelajaran tertentu.
MODEL PEMBELAJARAN CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition)
MODEL PEMBELAJARAN CIRC
(Cooperative, Integrated, Reading,
and Composition)

A. Pengertian Model
Pembelajaran CIRC
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi
terpadu membaca dan menulis secara koperatif –kelompok.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading
and Composition-CIRC (Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis) merupakan model
pembelajaran khusus Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan
menemukan ide pokok, pokok pikiran atau,tema sebuah wacana/kliping.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading
and Composition (CIRC) ini dapat dikategorikan pembelajaran terpadu.
Menurut Fogarty (1991), berdasarkan sifat
keterpaduannya, pembelajaran terpadu dapat dikelompokkan menjadi:
1) model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi
model connected (keterhubungan) dan model nested (terangkai);
2) model antar bidang
studi yang meliputi model sequenced (urutan), model shared (perpaduan), model
webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model integreted
(terpadu);
3) model dalam lintas siswa.
Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu
setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok
saling mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas
(task), sehingga terbentuk pemahaman yang dan pengalaman belajar yang lama.
Model pembelajaran ini terus mengalami perkembangan mulai dari tingkat Sekolah
Dasar (SD) hingga sekolah menengah. Proses pembelajaran ini mendidik siswa
berinteraksi sosial dengan lingkungan.
Prinsip belajar terpadu ini sejalan dengan empat
pilar pendidikan yang digariskan UNESCO dalam kegiatan pembelajaran. Empat
pilar itu adalah ”belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk
berbuat (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be),
dan belajar hidup dalam kebersamaan (Learning to live together), (Depdiknas,
2002).
B. Langkah - Langkah Pembelajaran CIRC
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang
siswa secara heterogen.
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan
topik pembelajaran.
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan
menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis
pada lembar kertas.
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
5. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama.
6. Penutup.
Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita
perhatikan dengan jelas sebagai berikut:
a. Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru
mulai mengenalkan tentang suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada
hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru,
buku paket, atau media lainnya.
b. Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini
memberikan peluang pada siswa untuk mengungkap pengetahuan awalnya, mengembangkan
pengetahuan baru, dan menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bimbingan
guru minimal. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif pada diri mereka
dan berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil
observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk membangkitkan minat, rasa
ingin tahu serta menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran
dengan memulai dari hal yang kongkrit. Selama proses ini siswa belajar melalui
tindakan-tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi dalam situasi baru yang
masih berhubungan, juga terbukti menjadi sangat efektif untuk menggiring siswa
merancang eksperimen, demonstrasi untuk diujikannya.
c. Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa
mampu mengkomunikasikan hasil temuan-temuan, membuktikan, memperagakan tentang
materi yang dibahas. Penemuan itu dapat bersifat sebagai sesuatu yang baru atau
sekedar membuktikan hasil pengamatannya.. Siswa dapat memberikan pembuktian
terkaan gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-teman sekelasnya.
Siswa siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling memperkuat argumen.
C. Kelebihan Model Pembelajaran CIRC
Kelebihan dari model pembelajaran terpadu atau
(CIRC) antara lain:
1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan
selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak;
2) kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan
bertolak dari minat siswa dan kebutuhan anak;
3) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi
anak didik sehingga hasil belajar anak didik akan dapat bertahan lebih lama;
4) pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan
keterampilan berpikir anak;
5) pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang
bersifat pragmatis (bermanfaat) sesuai dengan permasalahan yang sering ditemuai
dalam lingkungan anak;
6) pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi
belajar siswa kearah belajar yang dinamis, optimal dan tepat guna;
7) menumbuhkembangkan interaksi sosial anak
seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang
lain;
8) membangkitkan motivasi belajar, memperluas
wawasan dan aspirasi guru dalam mengajar (Saifulloh, 2003).
D. Kekurangan Model Pembelajaran CIRC
Kerurangan dari model pembelajaran CIRC tersebut
antara lain:
Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai
untuk mata pelajaran yang menggunakan bahasa, sehingga model ini tidak dapat
dipakai untuk mata pelajaran seperti: matematika dan mata pelajaran lain yang
menggunakan prinsip menghitung.
E. Kesimpulan
Model pembelajaran ini sangat bagus dipakai karena
dengan menggunakan model ini siswa dapat memahami secara langsung peristiwa
yang terjadi di dalam kehidupan dengan materi yang dijelaskan.
MODEL PEMBELAJARAN INSIDE – OUTSIDE – CIRCLE (LINGKARAN BESAR – LINGKARAN
KECIL)
MODEL PEMBELAJARAN INSIDE
– OUTSIDE – CIRCLE (LINGKARAN BESAR – LINGKARAN KECIL)

Teknik mengajar lingkaran besar
dan lingkaran kecil (inside – outside – circle) dikembangkan oleh Spencer Kagan
untuk memberikan kesempatan pada siswa agar saling berbagi informasi pada saat
yang bersamaan.
Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan
teknik ini adalah bahan yang membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antar
siswa. Salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas yang
memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat
danteratur. Selain itu siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong
royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Langkah-langkah :
1. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah
siswa terlalu banyak) berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap ke luar.
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran
diluar lingkaran pertama menghadap ke dalam.
3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil
danhttp://www.scribd.com/doc/50827028/73/INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE-LINGKARAN-KECIL-LINGKARAN-BESAR
besar berbagi informasi. Pertukaran informasi bisa dilakukan oleh semua
pasangan dalam waktu yang bersamaan.
4. Kemudian siswa yang di lingkaran kecil diam di
tempat, sementara siswa yang di lingkaran besar bergeser, satu atau dua langkah
searah jarum jam.
5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran
besar yang membagi informasi demikian seterusnya.
Siswa saling membagi informasi pada saat yang
bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Kelebihan :
Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat yang
bersamaan.
Kekurangan :
Membutuhkan
ruang kelas yang besar.Ø
Terlalu
lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau, juga rumit
untuk dilakukan.Ø
Materi yang cocok dengan model pembelajaran.
1. IPA kelas 5 Bab V
Penyesuaian Makhluk Hidup
a. Penyesuaian diri pada hewan
1. Penyesuaian diri untuk memperoleh makanan.
2. Penyesuaian diri untuk melindungi diri dari
musuhnya.
b. Penyesuaian diri pada tumbuhan
1. Penyesuaian diri tumbuhan dengan lingkungan
tertentu.
2. Penyesuaian diri untuk melindungi diri dari
musuhnya.
Alasan :
Pada pembelajaran dengan menggunakan model outside
- inside - circle (lingkaran besar - lingkaran kecil) ini. Terlebih dahulu guru
menyampaikan informasi dengan menjelaskan isi materi (penyesuaian makhluk
hidup). Menurut saya materi penyesuaian makhluk hidup sangat cocok untuk model
outside - inside - circle (lingkaran besar - lingkaran kecil). Karena materi
ini sering ditemui anak dalam kehidupan sehari-hari, melalui penjelasan dari
guru tentang penyesuaian makhluk hidup maka anak memadukan apa yang dilihatnya
dalam kehidupan sehari-hari dengan informasi yang disampaikan oleh guru,
sehingga pada saat anak membentuk lingkaran besar dan lingkaran kecil yang
selanjutnya anak akan menyampaikan informasi, anak mudah mengingat informasi
yang akan dia sampaikan kepada teman pasangannya, materi ini juga memiliki
cakupan isi/materi yang cukup banyak sehingga memudahkan guru untuk membagi
materi sesuai dengan siswa yang membentuk lingkaran, karna masing masing-masing
anak membawa informasi yang berbeda untuk teman pasangannya.
2. IPA Kelas 5 Bab XIV
Sumber Daya Alam
a. Sumber Daya Alam di Lingkungan Sekitar
1. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui
2. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
b. Penggunaan Sumber Daya Alam
1. Mineral
2. Kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi
Alasan :
Pada pembelajaran menggunakan model outside -
inside - circle (lingkaran besar - lingkaran kecil). saya materi ini cocok
untuk model inside (outside - circle) (lingkaran besar - lingkaran kecil)
karena materinya dapat dikembangkan oleh anak berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman mereka. Misalnya : materi tentang kegiatan manusia yang mengubah
permukaan bumi, jika guru menggunakan soal pertanyaan dalam pertukaran pikiran
dan informasi untuk setiap anak, maka mempermudah pekerjaan guru dalam membuat
pertanyaan, pertanyaan yang sama dapat diberikan kepada beberapa anak, karena
kemungkinan jawaban yang akan mereka dapat dari teman pasangannya berbeda.
Dengan model pembelajaran outside - inside - circle materi akan mudah dipahami
oleh anak karena materi ini dapat disampaikan dengan singkat dan eratur,
misalnya berkaitan dengan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, dan tidak
dapat diperbaharui, sehingga dengan model pembelajaran outside - inside -
circle ini cakupan materi yang cukup luas dapat dipahami dan dikembangkan oleh
anak.
3. Pendidikan kewarganegaraan kls XI Semester II
Pentingnya nilai dalam kehidupan
Pentingnya
nilai dalam kehidupan bangsaØ
Pancasila
sebagai sumber nilaiØ
a. Pancasila sebagai sumber nilai hokum
b. Pancasila sebagai sumber nilai etik
Menurut saya materi ini cocok dan bias digunakan
dalam model pembelajaran IOC dikarnakan materi yang disampaikan tidak terlalu
sulit dan melatih tingkat pemikiran siswa karna yang dibahas dalam materi ini
menyangkut kehidupan sehari-hari dan bangsa.
Contoh RPP model pembelajaran ini :
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )
Model pembelajaran IOC
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas / semester : XI / (dua)
Hari / tanggal :
Alokasi Waktu : 2 JP x 40 menit
St standar Kompetisi :
Menganalisis pentingnya nilai dalam kehidupan
K kompetisi Dasar :
Mendiskripsikan pentingnya nilai dalam kehidupan
bangsa
Mendeskripsiskan pancasila sebagai sumber nilai
Mendeskripsikan nilai pancasila sebagai sumber
norma hokum
Mendeskripsikan nilai pancasila sebagai sumber
norma etik
A. Indikator :
Menjelaskan pentingnya nilai pancasila dalam
kehidupan
B. Tujuan pembelajaran :
1. memahami pentingnya nilai dalam kehidupan
2. Mengetahui pentingnya nilai pancasila sebagai
norma hukum
3. Mengetahui pentingnya pancasila sebagai sumber
nilai etik
C. Materi pembelajaran :
• LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI
semeeter II
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu
masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh
masyarakat. Sebagai contoh, orang menanggap menolong memiliki nilai baik,
sedangkan mencuri bernilai buruk. Woods mendefinisikan nilai sosial sebagai
petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan
kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
nasional membawa
konsekuensi logis bahwa nilai-nilai pancasila
dijadikan landasan pokok, landasan
fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia.
Nilai-nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam
berbagai peraturan
perundangam yang ada. Perundang-undangan,
ketetapan, keputusan, kebijaksanaan
pemerintah, program-program pembangunan, dan
peraturan-peraturan lain pada
hakikatnya merupakan nilai instrumental sebagai
penjabaran dari nilai-nilai
dasar pancasila.
Upaya lain dalam mewujudkan pancasila sebagai
sumber nilai adalah dengan
menjadikan nilai dasar Pancasila sebagai sumber
pembentukan norma etik (norma
moral) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Nilai-nilai
pancasila adalah nilai moral
D. Metode Pembelajaran
1. Kerja kelompok
2. Presentasi
3. Diskusi
4. Tanya jawab
E. Langkah-langkah Pembelajaran :
1. Pendahuluan
1) Salam, sapa dan berdo’a bersama
2) Apersepsi tentang materi
3) Membagi kelompok yng anggotanya 4 orang secara
heterogen berdasarkan tingkat kemampuan membaca.
2. Kegiatan Inti
1) Menjelaskan pembagian tugas kelompok
2) Guru memberikan wacana / kliping sesuai topic
pembelajaran
3) Siswa bekerjasama saling membacakan dan
menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana / kliping dan ditulis
pada lembar kerja.
4) Mempresentasikan / membaca hasil kelompok.
3. Kegiatan akhir
1) Guru menyimpulkan materi bersama murid
2) Penutup
F. Sumber bahan :
- Buku paket buku paket pendidikan kewarganegaraan
kelas XI semester II
- LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI
semeeter II
- Kliping tentang pentingnya nilai dalm kehidupan
berbangsa dan bernegara
G. Penilaian
- Test perbuatan dalam kegiatan
- Tes lisan
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)
MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)
A. Pengertian
Metode ini berguna untuk kelas yang aktif dalam
kelas. Pengertian aktif terdapat 2 (dua) macam, yaitu:
1. aktif dalam arti selalu atau suka berbicara
meski tidak dalam pembelajaran,
2. aktif dalam arti siswa mau dan mampu berfikir
dan bertanya jika menemukan kesulitan.
Dalam buku Cooperative Learning PAIKEM oleh Agus
Suprijono menjelaskan pembelajaran aktif yaitu; Pembelajaran adalah proses
belajar dengan menempatkan peserta didik sebagai center stage performance,
dengan proses pembelajaran yang menarik sehingga siswa dapat merespon
pemelajaran dengan suasana yang menyenangkan. Sedangkan aktif adalah siswa atau
peserta didik mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan
gagasan.
Maka dari itu, berlangsungnya proses pembelajaran
tidak terlepas dengan lingkungan sekitar atau tidak terbatas pada empat dinding
kelas. Melainkan pembelajaran dapat terlaksana dengan pendekatan lingkungan
menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta terhadap
lingkungan sekitar. Sedikit contoh metode Pembelajaran Aktif yaitu dengan
Metode Tebak kata.
Model pembelajaran tebak kata adalah model
pembelajaran yang menggunakan media kartu teka-teki yang berpasangan dengan
kartu jawaban teka-teki. Permainan tebak kata dilaksanakan dengan cara siswa
menjodohkan kartu soal teka-teki dengan kartu jawaban yang tepat. Melalui
permainan tebak kata, selain anak menjadi tertarik untuk belajar juga
memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran IPS dalam ingatan siswa. Jadi,
guru mengajak siswa untuk bermain tebak kata dengan menggunakan media kartu
dari kertas karton dalam mata pelajaran IPS.
Dalam menerapkan metode permainan ada beberapa hal
yang harus disiapkan adalah sebagai berikut :
1. siapkan materi yang akan di sampaikan.
2. siapkan bahan ajar yang di butuhkan.
3. siapkan kata kunci yang akan di pertanyakan.
Media: :
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri
atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang
ingin ditebak. Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah
yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan
di telinga.
Langkah-langkah :
1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai
atau materi ± 45 menit.
2. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di
depan kelas
3. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10
cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi
kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian
ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.
4. Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm
membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa
yang dimaksud dalam kartu 10×10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu
yang ditempelkan di dahi atau telinga.
5. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis
di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah
ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi
jawabannya.
6. Dan seterusnya
CONTOH KARTU:
BERDASARKAN SIKAP YANG DITUNJUKKAN.
• tidak memandang perbedaan sebagai usaha mencari
alternatif
• yang dicari adalah kambing hitam bukan
peraturannya yang mungkin salah.
TIPE BUDAYA POLITIK APAKAH AKU...?
JAWABAN:
TIPE BUDAYA POLITIK MILITAN
B. Prinsip atau Ciri-Ciri
• Pembelajaran berlangsung menyenangkan
• Siswa diarahkan untuk aktif
• Menggunakan media kartu
C. Kelebihan dan Kekurangan dalam Pemanfaatannya
• Kelebihannya :
a. anak akan mempunyai kekayaan bahasa.
b. Sangat menarik sehingga setiap siswa ingin
mencobanya.
c. Siswa menjadi tertarik untuk belajar
d. memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran
dalam ingatan siswa.
• Kekurangannya :
a. memerlukan waktu yang lama sehingga materi
sulit tersampaikan.
b. Bila siswa tidak menjawab dengan benar maka
tidak semua siswa dapat maju karena waktu terbatas.
D. Kesimpulan
Jadi, mopdel pembelajaran Tebak Kata merupakan
salah satu model pembelajaran Cooperative Lerning, dengan proses pembelajaran
yang menarik agar siswa menjadi berminat atau tertarik untuk belajar,
mempermudah dalam menanamkan konsep-konsep dalam ingatan siswa. Selain itu siswa
juga diarahkan untuk aktif, yaitu siswa atau peserta didik mampu dan dapat
bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE
MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE
· Pengertian
Model pembelajaran Word Square
merupakan pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya. Hal ini dapat
diidentifikasi melalui pengelompokkan metode ceramah yang diperkaya yang
berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagaimana disebutkan
oleh Mujiman (2007)
Model Pembelajaran Word Square merupakan
model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian
dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti mengisi
Teka-Teki Silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan
dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf/angka penyamar atau
pengecoh. Model pembelajaran ini sesuai untuk semua mata pelajaran.Tinggal
bagaimana Guru dapat memprogram sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat
merangsang siswa untuk berpikir efektif. Tujuan huruf/angka pengecoh bukan
untuk mempersulit siswa namun untuk melatih sikap teliti dan kritis.
Word Square merupakan salah satu
dari sekian banyak metode pembelajaran yang dapat dipergunakan guru dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini merupakan kegiatan belajar mengajar
dengan cara guru membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai alat
untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah
diajarkan.
Instrument utama metode ini adalah
lembar kegiatan atau kerja berupa pertanyaan atau kalimat yang perlu dicari
jawabannya pada susunan huruf acak pada kolom yang telah disediakan.
· Langkah-Langkah
Model Pembelajaran Word Square
Langkah-langkah Model Pembelajaran Word Square
adalah sebagai berikut :
1. Guru
menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru
membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh.
3. Siswa
menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban secara
vertikal, horizontal maupun diagonal.
4. Berikan
poin setiap jawaban dalam kotak.
CONTOH
JAWABAN (Untuk Mapel PKn)
|
S
|
Y
|
E
|
N
|
I
|
E
|
K
|
K
|
K
|
|
A
|
G
|
U
|
A
|
N
|
D
|
M
|
E
|
N
|
|
N
|
B
|
A
|
R
|
T
|
I
|
R
|
T
|
D
|
|
G
|
A
|
N
|
R
|
N
|
R
|
S
|
U
|
S
|
|
U
|
D
|
G
|
T
|
U
|
T
|
G
|
R
|
Z
|
|
I
|
O
|
O
|
L
|
S
|
A
|
I
|
U
|
I
|
|
N
|
R
|
P
|
A
|
I
|
P
|
A
|
N
|
F
|
|
I
|
A
|
S
|
O
|
L
|
I
|
O
|
A
|
U
|
|
S
|
R
|
I
|
N
|
H
|
B
|
C
|
N
|
U
|
CONTOH SOALNYA :
1. Asas
dalam menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat orang tersebut
dilahirkan disebut asas…
2. Negara
Indonesia memakai asas kewarganegaraan berdasarkan keturunan yang disebut asas
ius…
3. Seseorang
yang mempunyai dua kewarganegaraan dari dua Negara yang berbeda
disebut...
4. Hak
dimiliki seseorang untuk memilih kewarganegaraannya disebut hak...
5. Penentuan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan kelahiran dan…
· Kekurangan
dan Kelebihan Model Pmebelajaran
Word Square
Beberapa
kelebihan dari model pembelajaran Word Square yaitu:
1. Kegiatan tersebut mendorong
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
2. Melatih untuk berdisiplin.
3. Dapat
melatih sikap teliti dan kritis.
4. Merangsang
siswa untuk berpikir efektif.
Model pembelajaran ini mampu sebagai
pendorong dan penguat siswa terhadap materi yang disampaikan. Melatih
ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan mencari jawaban dalam lembar kerja.
Dan tentu saja yang ditekankan disini adalah dalam berpikir efektif, jawaban
mana yang paling tepat.
Sedangkan
beberapa kekurangan dari model pembelajaran word square yaitu:
1. Mematikan kreatifitas siswa.
2. Siswa tinggal menerima bahan
mentah.
3. Siswa tidak dapat mengembangkan
materi yang ada dengan kemampuan atau potensi yang dimilikinya.
Dalam
model pembelajaran ini siswa tidak dapat mengembangkan kreativitas
masing-masing, dan lebih banyak berpusat pada guru. Karena siswa hanya menerima
apa yang disampaikan oleh guru, dan jawaban dari lembar kerja pun tidak
bersifat analisis, sehingga siswa tidak dapat menggali lebih dalam materi yang
ada dengan model pembelajaran word square ini.

Dari penjelasan tentang model
pembelajaran word square maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran word
square adalah suatu pengembangan dari metode ceramah namun untuk mengetahui
pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan maka diberikan lembar
kerja yang didalamnya berisi soal dan jawaban yang terdapat dalam kotak kata.
Membutuhkan suatu kejelian dan ketelitian dalam mencari pilihan jawaban yang
ada dengan tepat. Namun sebagaimanan model pembelajaran yang lainnya, model
pembelajaran word square mempunyai kekurangan dan kelebihan. Kekurangan dari
model pembelajaran ini yaitu siswa hanya menerima bahan mentah dari guru dan
tidak dapat mengembangkan kreativitasnya, karena siswa hanya dituntut untuk
mencari jawaban bukan untuk mengembangkan pikiran siswa masing-masing.
Sedangkan kelebihannya yaitu meningkatkan ketelitian, kritis dan berfikir
efektif siswa. Karena siswa dituntut untuk mencari jawaban yang paling tepat
dan harus jeli dalam mencari jawaban yangada dalam lembar kerja.
Model pembelajaran Scramble
Model Pembelajaran Scramble
tampak seperti Model Pembelajaran Word Square, bedanya jawaban soal tidak
dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi sudah dituliskan namun dengan
susunan yang acak, nah siswa nanti bertugas mengkoreksi ( membolak-balik huruf
) jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat/ benar.
Model pembelajaran scramble tampak seperti model
pembelajaran word square, bedanya jawaban soal tidak dituliskan di dalam
kotak-kotak jawaban, tetapi sudah dituliskan, namun dengan susunan yang acak,
jadi siswa bertugas mengoreksi (membolak-balik huruf) jawaban tersebut sehingga
menjadi jawaban yang tepat / benar.
Kelebihan Model pembelajaran Scramble :
1. Memudahkan mencari jawaban
2. Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal
tersebut
3. Semua siswa terlibat
4. Kegiatan tersw dapat mendorong pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran
5. Melatih untuk disiplin
Kekurangan model pembelajaran scramble
1. Siswa kurang berfikir kritis
2. Bisa saja mencontek jawaban teman lainnya
3. Mematikan kreatifitas siswa
4. Siswa tinggal menerima bahan mentah
Langkah-langkah Model pembelajaran scramble :
1. Guru menyajikan materi sesuai topic, misalnya
guru menyajikan materi pelajaran tentang “Tata Surya”
2. Setelah selesai menjelaskan tentang Tata Surya,
guru membagikan lembar kerja dengan jawaban yang diacak susunannya.
3. Media yang digunakan dalam model pembelajaran
scramble :
4. Buat pertanyaan yang sesuai dengan TPK
5. Buat jawaban yang diacak hurufnya
Media :
Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi
yang ingin dicapai
Buat jawaban yang diacak hurufnya
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang
ingin dicapai.
Membagikan lembar kerja sesuai contoh.
Susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga
merupakan kata kunci (jawaban) dari pertanyaan pada kolom A!
Kolom A
1. Sebelum mengenal uang orang melakukan
pertukaran dengan cara …
2. … digunakan sebagai alat pembayaran yang sah
3. Uang … saat ini banyak dipalsukan
4. Nilai bahan pembuatan uang disebut nilai …
5. Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah
barang atau jasa disebut nilai …
6. Nilai perbandingan uang dalam negeri dengan
mata uang asing disebut …
7. Nilai yang tertulis pada uang disebut nilai …
8. dorongan seseorang menyimpan uang untuk
keperluan jual beli disebut …
9. perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai
rekening di bank untuk membayar sejumlah uang disebut …
Kolom B
1. TARREB ……………………………. ( Contoh : jawaban yang
benar……BARTER )
2. GANU …………………………………
3. TRASEK ………………………………
4. KISTRINI ………………………………
5. LIRI ………………………………………
6. SRUK …………………………………
7. MINALON ………………………….
8. SAKSITRAN …………………………
9. KEC ……………………………………
MODEL PEMBELAJARAN
TAKE AND GIVE
A. Pengertian Model Pembelajaran Take
and Give
Model
Pembelajaran menerima dan memberi (Take and Give) merupakan model pembelajaran
yang memiliki sintaks, menuntut siswa mampu memahami materi pelajaran yang
diberikan guru dan teman sebayanya (siswa lain).
Kelebihan :
· Siswa akan lebih cepat memahami
penguasaan materi dan informasi karena mendapatkan informasi dari
guru dan siswa yang lain.
· Dapat menghemat waktu dalam
pemahaman dan penguasaan siswa akan informasi.
Kelemahan:
· Bila informasi yang disampaikan
siswa kurang tepat (salah) maka informasi yang diterima siswa lain pun akan
kurang tepat.
B. Media Model Pembelajaran Take and
Give
a) Siapkan Kartu dengan ukuran 10 x 15
cm untuk sejumlah siswa.
b) Setiap kartu berisi nama siswa,
bahan belajar (sub materi) dan nama yang diberi informasi, kompetensi dan
sajian materi.
1.
Contoh Kartu :
NAMA SISWA :
SUB MATERI :
NAMA YANG DIBERI :
1.
2.
3. dst.
C. Langkah-langkah Umum
1. Guru menyiapkan kelas sebagaimana
mestinya.
2. Guru menjelaskan materi sesuai
kompetensi yang sudah direncanakan selama 45 menit.
3. Untuk memantapkan penguasaan siswa
akan materi yang sudah dijelaskan, setiap siswa diberikan satu kartu untuk
dipelajari (dihapal) selama 5 menit.
4. Kemudian guru meminta semua siswa
berdiri dan mencari teman pasangan untuk saling menginformasikan materi yang
telah diterimanya. Tiap siswa harus mencatat nama teman pasangannya pada kartu
yang sudah diberikan.
5. Demikian seterusnya sampai semua
siswa dapat saling memberi dan menerima materi masing-masing (take and give).
6. Guru mengevaluasi keberhasilan model
pembelajaran take and give dengan memberikan siswa pertanyaan yang tidak sesuai
dengan kartunya (kartu orang lain).
7. Guru dan siswa membuat kesimpulan
bersama mengenai materi pelajaran.
8. Guru menutup pelajaran.
D. Materi Pembelajaran IPA yang
Sesuai untuk Model Pembelajaran Take and Give
1. Materi Pelajaran IPA kelas 5
· Bab I Alat Pernafasan
Sub Materi : Alat pernafasan pada
manusia
· Bab II Pencernaan Makanan Pada
Manusia
Sub Materi : Alat pencernaan pada
manusia
· Bab V Penyesuaian Diri Makhluk Hidup
terhadap Lingkungannya.
Sub Materi : Cara hewan menyesuaikan
diri dengan lingkungannya.
2. Materi Pelajaran IPA kelas 6
· Bab 1 Ciri Khusus Makhluk Hidup
Sub Materi : ciri khusus hewan
terhadap lingkungannya.
· Bab 4 Keseimbangan Ekosistem
Sub Materi : kegiatan manusia yang
dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem.
· Bab 11 Energi dalam kehidupan
Sehari-hari
Sub Materi : guna energi listrik
dalam rumah tangga
E. Alasan Pemilihan Materi yang
Sesuai
Pemilihan materi yang
sesuai untuk model pembelajaran take and give adalah materi yang mengandung
informasi yang singkat, jelas dan padat. Hal ini dikarenakan model
pembelajaran ini lebih menekankan pada unsur ingatan dengan materi yang ringan
dan mudah serta membutuhkan pemahaman yang cepat. Pembelajaran model ini pun
tidak memerlukan pemahaman materi dengan teknik pelajaran praktek maupun
diskusi.
Model Pembelajaran Consept Sentence
Model Pembelajaran
Consept Sentence

Metodologi mengajar adalah ilmu
yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah
lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling
berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan
dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang
telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa
metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.
Pengertian
Consepct sentence merupakan salah satu teknik dari
cooperative Learning,dimana siswa belajar dengan kelompoknya untuk membuat
beberapa kalimat sesuai dengan kata kunci yang telah diberikan oleh guru kepada
siswa.Pembentukan kelompok didasarkan pada kartu kata yang dimiliki oleh setiap
siswa.Setiap siswa membentuk satu kalimat yang telah dipelajari
sebelumnya.Consecptsentence ini dibuat seperti games sehingga siswa bersemangat
untuk memenangkan games ini.Setiap kelompok akan membahas pola kalimat yang
telah diberikan oleh guru ,setelah diberikan batas waktu tertentu ,maka setiap
kelompok harus mengirim wakil dari masing-masing kelompok sebanyak dua orang
kedepan .Wakil dari kelompok diharuskan membuat beberapa dari kata kunci yang ada
berdasarkan kata kunci yang telah diberikan
Proses kelompok terjadi ketika anggota kelompok
mendiskusikan seberapa baik mereka mencapai tujuan dan memelihara kerjasama
yang efektif. Para siswa perlu mengetahui
tingkat-tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dan efektivitas kerjasama yang
telah dilakukan.
Untuk memperoleh informasi itu, para siswa perlu
mengadakan perbaikan-perbaikan secara sistematis tentang bagaimana mereka telah
bekerja sama sebagai satu tim, dalam hal :
• Seberapa baik tingkat pencapaian tujuan kelompok
• Bagaimana mereka saling membantu satu sama lain
• Bagaimana mereka bersikap dan bertingkah laku
positif untuk memungkinkan setiap individu dan kelompok secara keseluruhan
menjadi berhasil, dan
• Apa yang mereka butuhkan untik melakukan
tugas-tugas yang akan datang supaya lebih berhasil.
Ciri-ciri
Siswa dibentuk kelompok heterogen dan membuat
kalimat dengan minimal 4 kata kunci sesuai materi yang disajikan.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan tujuan.
2. Guru menyajikan materi secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok yang anggotanya kurang
lebih 4 orang secara heterogen.
4. Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi/
topik yang disajikan.
5. Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat
dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat.
6. Hasil diskusi kelompok didiskusikan lagi secara
pleno yang dipandu guru.
7. Kesimpulan.
Kelebihan:
1. Lebih memahami kata kunci dari materi pokok
pelajaran.
2. Siswa yang lebih pandai mengajari siswa yang
kurang pandai.
Kekurangan:
1. Hanya untuk mata pelajaran tertentu.
2. Untuk yang pasif mengambil jawaban dari
temannya.
Model Pembelajaran Complete Sentence
Model
Pembelajaran Complete Sentence

1. Pengertian
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran mudah dan
sederhana di mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan
menggunakan kunci jawaban yang tersedia.
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru Menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan buku atau
modul dengan waktu secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen.
4. Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap.
5. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang
tersedia.
6. Siswa berdiskusi secara berkelompok.
7. Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta
membaca sampai mengerti atau hafal.
8. Kesimpulan.A
2. Prinsip/ ciri-ciri Complete sentence
a. Soal yang disampaikan berupa kalimat yang belum lengkap, sehingga makna/
arti kalimat tersebut belum dapat dimengerti
b. Kalimat yang banyak dan saling berkaitan dalam sebuah paragrap, dan belum
sempurna serta belum dimengerti maknanya
c. Kalimat dapat dilengkapi dengan pilihan kata yang disediakan
d. Harus diisi dengan kata-kata tertentu, misal istilah keilmuan/ kata asing.
e. Jawaban dari kalimat yang belum lengkap itu sudah disediakan
3. Kelebihan/kekurangan model pembelajaran complete sentence
a. Kelebihan
1. Mudah dibuat guru, hanya dengan menghilangan satu kata dalam kalimat
2. Siswa tidak perlu menjelaskan jawabannya, hanya perlu memadukan
rumpang/tidak jawabannya.
3. Siswa diajarkan untuk mengerti dan hafal mengenai materi
b. Kekurangan
1. Guru kurang kreatif dan inovasi dalam membuat soal
2. Siswa kurang terpacu mencari jawaban karena hanya cukup menebak kata, karena
biasanya hanya kata hubung.
3. Kurang cocok untuk dipergunakan dalam setiap bidang
studi.
4. Kesimpulan
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran yang sederhana
di mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan
menggunakan kunci jawaban yang tersedia. Model pembelajaran ini sebenarna
mempermudah guru namun terkadang gurunya kurang inovatif dan kreatif dalam
membuat soalnya. Dan siswanya kurang terpacu untuk mencari jawabannya karena
hanya tinggal menebak kaata-kata yang rumpang yang jawabannya telah
disediakan.
PEMBELAJARAN TIME TOKEN
PEMBELAJARAN TIME TOKEN
A. MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN
Model pembelajaran Time Token Arends merupakan
salah satu contoh kecil dari penerapan pembelajaran yang demokratis di sekolah.
Proses pembelajaran yang demokratis adalah proses belajar yang menempatkan
siswa sebagai subyek. Mereka harus mengalami sebuah perubahan ke arah yang
lebih positif. Dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari tidak paham menjadi
paham, dan dari tidak tahu menjadi tahu. Di sepanjang proses belajar itu,
aktivitas siswa menjadi titik perhatian utama. Dengan kata lain mereka selalu
dilibatkan secara aktif. Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari
solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.
Model ini digunakan (Arends, 1998) untuk melatih
dan mengembangkan ketrampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan
atau diam sama sekali. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30
detik per kupon pada tiap siswa. Sebelum berbicara, siswa menyerahkan kupon
terlebih dahulu pada guru. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat
tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis
kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara
sampai semua kuponnya habis.
B. LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN ARENDS
Adapun langkah-langkah dari model pembelajaran
Time Token Arends ini adalah sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/ KD.
2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan
diskusi klasikal.
3. Guru memberi tugas pada siswa.
4. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan
waktu ± 30 detik per kupon pada tiap siswa.
5. Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih
dahulu sebelum berbicara atau memberi komentar. Setiap tampil berbicara satu
kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa
yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang
kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis. Demikian seterusnya hingga semua
anak berbicara.
6. Guru memberi sejumlah nilai sesuai waktu yang
digunakan tiap siswa
(Pada RPP ini, tiap siswa maju ke depan untuk
membacakan puisi secara bergiliran dan siswa yang lain mengomentari puisi yang
dibaca siswa dengan menggunakan kupon berbicara)
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN
TIME TOKEN ARENDS
Kelebihan Model Time Token Arends
- Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan
partisipasinya.
- Siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam
sama sekali
- Siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran
- Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi
(aspek berbicara)
- Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapatnya.
- Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling
mendengarkan, berbagi, memberikan masukan dan keterbukaan terhadap kritik
- Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat
orang lain.
- Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari
solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.
- Tidak memerlukan banyak media pembelajaran.
Kekurangan Model Time Token Arends
- Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran
tertentu saja.
- Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah
siswanya banyak.
- Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan
dalam proses pembelajaran, karena semua siswa harus berbicara satu persatu
sesuai jumlah kupon yang dimilikinya.
- Siswa yang aktif tidak bisa mendominasi dalam
kegiatan pembelajaran
Model Pembelajaran Time Token sangat tepat untuk
pembelajaran struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan
sosial, untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama
sekali.
Model pembelajaran time token adalah model
pembelajaran yang digunakan dengan tujuan agar siswa aktif berbicara. Dalam
pembelajaran diskusi, time token digunakan agar siswa aktif bertanya dalam
berdiskusi. Dengan membatasi waktu berbicara misalnya 30 detik, diharapkan
siswa secara adil mendapatkan kesempatan untuk berbicara.
D. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Time Token
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan
diskusi (cooperative learning / CL).
3. Tiap siswa diberi sejumlah kupon berbicara
dengan waktu ± 30 detik per kupon. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai
waktu yang digunakan.
4. Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang
siswa diserahkan. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi
setelah bergiliran dengan siswa lainnya.
5. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh
bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya
habis.
6. Demikian seterusnya.
PAIR CECKS SPENCER KAGEN 1993
A. Pengertian
Pair check (pasangan mengecek) adalah model
pembelajaran berkelompok atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen
tahun 1993. Model ini menerapkan pembelajaran berkelompok yang menuntut
kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan.
Banyak kelebihan maupun kelemahan.
Satu lagi Model Pembelajaran siswa berpasangan,
yaitu Pair Check. Model pembelajaran ini juga untuk melatih rasa sosial siswa,
kerja sama dan kemampuan memberi penilaian.
B. prinsip model pembelajaran Pair Cheks
prinsipnya adalah sebagai berikut :
1. Siswa berkelompok berpasangan sebangku,
2. salah seorang menyajikan persoalan dan temannya
mengerjakan,
3. pengecekan kebenaran jawaban,
4. bertukar peran
4. penyimpulan,
5. evaluasi
6. refleksi.
Berikut ini langkah dari model pair check
1. Guru menjelaskan konsep
2. Siswa dibagi beberapa tim. Setiap tim terdiri
dari 4 orang. Dalam satu ti ada 2 pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim ada
yang menjadi pelatih dan ada yang patner.
3. Guru membagikan soal kepada si patner
4. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas
mengecek jawabannya. Setiap soal yang benar pelatih memberi kupon.
5. Bertukar peran. Si pelatih menjadi patner dan
si patner menjadi pelatih
6. Guru membagikan soal kepada si patner
7. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas
mengecek jawabannya. Setiap soal yang benar pelatih memberi kupon.
8. Setiap pasangan kembali ke tim awal dan
mencocokkan jawaban satu sama lain.
9. Guru membimbing dan memberikan arahan atas
jawaaban dari berbagai soal dan tim mengecek jawabannya.
10. Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi
hadiah
C. Langkah-langkah Pembelajarannya, sebagai
berikut :
1). Bekerja Berpasangan
Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua)
siswa. Setiap pasangan mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu
melatih siswa dalam menilai.
2). Pelatih Mengecek
Apabila patner benar pelatih memberi kupon.
3). Bertukar Peran
Seluruh patner bertukar peran dan mengulangi
langkah 1 – 3.
4). Pasangan Mengecek
Seluruh pasangan tim kembali bersama dan
membandingkan jawaban.
5). Penegasan Guru
Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep.
Demikianlah, mudah-mudahan postingan ini dapat
menambah khasanah pembelajaran kita sehingga pembelajaran yang dirancang
Bapak/Ibu Guru dapat lebih bervariatif, lebih bermakna, menantang sekaligus
menyenangkan.
D. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihannya
1. Dipandu belajar melalui bantuan rekan
2. Menciptakan saling kerjasama di antara
siswa
3. Increases comprehension of concepts and/or
processesMeningkatkan pemahaman konsep dan / atau proses
4. menmemenimelatih berkomunikasi
Kekurangannya
1. memerlukan banyak waktu
2. memerlukan pemahaman yang tinggi terhadap
konsep untuk menjadi pelatih.
MODEL PEMBELAJARAN ROUND CLUB ATAU KELILING KELOMPOK
MODEL PEMBELAJARAN ROUND CLUB ATAU KELILING KELOMPOK
Model Pembelajaran Round Club Atau
Keliling Kelompok adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk
bekerjasama saling membantu mengkontruksi konsep. Menyelesaikan persoalan atau
inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif
(kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang, siswa
heterogen (kemampuan gender, karakter) ada control dan fasilitasi, serta
meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Model pembelajaran ini dimaksudkan agar masing-masing anggota kelompok
mendapat serta pemikiran anggota lain.
v Kelebihan Round Club Atau Keliling Kelompok
1) Adanya tanggung jawab setiap
kelompok
2) Adanya pemberian sumbnagan ide pada
kelompoknya
3) Lebih dari sekedar belajar kelompok
4) Bisa saling mendengarkan dan
mengutarakan pendapat, pandangan serta hasil pemikiran
5) Hasil pemikiran beberapa kepala lebih
kaya dari pada satu kepala
6) Dapat membina dan memperkaya
emosional
v Kekurangan Round Club Atau Keliling Kelompok
1) Banyak waktu yang terbuang dalam
pembelajaran keliling kelompok
2) Suasana kelas menjadi rebut
3) Tidak dapat diterapkan pada mata
pelajaran yang memerlukan pengayaan
v Langkah-langkah pembelajaran
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
atau kompotensi dasar
2) Guru membagi siswa menjadi kelompok
3) Guru memberikan tugas atau lembar
kerja
4) Salah satu siswa dalam masing-masing
kelompok menilai dengan memberikan pandangan dan pemikiran mengenai tugas yang
sedang mereka kerjakan
5) Siswa berikutnya juga ikut memberikan
kontribusinya
6) Demikian seterusnya giliran bicara
bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jamk atau dari kiri ke kanan
v unsur-unsur yang perlu diperhatikan
1) Setiap kelompok mendapat kesempatan
untuk memberikan kontribusi mereka
2) Ketika suatu kelompok
mempresentasikan hasil dari deskripsinya, maka kelompok lain lebih bertanya
dari hasil deskripsi materinya
3) Setelah selesai dari kelompok yang
satu maka yang lainnya atau kelompok selanjutnya yang mempresentasikan dan yang
alinnya bisa mengajukan pandangan dan pemikiran anggota lainnya
4) Kegiatan tersebut terus-menerus
sampai kelompok yang terakhir yang silaksanakan arah perputaran jarum jam
Contoh RPP model pembelajaran ini :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP)
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA )
Tema
: Perubahan Sifat Benda
Kelas/Semester
: V/II
Alokasi Waktu
: 2 X 35 Menit
A. Standar Kompetensi
Mengenal berbagai macam perubahan
sifat-sifat benda
B. Kompotensi Dasar
Mengetahui perubahan sifat ada yang dapat
kembali dan ada yang tidak dapat kembali ke wujud semula.
C. Indikator
1. Menjelaskan perubahan sifat
benda dan factor-faktor yang mempengaruhinya
2. Mengetahui sifat-sifat benda
3. Menjelaskan macam –macam
perubahan sifat benda
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengetahui
perubahan sifat benda dan factor-faktor yang
mempengaruhinya
- Siswa dapat mengetahui sifat-sifat benda
- Siswa dapat mengetahui macam-macam
perubahan sifat benda.
E. Materi Pokok
Perubahan sifat-sifat benda
F. Metode Pembelajaran
- Ceramah
- Tanya jawab
- Demosntrasi
- Tugas kelompok
- Evaluasi
G. Sumber dan Media Pembelajaran
a. Sumber
1.Buku IPA saling Temas, kelas 5, Penerbit Intan Pariwara
2.Buku Sains IPA, kelas 5, Penerbit Erlangga
b. Media Pembelajaran
Bahan-bahan buat percobaan seperti :
1. Tanah
liat
6. Buah
2. Batu
bara
7. Paku
3. Kertas
8. Air
4. Korek
api
9. Gula
5. Lilin
H. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan awal ( ± 5 menit )
a. Guru memberi salam, berdo’a,
menanyakan kabar siswa dan mengabsen siswa.
b. Guru dan siswa menyiapkan materi
atau bahan pelajaran
c. Guru memberitahukan
indicator dan tujuan yang akan di capai setelah pembelajaran
d. Guru melakukan apersepsi dengan
cara tanya jawab
2. Kegiatan Inti (± 60 menit )
a. Guru menjelaskan materi
pelajaran
b. Guru memberikan contoh bagaimana
perubahan sifat benda tersebut
c. Guru menjelaskan sifat-sifat
benda seperti bentuk, warna, kelenturan, kekerasan dan bau
d. Guru menjelaskan factor-faktor
yang mempengaruhi perubahan sifat benda
e. Guru mendemostrasikan
bagaimana penyebab perubahan sifat benda itu dapat terjadi
f. Guru menjelaskan dan
mendemostrasikan macam-macam perubahan sifat benda
g. Guru mengajukan beberapa
pertanyaan kepada siswa secara lisan
h. Guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok
i. Siswa disuruh untuk
mengisi table-tabel yang ada di buku paket hal.71 dan 74 dan menyalinnya di
buku tugas.
j. Siswa disuruh
memberikan pandangan dan pemikiran mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan
k. Siswa dalam kelompok lain juga
disuruh ikut memberikan kontribusinya dan dilaksanakan searah dengan perputaran
jarum jam atau dari kiri ke kanan.
- Kegiatan akhir (± 5 menit )
a. Guru memberikan motivasi dan
penguatan
b. Guru dan siswa bersama-sama
menyimpulkan tentang materi yang dipelajarinya.
c. Guru melakukan evaluasi
dengan memberikan soal-soal untuk PR
d. Guru menutup pelajaran
I. Penilaian
Penilaian dilakukan dengan tes dan tulisan
- Tes lisan : - ketepatan jawaban
- keseriusan dan konsentrasi dalam menyimak
Bentuk tes : Tanya jawab
- Tes tertulis : - tugas kelompok
- evaluasi
Bentuk istrumen : tes isian
J. Evaluasi
SOAL :
1. Proses perubahan dari cair ke padat disebut ?
a. memhuap
b. membeku
c. menyublim
d. mencair
e. mengembun
Model Pembelajaran Tari Bambu
Model
Pembelajaran Tari Bambu mempunyai tujuan agar siswa saling
berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam
waktu singkat secara teratur, strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan
pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar siswa.Meskipun namanya Tari
Bambu tetapi tidak menggunakan bambu. Siswa yang berjajarlah yang
diibaratkan sebagai bambu.
Langkah-Langkah
pembelajarannya sebagai berikut :
1.
Separuh kelas atau
seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar . Jika ada cukup
ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah siswa
berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan
pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.
2.
Separuh kelas lainnya
berjajar dan menghadap jajaran yang pertama
3.
Dua siswa yang berpasangan
dari kedua jajaran berbagi sinformasi.
4.
Kemudian satu atau dua
siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya di
jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masing-masing siswa
mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus
sesuai dengan kebutuhan..
Metode Pembelajaran Struktural Analitik Sintetik (SAS)
Metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS)
Metode ini diprogramkan
pemerintah RI mulai tahun 1974. Regu yang dipimpin oleh Dr. A.S. Broto pada
waktu itu telah menghasilkan Metode SAS. Menurut A.S. Broto khususnya
disediakan untuk belajar membaca dan menulis permulaan di kelas permulaan SD.
Lebih luas lagi Metode SAS dapat dipergunakan dalam berbagai bidang
pengajaran. Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah-langkah
berlandaskan operasional dengan urutan : Struktural menampilkan keseluruhan;
Analitik melakukan proses penguraian; Sintetik melakukan penggabungan kembali
kepada bentuk Struktural semula. Landasan linguistiknya bahwa itu ucapan bukan
tulisan, unsur bahasa dalam metode ini ialah kalimat; bahwa bahasa Indonesia
mempunyai struktur tersendiri. Landasan pedagogiknya; (1) mengembangkan potensi
dan pengalaman anak, (2) membimbing anak menemukan jawab suatu masalah.
Landasan psikologisnya : bahwa pengamatan pertama bersifat global (totalitas)
dan bahwa anak usia sekolah memiliki sifat melit (ingin tahu).
Prosedur penggunaan Metode SAS
1. Mula membaca permulaan dijadikan dua bagian
Bagian pertama Membaca permulaan tanpa buku
Bagian pertama Membaca permulaan buku
2. Merekam bahasa anak melalui
pertanyaan-pertanyaan dari pengajar sebagai kontak permulaan.
3. Menampilkan gambar sambil bercerita. Setiap
kali gambar diperlihatkan, muncullah kalimat anak-anak yang sesuai dengan
gambar.
4. Membaca kalimat secara structural
5. Membaca permulaan dengan buku
6. Membaca lanjutan
7. Membaca dalam hati
Segi baiknya
a. Metode ini dapat sebagai landasan berpikir
analisis.
b. Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian
rupa membuat anak mudah mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca pada
kesempatan berikutnya
c. Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan
menolong anak. menguasai bacaan dengan lancar.
Segi lemahnya
1) Metode SAS mempunyai kesan bahwa pengajar harus
kreatif dan terampil serta sabar
Tuntutan semacam ini dipandang sangat sukar untuk
kondisi pengajar saat ini.
2) Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk
pelaksanaan metode ini untuk sekolah sekolah tertentu dirasa sukar.
3) Metode SAS hanya untuk konsumen pembelajar di
perkotaan dan tidak di pedesaan
4) Oleh karena agak sukar menganjarkan para
pengajar metode SAS maka di sana-sini Metode ini tidak dilaksanakan.
Teknik pelaksanaan Metode SAS ialah keterampian
memilih kata kartu kata dan kartu kalimat. Sementara anak-anak mencari huruf,
suku kata, kata., pengajar dengan sebagian anak yang lain. Menempel-empelkan
kata kata yang tersusun menjadi kalimat yang berarti. Begitu seterusnya
sehingga semua anak mendapat giliran untuk menyusun kalimat, membacanya dan
yang paling mengutpnya sebagai ketreampilan menulis. Media lain selain papan
tulis, papan panel, papn tali, OHP (Over Head Projector) dapat juga digunakan.
Metode Struktural Analitik Sintetik
Menurut Supriyadi (1996) pengertian metode SAS
adalah suatu pendekatan cerita yang disertai dengan gambar, yang didalamnya
terkandung unsur struktur analitik sintetik. Metode SAS menurut Djauzak (1996)
adalah suatu metode pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas
pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar menulis dengan menampilkan cerita
yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa.
Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni
keterampilan menulis huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat.
Proses operasional metode SAS mempunyai langkah-angkah dengan urutan sebagai
berikut :
(1) Struktur yaitu
menampilkan keseluruhan,
(2) Analitik
yaitu melakukan proses penguraian,
(3) Sintetik yaitu
melakukan penggabungan pada struktur semula. Demikian langkah-langkah yang
dapat dilakukan dalam pembelajaran menulis permulaan dengan metode SAS,
sehingga hasil belajar itu benar-benar menghasilkan Struktur Analitik Statis.
(Subana : 176).
Kegiatan pembelajaran menulis permulaan dengan
metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS) dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Guru bercerita atau berdialog dengan siswa.
2. Memperlihatkan gambar yang berhubungan dengan
isi cerita.
3. Menulis beberapa kalimat sebagai kesimpulan
dari isi cerita.
4. Menulis satu kalimat yang diambil dari isi
cerita.
5. Menulis kata-kata sebagai uraian dari kalimat.
6. Menulis suku-suku kata sebagai uraian dari
kata-kata.
7. Menuliskan huruf –huruf sebagai uraian dari
suku-suku kata.
8. Mensintesiskan huruf-huruf menjadi suku-suku
kata.
9. Menyatukan kata-kata menjadi kalimat.
Agar siswa memiliki kemampuan menulis, maka setiap
langkah tersebut
dilakukan oleh siswa dengan cara menyalin tulisan
yang ditulis guru dalam setiap
langkah pembelajaran.
Demikian langkah-langkah yang dilakukan dalam
menulis permulaan
dengan metode SAS sehingga hasil belajar ini
benar-benar menghasilkan struktur
analitik sintetik.
Bagaimana menunjukkan bahwa untuk menentukan jenis
tulisan yang
harus diajarkan pada saat siswa belajar menulis
permulaan bukan pekerjaan yang
sederhana. Guru harus dapat menentukan jenis
tulisan yang akan diajarkan.
Menurut Hagin (Lovitt, 1989 : 227), ada lima alasan perlunya
diajar
menulis huruf cetak lebih dulu pada awal belajar
menulis :
1. Huruf cetak lebih mudah dipelajari karena bentuknya
sederhana.
2. Buku-buku menggunakan huruf cetak sehingga
anak-anak tidak perlu
mengakomodasikan dua bentuk tulisan.
3. Tulisan dengan huruf cetak lebih mudah dibaca
daripada tulisan dengan huruf
sambung.
4. Kata-kata yang ditulis dengan huruf cetak lebih
mudah dieja karena huruf-huruf
tersebut berdiri sendiri-sendiri.
Dengan memperhatikan berbagai alasan tersebut di
atas maka alangkah
baiknya pada awal belajar menulis ini siswa diajar
menulis dengan menggunakan
huruf cetak lebih dulu
1. Pengertian Warga Negara
Warga Negara diartikan dengan orang-orang sebagai
bagian darisuatu penduduk yang menjadi unsur negara.
AS. Hikam mendefinisikan bahwa warga negara
merupakan terjemahan dari citizen adalah anggota dari sebuah komunitas
yang membentuk negara itu sendiri.
Sementara itu, status warga negara Indonesia telah dibicarakan dalam UU RI Pasal 4
no.12 tahun 2006, yang menjadi warga negara Indonesia
adalah:
1. Setiap orang yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan/atau bersdasarkan perjanjian pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum UU ini
berlaku sudah menjadi warga negara Indonesia.
2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari
seorang ayah dan ibu warga negara indonesia.
3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari
seorang ayah warga negara Indonesia
dan ibu warga negara asing.
4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari
ayah seorang warga negara asing dan ibu warga negara Indonesia.
5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari
seorang ibu warga negara Indonesia,
tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya
tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tsb.
6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari
setelah ayangya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya warga
negara Indonesia.
7. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari
seorang ibu warga negara Indonesia.
8. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari
seorang ibu warga negara asing yang di akui oleh seorang ayah warga negara Indonesia
sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tsb berusia 18 tahun
atau belum kawin.
9. Anak yang lahir di wilayah republik Indonesia yang
pada waktu lahir tidak jelas kewarganegaraan ayah ibunya.
10. Anak yang baru lahir ditemukan di wilayah Indonesia selam
ayah dan ibunya tidak di ketahui.
11. Anak yang di wilayah Indonesia
apabila ayah dan ibunya tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak di ketahui
keberadaanya.
12. Anak yang dilahirkan diluar wilayah Indonesia dari seorang ayah da ibu warga negara Indonesia yang
karena ketentuan dari negara tempat anak tsb dilahirkan memberikan
kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
13. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah di
kabulkan permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal
dunia sebelum mengucapkan sumpah atau janji setia.
2.Asas Kewarganegaraan
Pada umumnya, asas dalam menentukan
kewarganegaraan dibedakan antara asas ius sanguinis dan asas ius soli.
a. Ius soli
Asas ius soli adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang menurut daerah atau negara tempat dimana ia
dilahirkan.
Contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara A,
maka ia akan menjadi warga negara A, walaupun orangtuanya warga negara B. Asas
ini di anut oleh negara Inggris, Mesir Amerika Serikat dan lain-lain.
b. Ius sanguinis
Asas ius sanguinis adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang menurut pertalian darah atau keturunan dari orang
tsb.
Contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara A,
tetapi orangtuanya warga negara B, maka orang tsb tetap menjadi warga negara
B.(asas ini dianut leh RRC)
3.Pengertian Pewarganegaraan (Naturalisasi)
Pewarganegaraan atau naturalusasi adalah
pemerolehan kewarganegaraan bagi negara asing setelah memenuhi syarat
sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Didalam UU RI No.12
tahun 2006, permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Telah berusia 18 tahun atau sudah kawin.
2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah
bertampat tinggal di wilayah negara Indonesia paling singkat 5 tahun
berturut-turut atau paling singkat 10 tahun tidak berturut-turut.
3. Sehat jasmani dan rohani.
4. Dapat berbahasa Indonesia
serta mengakui dasar negara Pancasila dan UUD negara Republik Indonesia tahun
1945.
5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan
tindak pidana yang diancam dengan pidana 1 tahun atau lebih.
6. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan Republik
Indonesia,
tidak menjadii berkewarganegaraan ganda.
7. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan
tetap.
8. Membayar uang pewarganegaraan ke kas negara.
Didalam natuarlisasi istimewa dapat diberikan bagi
mereka (warga asing) yang telah berjasa kepada negara RI. kemudian mereka
mengucapkan sumpah atau janji setia (tidak perlu memenuhi syarat sebagai mana
dalam naturalisasi biasa). Cara ini diberikan oleh presiden dengan persetujuan DPR RI.
4.Problematika status kewarganegaraan
Apatride merupakan istilah untuk orang-orang yang
tidak mempunyai status kewarganegaraan. Sedangkan Bipatride merupakan istilah
yang digunaklan untuk orang-orang yang mempunyai status kewarganegaraan rangkap
atau dengan istilah lain dikenal dengan dwikewarganegaraan. Sementara yang
dimaksud dengan multipatride adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan
status kewrganegaraan seseorang yang memiliki 2 atau lebih status
kewarganegaraan.
Kondisi seseorang dengan status
dwikewarganegaraan, sering terjadi pada penduduk yang tinggal di daerah
perbatasan diantara 2 negara.
Dalam menentukan status kewarganegaraan,
pemerintah lazim menggunakan stelsel aktif dan stelsel pasif.
Berkaitan dengan kedua stelsel tersebut, sesorang
warga negara dalam suatu warga negara pada dasarnya mempunyai hak opsi dan hak
repudiasi.
1. Hak opsi, adalah hak untuk memilih sesuatu
kewarganegaraan (dalam stelsel aktif)
2. Hak repudiasi, adalah hak untuk menolak sesuatu
kewarganegaraan (dalam stelsel pasif)
3. Cara Mendapatkan dan Kehilangan Kewarganegaraan
Indonesia
Pada umumnya ada 2 kelompok warga negara dalam
suatu negara, yakni warga negara yang memperoleh status kewrganegaranya melalui
stelsel pasif dikenal juga warga negara by opertion of law dan warga negara
yang memperoleh status kewarganegaraannya melali stelsel aktif atau dikenal dengan
by registration.
1. Seseorang warga negara juga bisa kehingan
kewarganegaran Indonesia.
UU RI No.12 tahun 2006 pasal 23, menyatakan bahwa seseorang bisa kehiolngan
kewarganegaraan indonesia
apabila memenuhi hal-hal berikut :
2. Memperoleh kewarganegaran lain atas kemauannya
sendiri.
3. Tidak menolak atau tidak melepas kewarganegaran
lain, sedangkan orang yang bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu.
4. Dinyatakan hilang kewarganegaraanya oleh
Presiden atas permohonannya sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 tahun
atau sudah kawin, bertempat tinggal diluar negeri, dan dengan dinyatakan hilang
kewarganegaraan RI tidak menjadi tanpa kewarganegaraanya.
5. Bertempat tinggal diluar wilayah negara
Indonesia selama 5 tahun terus menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa
alasan yang sah dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap
menjadi warga negara Indonesia sebelum jangka waktu 5 tahun itu berakhir, dan
setiap 5 tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin tetap
menjadi warga negara Indonesia kepada perwakilan Republik Indonesia di wilayah
kerjanya meliputi tempat tingal yang bersangkutan padahal perwakilan Republik
Indonesia tersebut telah memberitahukan kepada yang bersangkutan, sepajang yang
tidak menjadi tanpa kewarganegaraan.
Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan Indonesia dapat
memperoleh kembali kewrganegaraannya apabila memenuhi syarat-syarat seperti
yang tertera dalam pasal 31 dan 32. UU RI No.3 tahun 1976 tentang perubahan
pasal 18 UU No. 62 tahun 1958 yaitu :
1. Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan
karena 5 tahun berturut-turut tinggal diluar negeri tanpa keterangan, dapat
memperoleh kewarganegaraan RI kembali jika ia bertempat tinggal di Indonesia
berdasarkan kartu ijin masuk dan menyatakan ingin kembali menjadi warga negara
Indonesia
2. Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan
Rikarna sebab lain, dapat memperoleh kembali kewarganegaraan RI jika ia
mlaporkan diri dan menyatakan keterangan untuk kembali ke kewarganegaaan RI
kepada perwakilan RI dinegara tempat tinggalnya dalam jangka waktu 1 tahun
terhitung sejak tanggal diundangkannya UU No.3 tahun 1976 pada 5 April 1976.
5.Kedudukan Warga Negara di Indonesia
Dalam sistem kewarganegaraan di Indonesia,
Kedudukan warga negara pada dasarnya adalah sebagai pilar terwujudnya Negara.
Sebagai sebuah negara yang berdaulat dan merdeka Indonesia mempunyai kedudukan
yang sama dengan negara lain di dunia, pada dasarnya kedudukan warga negara
bagi negara Indonesia diwujudkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan
tentang kewarganegaraan, yaitu :
1. UUD 1945
Dalam konteks UUD 1945, Kedudukan warga negara dan
penduduk diatur dalam pasal 26 yaitu :
1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang
warga Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan UU
sebagai warga negara.
2. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan
orang asing yang tinggal di Indonesai.
3. Hal-hal mengenai warga negara penduduk di atur
dengan UU.
2. UU No. 3 tahun 1946
Undang-undang No.3 ialah tentang warga negara dan
penduduk negara adalah peraturan derivasi dibawah dibawah UU 1945 yang
digunakan untuk menegakan kedudukan Negara RI dengan warga negaranya dan
kedudukan penduduk negara RI.
3. UU No. 62 tahun 1958
UU No.62 tahun 1958 merupakan penyempurnaan dari
UU tentang kewarga negaraan yang terdahulu. UU No. 62 tahun 1958 tenang
kewarganegaraan RI merupakan produk hukum derivasi dari pasal 5 dan 144 UUD RI
1950 yang sampai saat ini masih berlaku dan tetap digunakan sebagai sumber
hakum yang mengatur masalah kewarganegaraan di Indonesai setelah kurang lebih
48 tahun berlaku, dan saat ini dinilai sudah tidak sesuai lagi. Pernasalahan
kewarganegaraan yang semakin kompleks ternyata tidak mampu ditampung oleh
undang-undang ini.
4. UU No.12 tahun 2006
RUU Kewarganegaraan yang baru ini memuat beberapa
subtansi dasar yang lebih revolusioner dan aspiratif, seperti :
1. Siapa yang mnjadi warga negara Indonesia
2. Syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan
Republik Indonesia
3. Kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia
4. Syarat dan tata cara memperoleh kembali
kewarganegaraan Republik Indonesia
5. Ketentuan pidana
6.Persamaan Kedudukan Warga Negara Indonesia
Warga negara adalah sama kedudukannya, hak dan
kewajibannya. Setiap individu mendapat perlakuan yang sama dari negara.
Ketentuan ini secara tegas termuat dalam konstitusi tertinggi kita, yaitu UUD
1945 Bab X sampai Bab XIV pasal 27 sampai pasal 34. berikut ini dijelaskan
secara lebih rinci terntang persamaan kedudukan warga negara, dalam berbagai bidang
kehidupan.
1. Persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintah
Pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa “segala warga
negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.” Pasal ini
juga memperlihatkan kepada kita adanya kepedulian adanya hak asasi dalam bidang
hukum dan politik.
2. Persamaan atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan (ekonomi)
Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa “tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.” Pasal ini memencarkan persamaan akan keadilan sosial dan
kerakyatan. Ini berarti hak asasi ekonomi warga negara dijamin dan diatur
pelaksanaanya.
3. Persamaan dalam hal kemerdekaan berserikat dan
berkumpul (politik)
Pasal 28 E ayat (3) menetapkan warga negara dan
setiap orang untuk berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Pasal ini
mencerminkan bahwa negara Indonesia
bersifat demokratis dan memberi kebebasan yang bertanggung jawab bagi setiap
warga negaranya untuk melaksanakan hak dan kewajibannya dalam bidang
politik.
4. Persamaan dalam HAM
Dalam Bab X A tentang hak asai manusia dijelaskan
secara tertulis bahwa negara memberikan dan mengakui persamaan setiap warga
negara dalam menjalankan HAM. Mekanisme pelaksanaan HAM secara jelas ditetapkan
melalui pasal 28 A sampai dengan pasal 28 J.
5. Persamaan dalam agama
Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa
“negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.”
Berdasar pasal ini tersurat jelas bahwa begara menjamin persamaan setiap
penduduk untuk memeluk agama sesuai dengan keinginannya. Agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan YME dijalankan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
6. Persamaan dalam upaya pembelaan negara
Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa
“setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.”
Lebih lanjut, pasal 30 UUD 1945 memuat ketentuan pertahanan dan keamanan
negara. Kedua pasal tersebut secara jelas dapat kita ketahui bahwa negara
memberikan kesempatan yang sama kepada setiap warga negara yang ingin membela Indonesia.
7. Pesamaan dalam bidang
pendidikan dan kebudayaan
Pasal 31 dan 32 UUD 1945 menyatakan bahwa setiap
warga negara mempunyai hak dan kedudukan yang sama dalam masalah pendidikan dan
kebudayaan. Kedua pasal ini menunjukan bahwa begitu konsen dan peduli terhadap
pendidikan dan kebudayaan warga negara Indonesia. Setiap warga negara
mendapat porsi yang sama dalam kedua masalah ini.
8. Persamaan dalam perekonomian dan kesejahteraan
sosial
Persamaan kedudukan warga negara dalam
perekonomian dan kesejahteraan diatur dalam Bab XIV pasal 33 dan 34. pasal 33
mengatur masalah perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas asas
kekeluargaan dengan prinsip demokrasi ekonomi untuk kemakmuran rakyat secara
keseluruhan. Selanjutnya pasal 34 memuat ketentuan tentang kesejahteraan sosial
dan jaminan sosial diman fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
negara (pasal 1) dan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak (pasal 3).
7Menghargai Persamaan Kedudukan Warga Negara di
Indonesia
Dalam NKRI, semua warga negar mempunyai kedudukan
yang sama dalam bidang
ekonomi, politik, hukum, sosial, budaya, agama dan pertahanan keamanan.
Berikut ini dijelaskan lebih lanjut wujud
persamaan kedudukan warga negara di indonesia dalam berbagai bidang
kehidupan.
1. Bidang
ekonomi
Setiap individu memiliki kesamaan untuk melakukan
usaha ekonomi seperti berdagang, bertani, berkebun, menjual jasa, dsb. Untuk
memenuhi dan meningkatkan taraf hidupnya.
2. Bidang
budaya
Setiap warga negara mempunyai kesamaan hak dalam
mengembangkan seni, misalnya berkreasi dalam seni tari, seni lukisseni musik
seni pahat seni bangunan dsb.
3. Bidang
politik
Setiap orang memiliki hak politik yang sama, yakni
individu berhak memilih, menjadi anggota salah satu partai, atau mendirikan
partai politik.
4. Bidang
hukum setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama, yakni berhak untuk
mengadakan pembelaan, penuntutan, berperkara di depan pengadilan, dsb.
5. Bidang
agama setiap warga negara di berikan kedudukan yang sama dalam memeluk agama,
menjalankan ibadah dan ritual keagamaannya, berpindah agama ataupun belajar
tentang agama tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
Sebagai warga negara yang baik serta guna
terwujudnya persamaan harkat dan martabat warga negara sebagai manusia, secara
bersama-sama kita wajib saling menghargai , menghormati prinsip persamaan
kedudukan sesama warga negara.
PEMBELAJARAN OTENTIK (OUTENTIC LEARNING)
PEMBELAJARAN OTENTIK
(OUTENTIC LEARNING)
1. Pengertian
Menurut definisi, "belajar otentik"
berarti pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata dan proyek-proyek dan
yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi dan membahas masalah-masalah ini
dengan cara yang relevan untuk mereka.
Pendekatan ini sangat berbeda dari kelas
tradisional "kuliah", di mana profesor memberikan fakta-fakta
mahasiswa dan konten lain yang siswa kemudian harus menghafalkan dan ulangi pada
tes. misalnya, siswa tidak hanya harus terhubung sejarah pasca-Perang Sipil
untuk peristiwa terkini dan kehidupan mereka sendiri, mereka juga harus
membantu mengajar kelas dan didorong untuk memberikan pandangan mereka sendiri
pada peristiwa sejarah. Akibatnya, mereka menjadi sejarawan.
Otentik belajar juga merupakan pendekatan untuk
pembelajaran yang kokoh didasarkan pada penelitian tentang belajar dan kognisi.
Satu secara luas teori belajar diadakan, konstruktivisme, mendalilkan bahwa
siswa belajar terbaik dengan terlibat dalam tugas-tugas belajar otentik, dengan
mengajukan pertanyaan, dan dengan menggambar pada pengalaman masa lalu.
Singkatnya, untuk belajar terjadi bagi siswa, itu harus dilakukan dengan cara
dan di tempat yang relevan dengan "nyata" kehidupan mereka, baik di
dalam maupun di luar kelas.
Pembelajaran otentik (authentic learning) adalah
sebuah pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa menggali, mendiskusikan,
dan membangun secara bermakna konsep-konsep dan hubungan-hubungan, yang melibatkan
masalah nyata dan proyek yang relevan dengan siswa (Donovan, Bransford &
Pallegrino, 1999). Istilah ‘otentik’ berarti asli, sejati, dan nyata (Webster’s
Revised Unabridged Dictionary, 1998). Pembelajaran ini dapat digunakan untuk
siswa pada semua tingkatan kelas, maupun siswa dengan berbagai macam tingkat
kemampuan.
belajar otentik merupakan pendekatan pedagogis
yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi, berdiskusi, dan penuh arti
membentuk konsep dan hubungan dalam konteks yang melibatkan dunia nyata masalah
dan proyek-proyek yang relevan dengan peserta didik (Donovan, Bransford, &
Pellegrino, 1999). Istilah yang otentik didefinisikan sebagai asli, benar, dan
nyata (Webster's Revisi lengkap Dictionary , 1998). Kamus, 1998Jika belajar adalah
otentik, maka siswa harus terlibat dalam masalah belajar asli yang mendorong
kesempatan bagi mereka untuk membuat koneksi langsung antara material baru yang
sedang dipelajari dan pengetahuan mereka sebelumnya. Jenis pengalaman akan
meningkatkan motivasi siswa. Bahkan, sebuah "tidak adanya keterlibatan
yang berarti keturunan rendah di sekolah dan menghambat [belajar]
transfer" (Newmann, Secada, & Wehlage, 1995). Siswa harus mampu
menyadari bahwa prestasi mereka peregangan luar dinding kelas. Mereka membawa
ke pengalaman kelas, pengetahuan, keyakinan, dan keingintahuan dan belajar
otentik menyediakan sarana untuk menjembatani elemen-elemen dengan kelas
belajar. Siswa tidak lagi hanya mempelajari fakta-fakta hafalan dalam situasi
abstrak atau buatan, tetapi mereka pengalaman dan informasi digunakan dalam
cara-cara yang didasarkan pada realitas. Kekuatan sebenarnya dari pembelajaran
otentik adalah kemampuan untuk secara aktif melibatkan siswa dan menyentuh
motivasi intrinsik mereka (Mehlinger, 1995).
instruksi Otentik akan mengambil bentuk yang jauh
berbeda daripada metode tradisional pengajaran. Literatur menunjukkan bahwa
pembelajaran otentik memiliki beberapa karakteristik kunci.
• Belajar adalah berpusat pada tugas-tugas otentik
yang menarik bagi peserta didik.
• Siswa terlibat dalam eksplorasi dan
penyelidikan.
• Belajar, paling sering, adalah interdisipliner.
• Belajar sangat erat hubungannya dengan dunia di
luar dinding kelas.
• Siswa menjadi terlibat dalam tugas-tugas
kompleks dan-order kemampuan berpikir lebih tinggi, seperti menganalisis,
sintesis, merancang, memanipulasi dan mengevaluasi informasi.
• Siswa menghasilkan produk yang bisa dibagi
dengan pemirsa di luar kelas.
• Belajar adalah siswa didorong dengan guru, orang
tua, dan para ahli di luar semua membantu / pembinaan dalam proses
pembelajaran.
• Pembelajar menggunakan perancah teknik.
• Siswa memiliki peluang untuk wacana sosial.
(Donovan et al;., 1999 Newman & Associates,
1996; Newmann et al;., 1995 Nolan & Francis, 1992).
2. Prinsip Pembelajaran Otentik
pengalaman belajar otentik menganut prinsip yaitu:
• Ruang kelas ber-berpusat. Pada berpusat-kelas
pelajar, fakultas memperhatikan apa yang siswa membawa mereka ke dalam kelas,
masing-masing pengetahuan, keterampilan, sikap, dan keyakinan. Siswa didorong
untuk mengajukan pertanyaan, terlibat dalam wacana sosial, dan menemukan
jawaban mereka sendiri Dalam pengaturan ini, peran profesor bergerak lebih dari
seorang "konstruktor-co" pengetahuan dari pemberi konten.. Marc
Richards pernyataan bahwa "Pada akhirnya, kita semua akan sejarawan
profesional, pelajar, dan guru bersama-sama" menggambarkan bagaimana ia
struktur kelas untuk menjadi pembelajar berpusat. Juni Dodd juga menegaskan
bahwa peserta didik dia mengambil tengah panggung di kedua membangun dan
program pengajaran dan mereka sendiri "mini" kursus.
• Mahasiswa adalah pembelajar aktif. Sama seperti
peran perubahan profesor, peran mahasiswa harus berubah sehingga mereka
melakukan lebih dari pasif duduk dan mendengarkan ceramah profesor mereka.
Mereka harus menjadi peserta aktif dalam proses pembelajaran, dengan menulis,
membahas, menganalisis dan mengevaluasi informasi. Singkatnya, siswa harus
mengambil tanggung jawab lebih untuk pembelajaran mereka sendiri, dan
menunjukkan kepada profesor mereka dengan cara lain dari pada ujian. mahasiswa
Marc Geisler, misalnya, menunjukkan pemahaman mereka tentang Shakespeare dengan
melakukan interpretasi kelompok mereka sendiri dan kinerja Pekerjaan Bard's.
Tag Stan juga berpendapat bahwa "siswa harus ditantang untuk membuat seni,
untuk membuat, untuk melakukan, dan untuk berpartisipasi dalam humaniora
melalui karya mereka sendiri, bukan hanya dengan mempelajari apa yang orang
lain lakukan."
• Ini menggunakan tugas yang otentik. Ini mungkin
tampak jelas, tetapi pengalaman belajar otentik harus menggabungkan tugas-tugas
otentik. Ini adalah tugas, yang, sebisa mungkin, memiliki "dunia
nyata" yang berkualitas untuk mereka dan siswa menemukan orang yang
relevan dengan kehidupan mereka. siswa Juni Dodd mengambil peran instruktur
dalam Pengantar ke kelas Pendidikan Jarak Jauh, bergiliran isi kursus mengajar
satu sama online lainnya, dan membuat program mereka sendiri secara online
berdasarkan proses desain instruksional. Profesor Dodd bekerja dengan
masing-masing siswa untuk menyesuaikan proyek ini berdasarkan kerja masa lalu
mereka dan pengalaman pendidikan serta potensi untuk pengiriman aktual
instruksi dalam kehidupan profesional mereka.
3. Ciri Pembelajaran Otentik
Pembelajaran otentik sangat berbeda dengan
metode-metode pembelajaran yang tradisional. Ciri-ciri pembelajaran otentik:
• Belajar berpusat pada tugas-tugas otentik yang
menggugah rasa ingin tahu siswa. Tugas otentik berupa pemecahan masalah nyata
yang relevan dengan kehidupan siswa;
• Siswa terlibat dalam kegiatan menggali dan
menyelidiki;
• Belajar bersifat interdisipliner;
• Belajar terkait erat dengan dunia di luar
dinding ruang kelas;
• Siswa mengerjakan tugas rumit yang melibatkan
kecakapan berpikir tingkat tinggi, seperti menganalisis, mensintesis, merancang,
mengolah dan mengevaluasi informasi;
• Siswa menghasilkan produk yang dapat dibagikan
kepada audiens di luar kelas;
• Belajar bersifat aktif dan digerakkan oleh siswa
sendiri, sedangkan guru, orangtua, dan narasumber bersifat membantu atau
mengarahkan;
• Guru menerapkan pemberian topangan
(scaffolding), yaitu memberikan bantuan seperlunya saja dan membiarkan siswa
bekerja secara bebas manakala mereka sanggup melakukannya sendiri;
• Siswa berkesempatan untuk terlibat dalam wacana
dalam masyarakat;
• Siswa bekerja dengan banyak sumber;
• Siswa seringkali bekerja bersama dan mempunyai
kesempatan luas untuk berdiskusi dalam rangka memecahkan masalah.
4. Kesimpulan
belajar otentik merupakan pendekatan pedagogis
yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi, berdiskusi, dan penuh arti
membentuk konsep dan hubungan dalam konteks yang melibatkan dunia nyata masalah
dan proyek-proyek yang relevan dengan peserta didik. Istilah yang otentik
didefinisikan sebagai asli, benar, dan nyata (Webster's Revisi lengkap Dictionary
, 1998). Jika belajar adalah otentik, maka siswa harus terlibat dalam masalah
belajar asli yang mendorong kesempatan bagi mereka untuk membuat koneksi
langsung antara material baru yang sedang dipelajari dan pengetahuan mereka
sebelumnya. Jenis pengalaman akan meningkatkan motivasi siswa. Bahkan, sebuah
"tidak adanya keterlibatan yang berarti keturunan rendah di sekolah dan
menghambat [belajar] transfer" (Newmann, Secada, & Wehlage, 1995).
Siswa harus mampu menyadari bahwa prestasi mereka peregangan luar dinding
kelas. Mereka membawa ke pengalaman kelas, pengetahuan, keyakinan, dan
keingintahuan dan belajar otentik menyediakan sarana untuk menjembatani
elemen-elemen dengan kelas belajar. Siswa tidak lagi hanya mempelajari
fakta-fakta hafalan dalam situasi abstrak atau buatan, tetapi mereka pengalaman
dan informasi digunakan dalam cara-cara yang didasarkan pada realitas. Kekuatan
sebenarnya dari pembelajaran otentik adalah kemampuan untuk secara aktif
melibatkan siswa dan menyentuh motivasi intrinsik mereka (Mehlinger, 1995).
instruksi Otentik akan mengambil bentuk yang jauh
berbeda daripada metode tradisional pengajaran.
5. Kelebihan dan Kekurangan
a. Kelebihan
- Siswa tidak merasa jenuh terhadap pembelajaran
karena pembelaaran dapat terjadi dimana saja.
- Siswa mempunyai keterampilan yang lebih dalam
menganalisis wacana social
- Siswa mempunyai pengalaman belajar yang mumpuni
dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
- Pembelajaran berpusat pada siswa, sehingga
memungkinkan siswa memahami materi secara utuh
b. Kekurangan
- Pembelajaran Otentik cenderung hanya dapat
dilakukan pada siswa yang memiliki taraf intelegensi diatas rata-rata sehingga
pembelajaran berjalan secara aktif
- Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan
pembelajaran otentik, karena materi yang sesuai dengan pembelajaran otentik
bersifat studi social
- Memerlukan waktu, biaya, dan tenaga ektra dari
siswa untuk melaksanakannya.
Model
Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe NHT
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa
dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi
pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah
untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam
proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian
besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi
pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah
satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam
Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup
dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak
dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya
yang mempunyai berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan social
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial
siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi
tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau
pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.Penerapan pembelajaran
kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan
tiga langkah yaitu :
a) Pembentukan kelompok;
b) Diskusi masalah;
c) Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan
oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan
pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS)
yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada
setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang
dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras,
suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan
kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan
masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket
atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus
memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan
LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada
setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap
siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang
mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan
yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat
spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian
jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para
siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari
semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif
tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh
Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
1. Memperbaiki kehadiran
2. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih
besar
3. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
4. Konflik antara pribadi berkurang
5. Pemahaman yang lebih mendalam
6. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan
toleransi
7. Hasil belajar lebih tinggi
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran
Numbered Heads Together adalah sebagai berikut :
Kelebihan:
- Setiap siswa menjadi siap semua
- Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
- Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang
kurang pandai.
Kelemahan:
- Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang
banyak karena membutuhkan waktu yang lama..
- Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
KESIMPULAN
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model
ini mengajarkan kepada siswa untuk lebih siap dalam menguasai materi serta
belajar menerima keanekaragaman dengan kelompok lain, karna dalam model ini
siswa dituntut untuk berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang
cocok untuk setiap pokok bahasan, karena setia model atau metode mengajar
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan oleh karenanya guru dituntut
untuk pandai memilih model pembelajaran yang sesuai.
Model
Pembelajaran Inquiry
Pembelajaran berdasarkan inquiry merupakan seni
penciptaan situasi-situasi sedemikian rupa sehingga siswa mengambil peran
sebagai ilmuwan. Dalam situasi-situasi ini siswa berinisiatif untuk
mengamati dan menanyakan gejala alam, mengajukan penjelasan-penjelasan tentang
apa yang mereka lihat, merancang dan melakukan pengujian untuk menunjang atau
menentang teori-teori mereka, menganalisis data, menarik kesimpulan dari data
eksperimen, merancang dan membangun model, atau setiap kontribusi dari kegiatan
tersebut di atas.
Sund, seperti yang dikutip oleh Suryosubroto dalam
Trianto (2009) menyatakan bahwa, Inquiry merupakan perluasan proses discovery,
yang digunakan lebih mendalam, inkuiry yang dalam bahasa InggrisInquiry berarti
pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum
yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi.
Gulo, (2005) menyatakan bahwa, strategi inkuiri berarti
suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan
penuh percaya diri.
Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah :
1. Keterlibatan
siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar
2. Keterarahan
kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar
3. Mengembangkan
sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Kondisi Umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan
inkuiri bagi siswa adalah :
1. Aspek
sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi.
2. Inkuiri
berfokus pada hipotesis
3. Penggunaan
fakta sebagai evidensi (informasi, fakta )
Untuk menciptakan kondisi seperti itu, peranan guru
adalah sebagai berikut:
1. Motivator,
memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berfikir.
2. Fasilitator,
menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan
3. Penanya
, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat
4. Administrator,
bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan kelas
5. Pengarah,
memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan
6. Manajer,
mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas
7. Rewarder,
memberikan penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.
Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa
secara langsung ke dalam proses ilmiah kedalam waktu yang relative singkat,
Hasil penelitian Schlenker dalam joice dan weil (1992) menunjukkan bahwa
latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berfikir
kreatif dan siswa menjadi trampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi.
Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Inquiry
Strategi pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah
yang dipertanyakan (Sanjaya, 2009). Proses berpikir itu sendiri biasanya
dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Menurut Sanjaya (2009) bahwa strategi pembelajaran
inquiry, memiliki beberapa ciri utama, yaitu:
1.
Strategi Inquiry
menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan,
artinya strategi inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses
pembelajaran siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui
penjelasan guru secara verbal, akan tetapi mereka berperan untuk menemukan
sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
2.
Seluruh aktivitas yang
dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri yang
sifatnya sudah pasti dari sesuatu yang sudah dipertanyakan, sehingga diharapkan
dapat menumbuhkan sifat percaya diri. Dalam strategi pembelajaran inquiry, guru
bukan sebagai sumber belajar tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar
siswa.
3.
Tujuan dari penggunaan
strategi pembelajaran inquiry adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara
sistematis, logis dan kritis.
Strategi Pembelajaran Inkuri efektif apabila :
1. Guru
mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang
ingin dipecahkan.
2. Jika
bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang
sudah jadi,akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
3. Jika
proses pembelajaran berangkat dari ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
4. Jika
akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemamuan dan
kemampuan berpikir.
5. Jika
siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
6. Jika
guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada
siswa.
Prinsip–prinsip Penggunaan Inquiri
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam
penggunaan inquiri menurut Sanjaya (2009).
1. Berorientasi
pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari strategi inquiri adalah pengembangan
kemampuan berfikir. Dengan demikian , strategi pembelajaran ini selain
berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena
itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunkan strategi
inquiri bukan ditentukan sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran,
akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan.
2. Prinsip
Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi,
baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara
siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti
menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur
lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
3. Prinsip
Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunkaan model
inquiri adalah guru sebagai penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab
setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berfikir.
4. Prinsip
Belajar untuk Berfikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan
tetapi belajar adalah proses berfikir (learning how to think) yakni
proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan.
Pembelajaran berfikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
5. Prinsip
Keterbukaan
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang
menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan
kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan
kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran
hipotesis yang diajukan.
Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri
Gulo (2005) menyatakan bahwa, inkuiri tidak hanya
mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk
pengembangan emosional dan keterampilan.
Secara umum proses pembelajaran SPI dapat mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina
suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap
orientasi ini adalah:
a. Menjelaskan
topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa
b. Menjelaskan
pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah,
mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan
kesimpulan
c. Menjelaskan
pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka
memberikan motivasi belajar siswa.
2. Merumuskan
masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada
suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah
persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam
rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban
yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam
pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan
memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental
melalui proses berpikir.
3. Merumuskan
hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu
permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan
kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan
berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban
sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari
suatu permasalahan yang dikaji.
4. Mengumpulkan
data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi
yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran
inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan
motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan
kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
5. Menguji
hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan
berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya
berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan
dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan
kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai
kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana
yang relevan.
Langkah – langkah menerapkan model pembelajaran inquiry
didalam kelas :
1. Membentuk
kelompok-kelompok inkuiri. Masing-masing kelompok dibentuk berdasarkan rentang
intelektal dan keterampilan-keterampilan social
2. Memperkenalkan
topik-topik inkuiri kepada semua kelompok. Tiap kelompok diharapkan memahami
dan berminat mempelajarinya.
3. Membentuk
posisi tentang kebijakan yang bertalian dengan topik, yakni pernyataan apa yang
harus dikerjakan. Mungkin terdapat satu atau lebih solusi yang diusulkan
terhadap masalah pokok.
4. Merumuskan
semua istilah yang terkandung di dalam proposisi kebijakan.
5. Menyelidiki
validitas logis dan konsisten internal pada proposisi dan unsur-unsur
penunjangnya.
6. Mengumpulkan
evidensi (bukti) untuk menunjang unsur-unsur proposes
7. Menganalisis
solusi solusi yang diusulkan dan mencari posisi kelompok
8. Menilai proses
kelompok.
Kemudian pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis
berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan
yang diberikan oleh guru kepada siswanya.
Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah:
1. Inkuiri
Terbimbing (guided inquiry approach)
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri
dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal
dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan
permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini
digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan
inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan
dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran.
Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk
diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu
menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung
akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru
banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan
tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara
mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan
diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep
pelajaran matematika. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui
lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru
harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan
memberikan petunjuk-petunjuk dan scafoldingyang diperlukan oleh
siswa.
2. Inkuiri Bebas (free
inquiry approach).
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang
telah berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan
inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang
ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki,
menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau
langkah-langkah yang diperlukan.
Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit
diberikan atau bahkan tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar
dengan metode ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan
masalah open ended dan mempunyai alternatif pemecahan masalah
lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi
jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi
yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang
diselidiki.
Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa
kelemahan, antara lain:
a. Waktu yang
diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama sehingga melebihi waktu yang
sudah ditetapkan dalam kurikulum,
b. Karena diberi
kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan yang diselidiki, ada
kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam
kurikulum,
c. Ada kemungkinan
setiap kelompok atau individual mempunyai topik berbeda, sehingga guru akan
membutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa hasil yang diperoleh siswa,
d. Karena topik
yang diselidiki antara kelompok atau individual berbeda, ada kemungkinan
kelompok atau individual lainnya kurang memahami topik yang diselidiki oleh
kelompok atau individual tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana
yang diharapkan.
3. Inkuiri Bebas
yang Dimodifikasikan (modified free inquiry approach)
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari
dua pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan
pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan
topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang
telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau
menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar
dengan pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap
memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri
terbimbing dan tidak terstruktur.
Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi
memberi bimbingan, agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan
harapan agar siswa dapat menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada
siswa yang tidak dapat menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat
diberikan secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang relevan
dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam
kelompok lain.
Keunggulan dan Kelemahan SPI
1. Keunggulan :
a. SPI merupakan
strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif
kognitif,afektif dan psikomotor secara seimbang,sehingga pembelajaran melalui
strategi ini dianggap lebih bermakna.
b. SPI dapat
memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
c. SPI merupakan
strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi modern yang
menganggap belajar adalah proses perubahan.
d. SPI dapat melayani
kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata.Artinya siswa yang
memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah
dalam belajar.
2. Kelemahan
a. SPI digunakan
sebagai strategi pembelajaran,maka akan sulit mengontrol kegiatan dan
keberhasilan siswa
b. Strategi ini
sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dalam kebiasaan
siswa dalam belajar
c. Kadang kadang
dalam implementasimnya,memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit
menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
d. Selama ketentuan
keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran,maka SPI akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
Pembelajaran dengan Metode Inkuiri Suchman
Berdasarkan uraian pembelajaran inkuiri umum, kita dapat
melihat bahwa waktu dan sumber yang tersedia merupakan permasalahan dalam
pembelajaran. Menanggapi permasalahan ini, Richard Suchman mengembangkan suatu
pembelajaran inkuiri yang telah dimodifikasi. Hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Suchman tentang model inkuiri ini menunjukkan bahwa keterampilan
inkuiri siswa meningkat dan motivasi belajarnya juga meningkat.
Dahlan dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, Suchman berkeyakinan
bahwa siswa akan menyadari tentang proses penyelidikannya dan mereka
dapat diajarkan tentang prosedur ilmiah secara langsung. Selajutnya, Suchman
berpendapat tentang pentingnya membawa siswa pada sikap bahwa semua pengetahuan
bersifat tentative. Joyce dalam Trianto (2009) menyatakan, bahwa teori Suchman
dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Mengajak siswa
membayangkan seakan-akan dalam kondisi yang sebenarnya
2. Mengidentifikasi
komponen-komponen yang berada di sekeliling kondisi tersebut.
3. Merumuskan
permasalahan dan membuat hipotesis pada kondisi tersebut.
4. Memperoleh data
dari kondisi tersebut dengan membuat pertanyaan dan jawabannya “ya’ atau
“tidak”.
5. Membuat
kesimpulan dari data-data yang diperolehnya.
Pembelajaran inkuiri dengan metode Suchman menggunakan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada siswa sebagai alternative untuk
prosedur pengumpulan data.
Inkuiri Suchman seperti yang dikutip oleh Kardi dalam
Trianto(2009) mempunyai kelebihan, yaitu :
1. Penelitian dapat
diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan. Waktu yang singkat ini
memungkinkan siswa dapat mengalami siklus inkuiri dengan cepat, dan pelatihan
mereka akan terampil melakukan inkuiri.
2. Lebih efektif
dalam semua bidang
di dalam kurikulum.
Perbedaan utama antar inkuiri Suchman dengan Inkuiri
umum terletak pada proses pengumpulan data.
Suchman mengembangkan suatu motode penemuan baru yang
menuntun siswa mengumpulkan data melalui bertanya, maka dari itu model
pembelajaran inkuiri menurut Schuman harus memperhatikan :
1. Struktur Sosial
Pembelajaran. Suasana kelas yang nyaman merupakan hal yang penting dalam
pembelajaran inkuiri Suchman karena pertanyaan-pertanyaan harus berasal dari
siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Kerja sama guru
dengan siswa, siswa dengan siswa diperlukan juga adanya dorongan secara aktif
dari guru dan teman. Dua atau lebih siswa yang bekerja sama dalam berfikir dan
bertanya, akan lebih baik hasilnya jika dibanding bila siswa bekerja sendiri.
2. Peran Guru.
Pembelajaran inkuiri Suchman, peran guru memonitor pertanyaan siswa untuk
mencegah agar proses inkuiri, tidak sama dengan permainan tebakan. Hal ini
memerlukan dua aturan penting, yaitu : Pertanyaan harus dapat dijawab “ya” atau
“tidak” dan harus diucapkan dengan suatu cara siswa dapat menjawab pertanyaan
tersebut dengan melakukan pengamatan; Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa
sehingga tidak mengakibatkan guru memberikan jawaban pertanyaan tersebut,
tetapi mengarahkan siswa untuk menemukan jawabannya sendiri.
3. Sintaks
Pembelajaran Inkuiri. Dalam upaya menanamkan konsep , misalnya konsep IPA
Biologi pokok bahasan saling ketergantungan pada siswa, tidak cukup hanya
sekedar ceramah. Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan
untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan konsep-konsep dari
fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan guru.
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan
mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen
& Kauchak dalam Trianto (2009). Adapun tahapan pembelajaran inkuiri
sebagai berikut:
Tahap Pembejaran Inkuiri
|
Fase
|
Perilaku Guru
|
|
1. Menyajikan pertanyaan atau
masalah
|
Guru
membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan.
Guru membagi siswa dalam kelompok.
|
|
2. Membuat hipotesis
|
Guru
memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis.
Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan
permasalahan dan memproiritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas
penyelidikan.
|
|
3. Merancang percobaan
|
Guru
memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai
dengan hipotesis yang akan dilakukan . Guru membimbing siswa mengurutkan
langkah-langkah percobaan
|
|
4. Melakukan percobaan untuk
memperoleh informasi
|
Guru
membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan
|
|
5. Megumpulkan dan menganilisis
data
|
Guru
memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan
data yang terkumpul.
|
|
6. Membuat kesimpulan
|
Guru
membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.
|
Kesimpulan
Gulo dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, strategi
inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah
keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan
belajar, keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan
belajar , mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan
dalam proses inkuiri. Namun dalam penerapannya, pembelajaran inkuiri ini
memiliki kelemahan seperti adanya kesulitan dalam mengontrol siswa,
ketidaksesuaian kebiasaan siswa dalam belajar, kadang memerlukan waktu yang
panjang dalam pengimplementasiannya, dan sulitnya dalam implementasi yang
dilakukan oleh guru bila keberhasilan belajar bergantung pada siswa.
Langkah-langkah pembelajaran inkuiri adalah sebagai
berikut orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data,
menguji hipotesis, merumuskan kesimpulan.
MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
Model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
A. Pengertian pembelajaran terpadu
Menurut guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Prof. Dr. Sri Anitah
Wiryawan, M.Pd. (Pikiran Rakyat, 11 April 2003) kurikulum terpadu adalah suatu
pendekatan untuk mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis batas
mata pelajaran yang terpisah-pisah, sedangkan pembelajaran terpadu merupakan
metode pengorganisasian pembelajaran yang
menggunakan beberapa bidang
mata pelajaran yang sesuai.
Istilah
kurikulum terpadu dengan pembelajaran terpadu dalam penggunaannya dapat saling
dipertukarkan. Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu
startegi pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan
untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna
bagi anak (Atkinson, 1989:9dalam Ahmad). Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam
pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan siswa
mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, dan brain storming dari siswa. Dengan
pendekatan terpadu siswa didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan
belajar dari hasil pengalamannya sendiri.
Collins dan Dixon
(1991:6 dalam Ahmad) menyatakan tentang pembelajaran terpadu sebagai berikut :
integrated learning occurs when an authentic event
or exploration of a topic in the driving force in the curriculum.
Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya
anak dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau
kejadian, siswa belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu
bidang
studi pada waktu yang sama.
Pembelajaran terpadu sangat memperhatikan
kebutuhan anak sesuai dengan perkembangannya yang holistik dengan melibatkan
secara aktif dalam proses pembelajaran baik fisik maupun emosionalnya. Untuk
itu aktivitas yang diberikan meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan
konsep serta prinsip keilmuan yang holistik, bermakna, dan otentik sehingga
siswa dapat menerapkan perolehan belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang
nyata di dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran terpadu juga menekankan
integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang
merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik.
Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya
agar kurikulum itu bermakna bagi anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar
tidak digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan
yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa.
Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu
adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan
beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran maupun antarmata pelajaran.
Prabowo (2000:3) mengatakan bahwa pembelajaran
terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa ciri yaitu :
1. berpusat pada siswa (student centered)
2. proses pembelajaran mengutamakan pemberian
pengalaman langsung
3. pemisahan antar bidang
studi tidak terlihat jelas.
Jadi, sesuai dengan pengertian-pengertian di atas,
bahwa dengan adanya pemaduan itu siswa akan memperoleh pengetahuan dan
keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.
Bermakna disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan
dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung
dan nyata yang menghubungkan antarkonsep dalam intramata pelajaran maupun
antarmata pelajaran. Pembelajaran terpadu tampak lebih menekankan keterlibatan
siswa dalam belajar, sehingga siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran
untuk pembuatan keputusan. Setiap siswa memerlukan bekal pengetahuan dan
kecakapan agar dapat hidup di masyarakat dan bakal ini diharapkan diperoleh
melalui pengalaman belajar di sekolah. Oleh karena itu pengalaman belajar di
sekolah sedapat mungkin memberikan bekal siswa dalam mencapai kecakapan untuk
berkarya. Kecakapan ini disebut kecakapan hidup yang cakupannya lebih luas
dibanding hanya sekedar keterampilan.
B. Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu
memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Pembalajaran terpusat pada anak
Pembalajaran terpadu dikatakan sebagai
pembelajaran yang berpusat pada anak, karena pada dasarnya pembelajaran terpadu
merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa,
baik secara individu maupun secara kelompok. Siswa dapat aktif mencari,
menggali, dan manemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan
yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.
2. Menekankan pembentukan pemahaman dan
kebermaknaan
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari
berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarskemata yang dimiliki
oleh siswa, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang
dipelajari siswa. Hasil yang nyata didapat dari segala konsep yang diperoleh
dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari dan mengakibatkan
kegiatan belajar menjadi lebih bermakna.hal ini diharapkan dapat berakibat pada
kemampuan siswa untuk dapat menerapakan perolahan belajaranya pada pemecahan
masalah-masalah yang nyata dalam kehidupannya.
3. Belajar melalui proses pengalaman langsung
Pada pembelajaran terpadu diprogramkan untuk
melibatkan siswa secara langsung pada konsep dan prisip yang dipelajari dan
memungkinkan siswa belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung. Sehingga
siswa akan memahami hasil belajarnya secara langsung dan kemudian siswa akan
memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami,
bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai
fasilitator yang membimbing kearah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan siswa
sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan pengetahuannya.
4. Lebih memperhatikan proses daripada hasil
semata
Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan
discovery inquiry (penemuan terbimbing) yang melibatkan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai
proses evaluasi. Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan melihat keinginan,
minat, dan kemampua siswa sehingga memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar
terus-menerus.
5. Sarat dengan muatan keterkaitan
Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada
pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata
pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Sehingga
memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi,
yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak dalam
menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.
C. Tujuan Pembelajaran Terpadu
Pembalajaran terpadu dikembangkan selain untuk
mencapai tujuan pembalajaran yang telah
ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat :
1. Meningkatkan pemahaman konsep yang
dipelajarinya secara lebih bermakna,
2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah,
dan memanfaatkan informasi,
3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan
baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan,
4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti
kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain,
5. Meningkatkan minat dalam belajar,
6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan
kebutuhannya.
D. Kemanfaatan Pembalajaran Terpadu
Ada beberapa manfaat dalam menggunakan pembelajara
terpadu, yaitu :
1. Memungkinkan anak mengekplorasi dan
mengekpresikan pengetahuan dan keterampilannya melalui berbagai kegiatan.
2. Meningkatkan pemahaman anak secara
komprehensif.
3. Meningkatkan kecakapan berpikir anak
4. Banyak topik yang tertuang di setiap mata
pelajaran mempunyai keterkaiatan konsep dengan yang dipelajari siswa.
5. Pada pembelajaran terpadu memungkinkan siswa
memanfaatkan keterampilannya yang dikembangkan dari mempelajari keterkaitan
antarmata pelajaran.
6. Pembelajaran terpadu melatih siswa untuk
semakin banyak membuat hubungan inter dan antarmata pelajaran, sehingga siswa
mampu memproses informasi dengan cara yang sesuai daya pikirnya dan
memungkinkan berkembangnya jaringan konsep-konsep.
7. Pembalajaran terpadu membantu siswa dapat
memecahkan masalah dan berpikir kritis untuk dapat dikembangkan melalui
keterampilan dalam situasi nyata.
8. Daya ingat (retensi) terhadap materi yang
dipelajari siswa dapat ditingkatkan dengan jalan memberikan topik-topik dalam
berbagai ragam situasi dan berbagai ragam kondisi.
9. Dalam pembelajaran terpadu transfer
pembelajaran dapat mudah terjadi bila situasi pembelajaran dekat dengan situasi
kehidupan nyata.
10. Meningkatkan interaksi sosial anak.
11. Meningkatkan profesionalisme guru.
E. Model-model pembelajaran terpadu
1. Pembelajaran Terpadu Tipe Terhubung (Connected)
Connected Model adalah model pengembangan
kurikulum yang menggabungkan secara jelas satu topik dengan topik berikutnya, satu
konsep dengan konsep lainnya, satu kemampuan dengan kemampuan lainnya, kegiatan
satu hari dengan hari lainnya, dalam satu mata pelajaran.
Contoh pengajaran menggunakan pembelajaran terpadu
tipe terhubung (connected) :
Guru menghubungkan/menggabungkan konsep matematika
tentang uang dengan konsep jual beli, untung rugi, simpan pinjam, dan bunga.
a. Kelebihan
1. Guru akan dapat melihat gambaran yang
menyeluruh dan kemampuan/indikator yang digabungkan;
2. kegiatan anak lebih terarah untuk mencapai
kemampuan yang tertera pada indikator;
3. siswa memperoleh gambaran secara menyeluruh
tentang suatu konsep sehingga transfer pengetahuan akan sangat mudah karena
konsep-konsep pokok dikembangkan terus-menerus;
4. siswa dapat memperoleh gambaran yang lebih
jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan juga siswa diberi kesempatan
untuk melakukan pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan
secara bertahap.
b. Kekurangan
1. model ini belum memberikan gambaran yang
menyeluruh karena belum menggabungkan bidang-bidang
pengembangan/mata pelajaran yang lain;
2. model ini kurang mendorong guru bekerja sama
karena relatif mudah dilaksanakan secara mandiri;
3. bagi guru bidang
studi mungkin kurang terdorong untuk menghubungkan konsep yang terkait karena
sukarnya mengatur waktu untuk merundingkannya atau karena terfokus pada
keterkaitan konsep, maka pembelajaran secara global jadi terabaikan.
2. Pembelajaran Terpadu Model Jaring Laba-Laba
(Webbed)
Tahapan atau Langkah untuk membuat rancangan
pembelajaran terpadu dengan model jaring laba-laba di TK, yaitu:
1. mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar dan
indikator setiap bidang
pengembangan untuk masing-masing kelompok usia;
2. mengidentifikasi tema dan subtema dan
memetakannya dalam jaring tema;
3. mengidentifikasi indikator pada setiap
kompetensi bidang
pengembangan melalui tema dan subtema;
4. menentukan kegiatan pada setiap bidang
pengembangan dengan mengacu pada indikator yang akan dicapai dan subtema yang
dipilih;
5. menyusun Rencana Kegiatan Mingguan;
6. menyusun Rencana Kegiatan Harian.
Contoh dari penggunaan pembelajaran terpadu model
jaring laba-laba (webbed) ini adalah : siswa dan guru menentukan tema misalnya
air, maka guru-guru mata pelajaran dapat mengajarkan tema air itu ke dalam
sub-sub tema misalnya siklus air, kincir air, air waduk, air sungai, bisnis air
dari PDAM yang tergabung dalam mata pelajaran matematika, IPS, IPA, dan Bahasa.
a. Kelebihan
1. Siswa adalah diperolehnya pandangan hubungan
yang utuh tentang kegiatan dari ilmu-ilmu yang berbeda;
2. faktor motivasi berkembang karena adanya
pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa;
3. siswa dapat dengan mudah melihat bagaimana kegiatan
yang berbeda dan ide yang berbeda dapat saling berhubungan.
b. Kekurangan
1. kecenderungan untuk mengambil tema sangat
dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi siswa;
2. seringkali guru terfokus pada kegiatan sehingga
materi atau konsep menjadi terabaikan;
3. memerlukan keseimbangan antara kegiatan dan
pengembangan materi pelajaran.
3. Pembelajaran Terpadu Model Integrated (Terpadu)
Integrated Model adalah model pengembangan
kurikulum yang menggunakan pendekatan lintas bidang
ilmu utama dengan mencari keterampilan, konsep dan sikap yang tumpangtindih.
Dalam konteks pembelajaran TK, Integrated Model adalah model pengembangan
kurikulum yang menggunakan pendekatan lintas bidang
pengembangan. Model ini berusaha memberikan gambaran yang utuh pada anak
tentang tujuan melakukan kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam bidang-bidang
pengembangan.
Contoh penerapan pembelajaran terpadu tipe
keterpaduan adalah : Pada awalnya guru menyeleksi konsep-konsep keterampilan
dan nilai sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran
misalnya: matematika, IPS, IPA dan Bahasa. Selanjutnya dipilih beberapa konsep,
keterampilan dan nilai sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang
tindih di antara beberapa mata pelajaran.
a. Kelebihan
1. Guru akan dapat melihat gambaran yang
menyeluruh dari kemampuan yang dikembangkan dari berbagai bidang
studi/mata pelajaran;
2. memberikan kegiatan yang lebih terarah pada
tiap bidang
pengembangan untuk mencapai kemampuan yang telah ditentukan pada indikator;
3. siswa merasa senang dengan adanya keterkaitan
dan hubungan timbale balik antar berbagai disiplin ilmu;
4. memperluas wawasan dan apresiasi guru.
b. Kekurangan
1. Cukup sulit dilaksanakan karena membutuhkan
guru yang berkemampuan tinggi dan yakin dengan konsep dan kemampuan yang akan
dikembangkan di setiap bidang
pengembangan;
2. kurang efektif karena membutuhkan kerjasama
dari banyak guru;
3. sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran
yang satu dengan yang lainnya, juga mencari keterkaitan aspek keterampilan yang
terkait;
4. dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata
pelajaran untuk didiskusikan guna mencari keterkaitan dan mencari tema.
F. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu
1. Kelebihan
Kelebihan tersebut didasari oleh beberapa alasan.
1. Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan
anak sehingga anak dengan mudah memahami sekaligus melakukannya.
2. Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan
hubungan materi pelajaran di mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran
lainnya.
3. Dengan bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat
mengembangkan kemampuan belajarnya dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain
aspek kognitif.
4. Pembelajaran terpadu mengakomodir jenis
kecerdasan siswa.
5. Dengan pendekatan pembelajaran terpadu guru
dapat dengan mudah menggunakan belajar siswa aktif sebagai metode pembelajaran.
2. Kekurangan
1. Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas,
memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya
diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara
akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar
penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang
kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu akan sulit
terwujud.
2. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu
menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam
kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model
pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan
asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif
(menggali dan menemukan). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model
pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
3. Aspek sarana dan sumber pembelajaran:
Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup
banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan
menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini
tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
4. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes,
berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada
pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam
mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta
didik.
5. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu
membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan
keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang
kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk
menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang
komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi
pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
6. Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan
mengutamakan salah satu bidang
kajian dan ‘tenggelam’nya bidang
kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru
berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut
sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.
G. Cara/Strategi Pembalajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan dengan dua
cara yaitu memadukan siswa dan memadukan materi-materidari
matapelajaran-matapelajaran.
1. Integrasi melalui pemaduan siswa
Cara ini memadukan beberapa kelas menjadi satu
kelas, sehingga 1 pembelajaran kelas diikuti oleh lebih dari satu tungkat usia
siswa. Misalnya kelas 1 dan kelas 2 SD diajar matematika bersama-sama. Cara ini
tentunya memerlukan keahlian guru untuk memberikan tugas yang bertingkat
sehingga siswa belajar dari yang mudah menuju tingkat yang lebih sulit. Siswa
kelas 1 dapat belajar dari siswa yang lebih tua dan lebih pengetahuannya,
sedangkan siswa yang lebih tua (kelas 2) dapat mengajarkan pengetahuannya
kepada siswa yang lebih muda.
2. Integrasi materi/mata pelajaran
Cara ini memadukan materi dari beberapa mata
pelajaran dalam satu kesatuan kegiatan pembelajaran. Dalam 1 kegiatan
pembelajaran siswa belajar berbagai mata pelajaran misal matematika, Bahasa,
IPA, dan IPS. Cara ini biasanya dilakukan dengan memadukan topik-topik
(tema-tema) menjadi satu kesatuan tema yang disebut tematik unit. Tematik unit
merupakan rangkaian tema yang dikembangkan dari suatu tema dasar. Sedangkan
tema dasar merupakan pilihan atau kesepakatan antara guru dengan siswa berdasarkan
kajian keseharian yang dialami siswa dengan penyesuaian dari materi-materi yang
ada pada kurikulum. Selanjutnya tema dasar tersebut dikembangkan menjadi banyak
tema yang disebut unit tema (subtema).
H. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu
Pada dasarnya ada 2 tahap yang harus dilalui dalam
prosedur pembelajaran terpadu yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan
tahap evaluasi.
1. Tahap Perencanaan Pembelajaran Terpadu
Perencanaan pembelajaran pada dasarnya adalah
rangkaian yang memuat isi dan kegiatan pembelajaran yang bersifat menyeluruh
dan sistematis, yang akan digunakan sebagai pedoman oleh guru dalam mengelola
kegiatan belajar mengajar. Dalam pembalajaran terpadu perencanaan yang harus
dilakukan seorang guru adalah sebagai berikut :
a. Pemilihan tema dan unit-unit tema
Pemilihan tema ini dapat dating dari staf pengajar
yaitu guru kelas atau guru bidang
studi dan siswa. Biasanya guru yang memilih tema dasarnya dan dengan musyawarah
siswa memilih unit tema. Pemilihan tema dasar yang dilakukan oleh guru dengan
mengaju pada tema dan materi-materi pada pokok bahasan pada setiap mata
pelajaran yang terdapat pada kurikulum. Tema dapat juga dipilih berdasarkan
pertimbangan lain, yaitu tema yang dipilih merupakan consensus antar siswa,
misal dari buku-buku bacaan, pengalaman, minat, isu-isu, yang sedang beredar di
masyarakat dengan mengingat ketersediaan sarana dan sumber belajar yang sesuai dengan
tingkat perkembanagn siswa.
1) Tema dasar-Unit tema
Tema dapat muncul dari siswa, kemudian guru yang
mengorganisir atau guru melontarkan tema dasar, kemudian siswa mengembangkan
unit temanya.
2) Curah pendapat
Curah pendapat ini bermanfaat untuk memunculkan
tema dasar kemudian dikembangkan menjadi unit tema. Setelah tema dasar dan unit
tema dipilih maka akan terbentuk jaring-jaring.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam
penentuan tema, yaitu :
• Penentuan tema merupakan hasil ramuan dari berbagai
materi di dalam satu atau beberapa mata pelajaran.
• Tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang terpadu dalam materi pelajaran, prosedur penyampaian,
serta pemaknaan pengalaman belajar oleh para siswa.
• Tema disesuaikan dengan karakteristik belajar
siswa sehingga asas perkembangan berpikir anak dapat dimanfaatkan secara
maksimal.
• Tema harus bersifat cukup problematik atau
popular sehingga membuka kemungkinan luas untuk melaksanakan pembelajaran yang
beragam yang mengandung substansif yang lebih luas yang apabila dibandingkan
dengan pembelajaran yang biasa.
Beberapa prosedur pemilihan tema adalah sebagai
berikut :
Model ke-1
Pada model ini tema sudah ditentukan atau dipilih
oleh guru berdasar pada beberapa kurikulum beberapa mata pelajaran yang
kemudian dapat dikembangkan menjadi sub-sub tema atau unit tema.
Model ke-2
Pada model ini tema ditentukan bersama antara guru
dengan siswa. Meskipun demikian tema tidak boleh lepas dari materi yang akan
dipelajari.
Model ke-3
Pada model ini tema ditentukan oleh siswa dengan
bimbingan guru.
b. Langkah perencanaan aktivitas
Langkah perencanaan aktivitas di sini meliputi :
pemilihan sumber, pemilihan aktivitas, dan perencanaan evaluasi. Evaluasi dalam
pembalajaran terpadu meliputi berikut ini :
1. Janis evaluasi yaitu evaluasi otentik.
2. Sasaran evaluasi berupa proses dan dan hasil
belajar siswa.
3. Aspek yang dievaluasi. Keseluruhan aspek
kepribadian siswa dievaluasi yaitu
meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
4. Teknik-teknik evaluasi yang digunakan meliputi
:
a. Observasi (mengamati prilaku hasil belajar
siswa) dengan menggunakan daftar cek atau skala penilaian.
b. Wawancara guru dan siswa dengan menggunakan
pedoman wawancara.
c. Evaluasi siswa
d. Jurnal siswa
e. Portofolio
f. Tes prestasi belajar (baku atau buatan guru)
c. Kontrak belajar
Kontrak belajar ini akan memeberikan arah dan isi
aktivitas siswa dan merupakan suatu kesepakatan antara guru dan siswa.
2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu dan
Evaluasi
Pada tahap pelaksanan ini langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas siswa
Aktivitas dapat berupa : pengumpulan informasi
baik kelompok maupun individual, membaca sumber, wawancara dengan narasumber,
pengamatan lapangan, eksperimen, pengolahan informasi, dan penyusunan laporan.
b.Kulminasi (Sharing)
Kulminasi (Sharing) dalam bentuk penilaian proses
(merupakan dampak dari proses pembelajaran, dampak pengiring, prosedur formal
dan informal terutama untuk memperoleh balikan) yaitu penyajian laporan,
diskusi dan balikan, unjuk kerja dan pameran, serta evaluasi.
I. Kesimpulan
Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu
adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan
beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran maupun antarmata pelajaran.
Disini dituntut keprofesionalan seorang guru dalam mengkaitkan beberapa materi
dalam satu mata pelajaran atau bahkan dari berbagai macam mata pelajaran. Guru
sangat dituntut untuk berwawasan yang luas, sehingga dalam mengkaitkan antar
beberapa mata pelajaran tidak terpisah-pisah, melainkan menjadi suatu kesatuan
yang utuh.
Model Pembelajaran Berbasis Proyek atau Tugas
Model Pembelajaran Berbasis Proyek atau Tugas
1. Pengertian
Pembelajaran berbasis proyek atau tugas adalah metode belajar yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam pengumpulan dan mengintegrasikan pengetahuan
baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata.
Pembelajaran berbasis proyek/tugas (project-based/task
learning) membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehensif di mana
lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan
terhadap masalah-masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik
mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini
memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengkostruksikannya
dalam produk nyata (Buck Institue for Eduction, 2001).
Dalam pem bel ajaran berbasis proyek, siswa diberikan tugas atau pro
yek yang kompleks, cukup sulit, lengkap, tetapi realistik dan kemudian di be
rikan bantuan secukupnya agar mereka dapat menyelesaikan tugas. Di sam ping
itu, penerapan strategi pembel ajaran berbasis proyek/ tugas ini mendo rong
tumbuhnya kompetensi nurturant seperti kreativitas, ke mandirian, tanggung
jawab, keper cayaan diri, dan berpikir kritis dan analitis.
Dari berbagai karakteristiknya, Pembelajaran Berbasis Proyek didukung
teori-teori belajar konstruktivistik.Konstruktivisme adalah teori belajar
yang mendapat dukungan luas yang bersandar pada ide bahwa peserta
didik membangun pengetahuannya sendiri di dalam konteks pengalamannya
sendiri.
Dalam
konteks pembaruan di bidang
teknologi pembelajaran, Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dipandang sebagai
pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong pebelajar
mengkonstruk pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman langsung. Proyek
dalam Pembelajaran Berbasis Proyek dibangun berdasarkan ide-ide pebelajar
sebagai bentuk alternatif pemecahan masalah riil tertentu, dan pebelajar
mengalami proses belajar pemecahan masalah itu secara langsung.
Menurut banyak literatur, konstruktivisme adalah teori belajar yang
bersandar pada ide bahwa pebelajar mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri di
dalam konteks pengalaman mereka sendiri (Murphy, 1997; Brook & Brook, 1993,
1999; Driver & Leach, 1993; Fraser, 1995). Pembelajaran konstruktivistik
berfokus pada kegiatan aktif pebelajar dalam memperoleh pengalaman langsung
(“doing”), ketimbang pasif “menerima” pengetahuan. Dari perspektif
konstruktivis, belajar bukanlah murni fenomena stimulus-respon sebagaimana
dikonsepsikan para behavioris, akan tetapi belajar adalah proses yang
memerlukan pengaturan diri sendiri (self-regulation) dan pembangunan struktur
konseptual melalui refleksi dan abstraksi (von Glaserfeld, dalam Murphy, 1997).
Kegiatan nyata yang dilakukan dalam proyek memberikan pengalaman belajar yang
dapat membantu refleksi dan mendekatkan hubungan aktivitas dunia nyata dengan
pengetahuan konseptual yang melatarinya yang diharapkan akan dapat berkembang
lebih luas dan lebih mendalam (Barron, Schwartz, Vye, Moore, Petrosino, Zech,
Bransford, & The Cognition and Technology Group at Vanderbilt, 1998).
Hal ini
menunjukkan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek, yang mendasarkan pada aktivitas
dunia nyata, berpotensi memperluas dan memperdalam pengetahuan konseptual dan
prosedural (Gagne, 1985), yang pada khasanah lain disebut juga knowing that dan
knowing how (Wilson, 1995). Knowing ‘that’ and ‘how’ is not sufficient without
the disposition to ‘do’ (Kerka, 1997). Perluasan dan pendalaman pemahaman
pengetahuan tersebut dapat diamati dengan mengukur peningkatan kecakapan
akademiknya.
Peranan
guru yang utama adalah mengendalikan ide-ide dan interpretasi siswa dalam
belajar, dan memberikan alternatif-alternatif melalui aplikasi, bukti-bukti,
dan argumen-argumen.
2. Katakteristik pembelajaran berbasis
proyek / tugas
Pembelajaran
berbasis proyek memiliki potensi yang besar untuk memberikan pengalaman belajar
yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa ( Gear, 1998). Sedangkan menurut
Buck Institute For Education (1999)dalam Made (2000, 145) belajar berbasis
proyek memiliki karakteristik yaitu :
a. Siswa membuat keputusan dan
membuat kerangka kerja
b. Terdapat masalah yang
pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya
c. Siswa merancang proses untuk
mencapai hasil
d. Siswa bertanggunga jawab untuk
mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan
e. Siswa melakukan evaluasi
secara kontinu
f. Siswa secara teratur melihat
kembali apa yang meraka kerjakan
g. Hasil akhir berupa produk dan di
evaluasi kualitasnya
h. Kelas memiliki atmosfir yang
memberikan toleransi kesalahan dan perubahan.
3. Ciri – ciri dan Prinsip
Pembelajaran Berbasis Proyek atau Tugas
Ada
lima criteria apakah suatu pembelajaran berproyek termasuk pembelajaran
berbasis proyek , lima criteria itu yaitu :
a. Keterpusatan ( centrality)
Proyek
dalam pembelajaran berbasis proyek adalah pusat atau inti kurikulum, bukan
pelengkap kurikulum ,didalam pembelajaran proyek adalah strategi pembelajaran,
pelajaran mengalami dan belajar konsep – konsep inti suatu disiplin ilmu
melalui proyek. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana siswa
belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karna
itu, kerja proyek bukan merupakan praktik tambahan dan aplikasi praktis dari
konsep yang sedang dipelajari , melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran
dikelas.
b. Berfokus pada pertanyaan atau
masalah
Proyek
dalam PBL adalah berfokus pada pertanyaan atau masalah , yang mendorong pelajar
menjalani (dalam kerja keras ) konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau
pokok dari disiplin.
c. Investigasi konstruktif atau
desain
Proyek
melibatkan pelajaran dalam investigasi konstruktif dapat berupadesain,
pengambilan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, deskoveri akan
tetapi aktifitas inti dari proyek ini harus meliputi transformasi dan kontruksi
pengetahuan
d. Bersifat otonomi pembelajaran
Lebih
mengutamakan otonomi, pilihan waktu kerja dan tanggung jawab pelajaran terhadap
proyek
e. Bersifat realisme
Pembelajaran
berebasis proyek melibatkan tantangan kehidupan nyata , berfokus pada
pertanyaanatau masalah autentik bukan simulative dan pemecahannya berpotensi
untuk diterapkan dilapangan yang sesungguhnya.
4. Pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek
atau tugas
Berdasarkan
kegiatan pengajar dan pelajar dalam pendekatan PBL, maka PBL yang akan dibuat
di dalam lingkungan web terbagi dalam tiga tahapan yakni persiapan,
pembelajaran dan evaluasi, tetapi dari tiga tahapan tersebut dapat
dideskripsikan menjadi enam tahapan sebagai berikut
a. Persiapan
Pengajar
merancang desain atau membuat kerangka proyek yang bermanfaat dalam menyediakan
informasi yang dibutuhkan oleh pelajar dalam mengembangkan pemikiran terhadap
proyek tersebut sesuai dengan kerangka yang ada, dan menyediakan sumber yang
dapat membantu pengerjaannya. Hal ini akan mendukung keberhasilan pelajar dalam
menyelesaikan suatu proyek dan cukup membantu dalam menjawab pertanyaan,
beraktifitas dan berkarya. Kerangka menjadi sesuatu yang penting untuk dibaca
dan digunakan oleh pelajar. Oleh karenanya, pengajar harus melakukan perannya
dengan baik dalam menganalisa dan mengintegrasikan kurikulum, mengumpulkan
pertanyaan, mencari web site atau sumber yang dapat membantu pelajar dalam
menyelesaikan proyek, dan menyimpannya di dalam web.
b. Penugasan/menentukan topik.
Sesuai
dengan tugas proyek yang diberikan oleh pengajar maupun pilihan sendiri,
pelajar akan memperoleh dan membaca kerangka proyek, lalu berupaya mencari
sumber yang dapat membantu. Dengan berdasar pada referensi alamat web yang
berisi materi relevan, pelajar dengan cepat dan langsung mendapatkan materi
yang berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan proyek. Lalu pelajar berupaya
berpikir dengan kemampuannya berdasar pada pengalaman yang dimiliki, membuat
pemetaan topik, dan mengembangkan gagasannya dalam menentukan sub topik suatu
proyek.
c. Merencanakan kegiatan.
Pelajar
bekerja dalam proyek individual, kelompok dalam satu kelas atau antar kelas.
Pelajar menentukan kegiatan dan langkah yang akan diambil sesuai dengan sub
topiknya, merencanakan waktu pengerjaan dari semua sub topik dan menyimpannya
di dalam web. Jika bekerja dalam kelompok, tiap anggota harus mengikuti aturan
dan memiliki rasa tanggungjawab. Sedangkan pengajar berkewajiban menyampaikan
isi dari rencana proyeknya kepada orang tua, sehingga orang tua dapat ikut
serta membantu dan mendukung anaknya dalam menyelesaikan proyek.
d. Investigasi dan penyajian.
Investigasi
disini termasuk kegiatan : menanyakan pada ahlinya melalui e-mail, memeriksa
web site, dan saling tukar pengalaman dan pengetahuan serta melakukan survei
melalui web. Dalam perkembangannya, terkadang berisi observasi, eksperimen, dan
field trips. Diskusi dapat dilakukan secara sinkron dan asinkron melalui
chating. Lalu penyajian hasil dapat berupa gambar, tulisan, diagram matematika,
pemetaan dan lain-lain. Secara rutin, orang tua dan pengajar berkomunikasi
untuk memantau kegiatan dan prestasi yang dicapai oleh pelajar.
e. Finishing.
Pelajar
membuat laporan, presentasi, halaman web, gambar, dan lain-lain. Sebagai hasil
dari kegiatannya. Lalu pengajar dan pelajar membuat catatan terhadap proyek
untuk pengembangan selanjutnya. Peserta menerima feedback atas apa yang
dibuatnya dari kelompok, teman, dan pengajar. Fasilitas feedback online
disajikan untuk memungkinkan setiap individu secara langsung berkomentar dan
memberikan kontribusi, dan agar dilihat dan bermanfaat bagi orang lain.
f. Monitoring/Evaluasi.
Pengajar menilai semua proses pengerjaan proyek
yang dilakukan oleh tiap pelajar berdasar pada partisipasi dan produktifitasnya
dalam pengerjaan proyek.
5. Kesimpulan
Pembelajaran
berbasis proyek / tugas adalah sebuah metode penyajian bahan pembelajaran yang
diberikan oleh guru kepada peserta didik berupa seperangkat tugas yang harus
dikerjakan peserta didik, baik secara individual maupun secara kelompok.
Penggunaan
metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran
dan memberikan kesempatan peserta didik melakukan sendiri kegiatan belajar yang
ditugaskan. empat prinsip berikut ini akan membantu siswa dalam perjalana
mereka menjadi pembelajar mandiri yang efektif.
a. Membuat tugas bermakna,
jelas, dan menantang
Salah
satu tantangan paling sukar yang dihadapi guru pada saat mereka menggunakan
pekerjaan kelas atau pekerjaan rumah adalah menjaga siswa tetap terlibat. Pada
saat bekerja sendiri, sangat mudah bagi sisa untuk kehilangan minat dan
melalukan tindakan yang tidak relevan, khususnya apabila tugas-tugas itu rutin.
Kebanyakan
guru setuju bahwa tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah mandiri yang dapat
mempertahankan keterlibatan siswa memiliki tujuan yang jelas. Siswa perlu
mengetahui dengan tepat apa yang mereka harus kerjakan, mengapa mereka
mengerjakan pekerjaan itu, dan apa yang dibutuhkanuntuk menyelsaikan pekerjaan
itu. Siswa-siswa itu tetap berada dalam tugas selama pekerjaan kelas dan
menyelesaikan pekerjaan rumah apabila mereka menyikapi tugas-tugas tersebut
secar bermakna.
Linda
Anderson (1985) menunjukan bahwa guru jarang menaruh perhatian pada tujuan
pekerjaan kelas atau strategi-strategi belajar yang telibat. Sebaliknya, guru
menekankan pada arahan-arahan procedural. Sebagai contoh guru dpat menghabiskan
waktu banyak menjelaskan kepad siswa di mana menulis nama di kertas atau
bagaimana menyusun jawaban-jawabannya. Sementar petunjuk-petunjuk tentang “apa
yang dilakukan” adalah penting guru tidak menyertakan penjelasan tentang
“mengapa” sesuatu harus dikerjakan dan proses-proses pembelajaran yang
terlibat. Sebelum memberikan suatu tugas, guru hendaknya mempertimbangkan cirri
penting itu secara seksama dan kemudian menyediakan waktu cukupuntuk
menjelaskan cirri penting itu kepada siswa.
b. Menganekaragamkan Tugas-tugas
Sama
dengan kehidupan pada umumnya, keanekaragaman menambah daya tarik tugas
pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah.siswa kemungkinan besar ttap terlibata dan
mengerjakan pekerjaan mereka jika tugas-tugas lebih bervariasi dan menarik
daripada rutindan monoton. Guru yang efektif mengubah panjang dan cara tugas
yang diberikan di samping hakikat tugas beljar dan strategi-strategi kognitif
yang telibat. Membaca di dalam hati, laporan proyek-proyek khusus, dan
bahan-bahan multimedia menawarkn berbagai macam cara untuk menyelesaikan
pekerjaan mandiri. Pilihan kemungkinan tidak terbatas dan tidak aka alasan bagi
guru untuk membuat jenis tugas yang sama dari hari ke hari.
c. Menaruh Perhatian pada Tingkat
Kesulitan
Menetapkan
tingkat kesulitan yang cocok atas tugas-tugas yang diberikan kepada siswa
merupakan suatu bahan baku
penting untuk keterlibatan berkelanjutan yang dibutuhkan untuk penyelesaian
tugas-tugas tersebut. Apabila siswa diharapkan untuk bekerja secara mandiri,
tugas tesebut sehrusnya memiliki tingkat kesulitan yang menjamin kemungkinan
berhasil tinggi. Siswa tidak akan tertantang ketika tugas-tugas yang diberikan
guru terlalu mudah. Mereka menyikapi tugas-tugas seperti sebagai pekerjaan yang
tidak menantang. Pada umumnya tugas yang baik perlu memiliki tingkat kesulitan
cukup sehingga kebanyakan siswa memandangnya sebagai sesuatu yang menantang,
namun cukup mudah sehingga kebanyakan siswa akan menemukan pemecahannya dan
mengerjakan tugas tersebut atas jerih payah sendiri.
d. Memonitor Kemajuan Siswa
Akhirnya,
merupakan hal penting bagi guru untuk memonitor tugas-tugas pekerjaan kelas dan
pekerjaan rumah. Monitoring hendaknya meliputi pengecekan untuk mengetahui
apakah siswa memahami tugas mereka dan proses-proses kognitif yang telibat.
Monitoring ini juga termasuk pengecekan pekerjaan siswa dan mengembalikan tugas
dengan umpan balik. Pad saat beberfapa siswa diberikan pekerjaan kelas, maka
guru dapat bekerja dengan siswa lain.a dianjurkan agar guru menyediakan waktu 5
atau 10 menit untuk berkeliling di antara siswa yang bekerja untuk memastikan
apakah mereka memahami tugas tersebut sebelum menangani siswa-siswa lain.
Apabila siswa bekerja dalam kelompok-kelompok, maka guru hendaknya berada dalam
kelompok-kelompok tersebut secara bergantian dan berkeliling di antara siswa
yang bekerja secara mandiri. Meskipun mengoreksi tugas menghabiskan waktu,
hendaknya guru mengoreksi pekerjaan yang dibuat siswa dan mengembalikan kepda
mereka dengan umpan balik.
Kompetensi yang dikembangkan selain kompetensi disiplin ilmu
(discipline-based competencies) dan kompetensi interpersonal (interpersonal
competencies ) dan kompetensi intrapersonal ( intrapersonal competencies) dalam
diri siswa. Kompetensi disiplin ilmu berkaitan dengan pemahaman konsep, prinsip
dan teori dari disiplin ilmu. Kompetensi interpersonal mencakup kemampuan
berkomunikasi, berkolaborasi, berperilaku sopan dan baik, menangani konflik,
bekerjasama, membantu orang lain, dan menjalin hubungan dengan orang lain dan
masyarakat. Kompetensi intrapersonal mencakup apresiasi terhadap keragaman,
melakukan refleksi diri, disiplin, beretos kerja tinggi, membiasakan diri hidup
sehat, mengendalikan emosi, tekun, mandiri, dan mempunyai motivasi.
Kompetensi
yang telah diidentifikasi dari pebelajar ini merupakan kompetensi yang amat
penting untuk keberhasilan hidupnya, dan sebagai tenaga kerja merupakan
kompetensi yang amat penting di tempat kerja. Karena hakikat kerja proyek
adalah kolaboratif, maka pengembangan kompetensi tersebut berlangsung di antara
pebelajar. Di dalam kerja kelompok suatu proyek, kekuatan individu dan cara
belajar yang diacu memperkuat kerja tim sebagai suatu keseluruhan.
6. Keuntungan dan kelemahan dari
pembelajaran berbasis proyek atau tugas
è Keuntungan dari Belajar Berbasis Proyek adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan motivasi.
Laporan-laporan
tertulis tentang proyek itu banyak yang mengatakan bahwa siswa suka tekun
sampai kelewat batas waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru juga
melaporkan pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa
melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih fun daripada komponen kurikulum
yang lain.
b. Meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah.
Penelitian
pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan
perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan
perlunya untuk pembelajaran khusus pada bagaimana menemukan dan memecahkan
masalah. Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek
membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang
kompleks.
c. Meningkatkan kolaborasi.
Pentingnya
kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan
komunikasi ( Johnson & Johnson, 1989). Kelompok kerja kooperatif, evaluasi
siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah
proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa
belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam
lingkungan kolaboratif (Vygotsky, 1978; Davidov, 1995).
d. Meningkatkan keterampilan
mengelola sumber.
Bagian
dari menjadi siswa yang independen adalah bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas
yang kompleks. Pembelajaran Berbais Proyek yang diimplementasikan secara baik
memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek,
dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk
menyelesaikan tugas.
e. Increased resource –
management skills
Pembelajaran
berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik menberikan kepada siswa
pembelajaran dan praktik dalam pengorganisasian proyek dan membuat alokasi
waktu dan sumber-sumber lain seperi perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
è Kelemahan dari pembelajaran ini yaitu :
a. Kebanyakan permasalahan
“dunia nyata” yang tidak terpisahkan dengan masalah kedisiplinan , untuk itu
disarankan mengajarkan dengan cara melatih dan menfasilitasi peserta didik
dalam menghadapi masalah .
b. Memerlukan banyak waktu yang harus
diselesaikan untuk menyelesaikan masalah.
c. Memerlukan biaya yang cukup
banyak
d. Banyak peralatan yang harus
disediakan
Untuk
mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek seorang peserta didik
dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi
masalah , membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek,
meminimaliskan dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat dilingkungan
sekitar , memilih lokasi penelitian yang terjangkau yang tidak membutuhkan
banyak biaya dan waktu.
PEMBELAJARAN BERBASIS JASA-LAYANAN (SERVICE LEARNING)
PEMBELAJARAN BERBASIS
JASA-LAYANAN (SERVICE LEARNING)
A. Pengertian
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan salah
satu bagian dari strategi pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual
(Contextual Teaching and Learning/ CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang
holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran
yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan
mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa
memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel, sehingga dapat
diterapkan dari satu permasalahan atau konteks, ke permasalahan atau konteks
lainnya.
Jadi dalam pembelajaran kontekstual, siswa
diharapkan mampu memahami makna materi pelajaran yang diajarkan oleh guru,
sehingga siswa memiliki ketrampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata
berkaitan dengan materi yang diajarkan tersebut. Kehidupan nyata siswa tersebut
berkaitan dengan kehidupan sosialnya, kehidupan pribadinya maupun kehidupan
budaya dari lingkungan siswa tersebut.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Jadi pembelajaran kontekstual menitikberatkan pada suatu konsep
belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep
ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Salah satu bentuk nyata dari pembelajaran
kontekstual ini dapat kita temui dalam pembelajaran berbasis jasa layanan,
yakni menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungkan
pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari.
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan
suatu struktur berbasis sekolah, guna merefleksikan jasa-layanan tersebut. Jadi
menekankan hubungan antara pengalaman jasa-layanan dan pembelajaran akademis.
Dengan kata lain, pendekatan ini menyajikan suatu penerapan praktis dari
pengetahuan baru yang diperlukan dan berbagi keterampilan untuk memenuhi
kebutuhan dalam masyarkat melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan
lainnya.
B. Ciri-ciri
Seperti yang telah kita ketahui di atas, bahwa
pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan salah satu bentuk nyata dari
pembelajaran kontekstual. Oleh karena itu, ciri-ciri pembelajaran berbasis jasa
layanan harus sesuai dengan cirri-ciri pembelajaran kontekstual. Cirri-ciri
tersebut antara lain:
1. Melakukan hubungan yang bermakna (making
meaningful connections)
Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah
jantung dari pembelajaran dan pengajaran kontekstual. Ketika siswa dapat
mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik, ilmu pengetahuan alam atau
sejarah dengan pengalamannya mereka sendiri, berarti mereka menemukan makna,
dan makna memberi mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan pembelajaran dengan
kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah
inti dari CTL
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti (doing
significant works)
Pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses
pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas harus punya arti bagi siswa sehingga
mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan siswa.
3. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated
Learning)
Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan
pembelajaran yang aktif, mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan masalah
ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi siswa.
Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa
menggunakan gaya
belajarnya sendiri.
4. Bekerjasama (collaborating)
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa
bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu siswa bekerja secara efektif
dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi
dan saling berkomunikasi.
5. Berpikir kritis dan kreatif (critical dan
creative thinking)
Pembelajaran kontekstual membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir
kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan
sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberi
keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah
suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian serta ketajaman pemahaman dalam
mengembangkan sesuatu
6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa
(nuturing the individual)
Dalam pembelajaran kontekstual siswa bukan hanya
mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektual dan keterampilan, tetapi juga
aspek-aspek kepribadian: integritas pribadi, sikap, minat, tanggung jawab,
disiplin, motif berprestasi, dan sebagainya. Guru dalam pembelajaran
kontekstual juga berperan sebagai konselor dan mentor. Tugas dan kegiatan yang
akan dilakukan siswa harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.
7. Mencapai standar yang tinggi (reaching high
standards)
Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa
berkembang secara optimal, mencapai keunggulan (excellent). Tiap siswa bisa
mencapai keunggulan, asalkan dia dibantu oleh gurunya dalam menemukan potensi
dan kekuatannya.
8. Menggunakan penilaian yang autentik (using
authentic assessment)
Penilaian autentik menantang para siswa untuk
menerapkan informasi dan keterampilan akademik baru dalam situasi nayata untuk
tujuan tertentu. Penilaian autentik merupakan antitesis dari ujian standar,
penilaian autentik memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan
terbaik mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari.
Penjelasan-penjelasan di atas merupakan ciri-ciri
pembelajaran kontekstual, dari ciri-ciri tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa pembelajaran berbasis jasa layanan mengandung ciri bahwa:
1. Melakukan hubungan yang bermakna, hal ini
diwujudkan dengan kerjasama kelompok yang dilakukan dalam menyelesaikan tugas
terstruktur.
2. Bekerja sama guna penerapan praktis dari
pengetahuan yang baru diketahui siswa.
3. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti
melalui kegiata yang beranfaat untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat( jasa
layanan yang berkaitan dengan tugas terstruktur).
C. Kesimpulan
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan
suatu struktur berbasis sekolah, guna merefleksikan jasa-layanan tersebut. Jadi
menekankan hubungan antara pengalaman jasa-layanan dan pembelajaran akademis.
Dengan kata lain, pendekatan ini menyajikan suatu penerapan praktis dari
pengetahuan baru yang diperlukan dan berbagi keterampilan untuk memenuhi
kebutuhan dalam masyarkat melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan
lainnya.
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan salah
satu bagian dari strategi pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual
(Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh
komponen utama pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism),
bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning
community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic
assessment). Pembelajaran berbasis jasa layanan mengandung ciri bahwa:
1. Melakukan hubungan yang bermakna, hal ini
diwujudkan dengan kerjasama kelompok yang dilakukan dalam menyelesaikan tugas
terstruktur.
2. Bekerja sama guna penerapan praktis dari
pengetahuan yang baru diketahui siswa.
3. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti
melalui kegiata yang beranfaat untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat( jasa
layanan yang berkaitan dengan tugas terstruktur).